1 Chapter 1

Owena melakukan segala cara untuk memiliki Putra Duke seutuhnya. Mengancam nyawa seorang gadis tak berdosa lantaran cemburu atas perhatian yang diberikan oleh Lucas Darlos. Karena cinta buta yang membabi buta itu membawa Owena ke dalam lubang beruang perangkapnya sendiri. Rencana yang ia susun untuk mencelakai Putri Viscount bertimbal balik kepadanya dan membuat nya kritis selama hampir sebulan.

Di waktu dia tak sadarkan diri, sebuah mimpi mengerikan datang padanya. Menampakkan cuplikan-cuplikan kehancuran seluruh keluarganya secara bertahap. Dan itu semua karena ulah yang dilandasi ego tak masuk akal atas cinta buta kepada pria yang sama sekali tak menaruh hati padanya.

Owena mendadak bangun, dadanya nyeri tak karuan. Pandangan yang sedikit buram mencoba mencari suatu objek di ruangan. Sampai ia melihat beberapa pelayan yang mengelilingi nya.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Owena menghempaskan bunga lily putih yang hendak diletakkan di kedua tangannya yang terlipat di dada. Bangkit dan mengerutkan alis kuat menatap satu-persatu pelayan di sana.

".....Tidak mungkin," salah satu dari mereka bergeming pelan. Kedua tangan mengatup di depan mulut bergetaran.

Sedangkan Owena yang baru sadar situasi setelah melihat sekeliling nya, menurunkan ekspresi tajamnya.

"Tidak mungkin. Aku... hampir saja menjadi abu kalau saja aku tak segera bangun."

Owena menatap lurus ke arah para pelayan.

"Apa yang terjadi?"

Seorang pelayan yang tadi hendak menaruh bunga lily di tangan Owena menjawab dengan gemetaran. "Seharusnya, tidak maksud Saya ...Satu jam yang lalu Anda sudah tidak bernyawa..."

Owena sangat terkejut tentunya. Dugaannya tepat. Jikalau dia tengah didandani untuk menjadi abu nantinya.

".....Bagaimana bisa?"

"Satu bulan yang lalu, Anda jatuh di sebuah lubang yang berisi gas beracun. Anda tak sadarkan diri dan menghembuskan napas terakhir tiga jam yang lalu."  jelas kembali pelayan tersebut.

Owena menggeleng kuat. Ingatan mengenai lubang yang ia buat untuk Putri Viscount muncul seperti sebuah cuplikan film singkat di kepalanya.

Iya, dia ingat.

Saat mengecek lubang tersebut dia terperosok ke dalamnya sebelum Putri Viscount melintas dengan kudanya.

Seketika kepalanya berdenyut nyeri, rasanya begitu sakit hingga ia menjerit keras tak tertahan. Para pelayan semakin dibuat ketakutan dan bingung. Dan pada akhirnya ia kembali tak sadarkan diri.

Rasa sakit di area kepala kembali dirasakan Owena. Saat matanya terbuka total, ia menghela napas lega karena dia masih berada di kamar tidurnya dan bukannya di alam baka. Namun ia tak mendapati seorang pun di sana.

Masih dalam setelan busana kematian, Owena berjalan keluar kamar untuk mencari seseorang. Entah kenapa nalurinya menuntun ke ruang tengah kediamannya.

Di sana ia melihat dua orang yang sangat ia kenal tengah berbincang. Lantas berjalan mendekat, Owena memeluk salah seorang di sana dengan tergopoh-gopoh.

"Maafkan aku Ayah!" Kemudian suara tangisnya memenuhi ruangan.

Sedangkan dua pria di sana membelalak terkejut bukan main. Apalagi pria yang dipeluk, dia langsung mendorong tubuh Owena menjauh.

"Apa-apaan kau ini?!"

Marquess Walas mengerutkan dahi kuat dan memberikan ekspresi tak mengenakan kepada Owena.

"Bukankah dia sudah mati?! Pikir ku sudah menjadi abu di dalam kendi." seloroh pria lain di sana menujuk Owena terang-terangan.

Sedangkan si gadis mengerjap lemah. Bukan hanya rasa sakit di kepala yang ia rasakan sekarang, dadanya tak kalah nyeri mendengar perkataan barusan.

Kenyataan mengenai kehidupan nya sungguh menyakitkan. Dia yang dibenci oleh Ayah dan kedua Kakaknya tanpa alasan yang jelas pun ingatan mimpi mengerikan membuat dirinya sekilas melupakan kenyataan bahwa dia sama sekali tak memiliki ikatan kuat dengan keluarganya.

Owena menggigit bibir bawahnya. Menahan air mata yang mendesak keluar. Tapi pada akhirnya air mata itu pun jatuh begitu deras membasahi pipi pucat nya.

"Maaf atas kelancangan Saya, Tuan Marquess. Agaknya kegagalan kematian Saya ini membuat pikiran Saya menjadi terganggu dan melakukan tindakan tak mengenakan bagi Anda sekalian."

Owena mengatakannya dengan lancar sembari menahan gejolak menyakitkan di dada. Bahkan saat ia berucap air matanya masih keluar dengan seenaknya, membuat dua pria di sana mengerut bingung.

"Sekali lagi maafkan Saya yang telah merusak perbincangan Anda berdua. Saya pamit undur diri."

Setelah kepergian Owena. Celio menghela napas berat. "Gadis kurang ajar itu. Aku yakin saraf otaknya rusak karena kegagalan kematiannya ini. Tingkahnya dan ucapan sopan nya barusan itu membuat bulu kudukku meremang." ujarnya, menggosok kedua lengan bergantian.

"Mungkin efek dari tidur panjangnya, Tuan Muda." sahut Kepala pengurus rumah tangga yang ada di sana.

Sedangkan Marquess Veeren Walas hanya diam duduk di sofa. Berkas-berkas yang menjadi bahasan awalan tak lagi ia sentuh dan pikirkan. Yang ada di kepalanya hanya gadis bergaun putih polos tanpa alas kaki yang berlari ke arah timur kediamannya.

TBC

avataravatar
Next chapter