1 Pangeran Sekolah

Adrew menatap di kejauhan sana, melihat ada gadis berkerudung yang memakai seragam putih abu-abu yang sama dengannya.

Tiba-tiba sahabatnya yang paling bawel menepuk bahunya, "Ad, liatin apa lo?" tanya Geo.

Adrew menggeleng dan kembali fokus ke ring, melempar bola basket ke sana.

"Gue tau kok lo liatin Annisa, kan?"

Setelah bola masuk ke ring, Adrew segera menangkapnya dan mendriblenya. Teriakan-teriakan sekelompok perempuan memenuhi lapangan, padahal para remaja laki-laki itu hanya latihan dan tak melakukan atraksi apapun selain tebar pesona. Namun, mereka berhasil membuat para gadis berteriak histeris seperti orang kesurupan.

"Annisa siapa?" tanya Adrew balik.

Geo merebut bola yang sedang dimainkan oleh Adrew dan menghadang langkah temannya itu, agar Adrew fokus pada pembicaraan mereka.

"Mungkin Fajri, Elang sama Zhen gak peka sama perasaan lo, ke Annisa, tapi gue sering lihat lo perhatiin tuh cewek berkerudung," ujar Geo membuat Adrew menegang.

"Gue gak tau namanya," jawab Adrew sekenanya.

Tentu saja fakta itu membuat Adrew shock bukan main. Bagaimana bisa ada laki-laki menyukai seorang gadis tapi tak tau namanya. Biasanya kalau ia tidak suka stalking, minimal ia tau namanya atau nama panggilannya. Adrew memang ajaib, sampai membuat Geo ingin muntah menghadapinya.

"Heh?! Lo suka sama dia tapi lo gak tau namanya?" tanya Geo hampir berteriak.

"Jadi namanya, Annisa?"

Adrew jelas tak memperhatikan ocehan Geo yang suka melebih-lebihkan sesuatu. Namun, ia tidak tau kalau sekarang ia yang kebangetan karena tak tau nama gadis yang ditaksir.

Geo menghela napas merasa frustasi dengan sahabatnya yang sok polos itu. Sementara Adrew dengan santai kembali menatap sosok yang sedang duduk di antara dua gadis yang mengoceh.

Gadis berkerudung itu hanya mendengarkan dan sesekali tertawa. Meski ketiga gadis itu duduk di tribun lapangan basket, mereka terlihat tak fokus ke arah para pemain di lapangan. Mereka terlihat hanya mengobrol dan terus mengabaikan sekitar seolah dunia hanya milik mereka bertiga.

"Annisa Rahmah, dia anaknya tukang nasi uduk di depan gerbang komplek gue. Kadang juga dia yang jualan kalo Emaknya gak jualan," ujar Geo.

Adrew menatap Geo terkejut, membuat Geo salah paham, mengira kalau Adrew langsung ilfil mendengar kalau gadis pujaannya adalah gadis biasa saja, tidak sepertinya yang tajir melintir.

"Kenapa lo, nyesel karena dia cuma anak tukang nasi uduk?"

Adrew menggeleng, "Justru gue berniat jemput lo tiap pagi."

Binar di wajah Adrew membuat Geo ngeri dan mencoba mengonfirmasi. Sahabatnya tak ada yang tau persis isi pikiran penyandang rangking pararel dalam tiga semester berturut-turut.

"Lo suka sama dia, suka banget?"

"Iya, suka banget."

Rasanya sekarang Geo ingin nyemplung ke rawa-rawa kalau saja ada rawa-rawa di sekitar sana, sayangnya tidak ada. Ia shock tentu saja, temannya yang satu itu minta ditendang bokongnya karena membuatnya hampir jantungan.

Geo shock bukan main, selain karena Adrew yang tak pernah menunjukkan ketertarikannya pada seorang gadis sampai dicap 'belok', ditambah dengan siapa yang ditaksir sahabatnya itu.

"Wah si gelo, dia muslimah Ad!"

Adrew mengeryit bingung, "Kenapa?"

"Lo sama dia gak bakal bisa sampe finish atau pernikahan. Kalo lo maksa, itu hanya akan memperpanjang penderitaan lo. Tapi terserah sih, kalo gue boleh kasih saran lebih baik lo berhenti sekarang daripada nanti udah cinta semakin dalam."

Adrew tak membantah, ia hanya diam dan kembali merebut bola di tangan Geo untuk dimainkan lagi. Ia diam bukan mengabaikan saran Geo, ia tau persis apa konsekuensinya, tapi ia tak tau akan bagaimana ke depannya.

Di sisi lain, Annisa, Dewi dan Keyla tengah duduk sambil ngobrol dengan cemilan di tangan masing-masing. Mereka di sana bukan untuk nonton para pemain atau tim basket berlatih, melainkan mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan mengobrol.

Meskipun pada dasarnya Dewi dan Keyla juga ingin cuci mata dengan melihat para anggota tim basket yang merupakan most wanted boy di sekolah.

"Liat tuh Kak Adrew maco banget, gila!" pekik Dewi memuji.

"Iya bener lo, Wi! Udah ganteng, maco, tinggi, dingin dan ... seksi," puji Keyla dengan suara centilnya.

Annisa jijik mendengarnya, ia hanya bisa meringis dengan senyum kaku. Sementara Keyla masih senyum-senyum tak jelas, untung cemilan yang sedari tadi ia makan tak salah masuk lewat lubang hidung.

Kalau benar terjadi Annisa tak akan menahan tawanya, sebab itu bukan ketidak sengajaan.

"Dia dari keluarga Rexan, kan?" tanya Dewi.

"Iya, anak pemilik Rexan yang memproduksi mobil Rex-X dan yang terbaru itu Rex-SportOne. Udah gitu selama ini produknya hanya diproduksi sedikit karena harganya yang super mahal. Limited edition gak tuh!"

"Woah gendeng, cucok!"

"Gimana yah kok bisa ada manusia sekeren dia, apakah aku masuk ke dunia novel?" tanya Keyla menghalu.

"Terus kita jadi figuran gitu?" tanya Dewi tetawa.

"Enggak dong, kita harus merubah nasib kita agar tidak sial," ujar Keyla membantah.

"Sudahlah, pusing aku ...." protes Annisa halus.

"Menghalu dia Nis," ujar Dewi tertawa.

"Lu juga kan suka menghalu," ujar Keyla tersenyum.

"Suka, kita kan sebelas dua belas sama lo, gue sebelas dan lo dua belas."

"Apaan curang, enggak dong gue sebelasnya."

"Kenapa gak 12.12 aja kayak promo tahunan," sambar Annisa jengah.

"Ide bagus, Sayang," ujar Dewi pada Annisa.

Mereka terus mengobrol hingga bel masuk berbunyi. Annisa, Dewi dan Keyla terlihat santai menuju kelas. Tak seperti siswa lain yang berlari seperti dikejar dedemit.

Tiba-tiba Keyla merasa sahabatnya Annisa terlihat pucat dan mulai melambat jalannya, ia segera berhenti dan memegang bahu Annisa.

"Nis, lo kagak apa-apa?" tanya Keyla cemas.

Dewi ikut cemas dan meletakkan punggung tangan kanannya di dahi Annisa.

"Ke UKS aja, yuk!"

Annisa menggeleng dan tersenyum lemah, tetapi detik berikutnya ia limbung dan ditangkap oleh sebuah tangan besar. Annisa diam menahan sakit kepalanya, berusaha melihat siapa yang menangkapnya tetapi ia malah diangkat dan dibawa ke ruang kesehatan.

Saat itulah Dewi, Keyla dan orang-orang yang ada di koridor yang dilewati Adrew langsung jejeritan iri. Ya, orang yang membawa Annisa adalah Adrew, most wanted boy sekolah. Annisa sudah tak sadarkan diri, Adrew langsung mempercepat langkahnya ke ruang kesehatan.

Ini akan menjadi berita heboh, bagaimana tidak, sang Pangeran Sekolah tengah menggendong seorang gadis yang pingsan. Bahkan semua gadis rela pingsan kalau yang menangkap dan menggendongnya adalah pangeran sekolah itu, merekarela apapun yang terjadi. Geo dan teman Adrew lainnya juga bingung melihat tingkah sahabat mereka yang tak biasanya, mereka hampir mengira kalau Adrew kesurupan jin sekolah, itu Bukan Adrew Banget.

avataravatar
Next chapter