webnovel

KEPEDIHAN SANG GADIS

Kehidupan seorang Te Ressa Graham tidaklah selalu mulus bahkan setiap hari dirinya selalu mendapatkan gelombang dan badai betapa kerasnya kehidupan.

Kini ia tinggal bersama keluarga pamannya selama hampir 12 tahun sejak ibunya meninggal ketika ia berusia 5 tahun. Ibunya adalah seorang PSK yang bekerja untuk melayani setiap nafsu para pria. Namun, ketika ibunya menikah dengan seorang pelanggannya, ibunya selalu mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga. Dipukuli, ditendang, bahkan ketika mengandung seorang Te Ressa Graham, ibunya pernah tidak diberi makan selama beberapa hari dan dikurung di kamar mandi.

Ayahnya adalah seorang pekerja di perusahaan pakaian yang tidak terlalu terkenal dan selalu dibelit oleh hutang. Ayahnya selalu frustasi dan stress ketika para penagih hutang itu datang ke rumah. Ibunya nyaris untuk membunuh janinnya sendiri karena tidak sanggup untuk menghadapi suaminya bahkan menghidupi anak dalam kandungannya. Namun, sisi baik ibunya tetap hidup dalam dirinya untuk tidak membunuh calon anaknya itu.

Setelah kelahiran Te Ressa, keluarga itu malah semakin kesulitan. Hutang yang ada, semakin menumpuk karena biaya persalinan yang cukup mahal hingga keluarga tidak mampu untuk membayarnya. Hingga akhirnya, ibu Te Ressa Graham pun kembali menjadi seorang PSK, untuk mendapatkan uang karena suaminya sudah menjadi pengangguran karena di PHK dari tempat dimana ia bekerja.

Hal istimewa yang membuat ibu Te Ressa tersentuh dan mau kembali bekerja walaupun kembali menjadi seorang PSK adalah demi anaknya semata—Te Ressa Graham yang memiliki mata biru di mata kanannya. Ya, salah satu mata Te Ressa berwarna biru, seperti biru laut.

"Kau adalah anak yang special, Te Ressa. Akan ada banyak orang yang menyukaimu ketika melihatmu. Senyummu sangat manis, semoga hidupmu tidak lah sama seperti orangtuamu, Sayang," Ya itulah yang dikatakan ibunya ketika Te Ressa lahir.

Namun, kabar buruk menimpa keluarga seorang Te Ressa yang saat itu telah menginjak usia 5 tahun. Ibunya mati terbunuh ditembak dan ditikam oleh ayahnya sendiri, kejadian itu terjadi ketika ibunya membawa seorang pria ke rumah dalam keadaan pria tersebut tengah mencumbuinya. Ayah Te Ressa seketika mengamuk dan membunuh pria tersebut dan juga istrinya. Te Ressa yang secara langsung melihat pembunuhan itu hanya diam dan menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya melihat ibunya terkapar tak bernyawa, darah yang mengalir begitu deras di lantai dan ayahnya yang kemudian juga memukulinya.

Ketika amarah ayahnya mulai reda dengan mengurung diri, Te Ressa merangkak mendekati ibunya yang telah tiada itu. Ia menangis memanggil ibunya berharap ibunya masih hidup dan menjawabnya. Namun, semuanya sudah terlambat.

"Mom ... hiks hiks Moma ayo bangun. Jangan tinggalkan Te Ressa sendirian. Jangan pergi. Jangan pergi. Te Ressa takut sendirian!" Ya itulah yang Te Ressa ucapkan pada saat itu. Namun, Sang ibu yang begitu mencintainya kini telah tiada. Te Ressa merengkuh tubuh ibunya itu untuk yang terakhir kalinya.

Dan beberapa hari setelah kematian ibunya, ayahnya pun ditangkap dan dipenjara untuk waktu yang lama karena barang-barang bukti yang sudah terungkap bahwa ayahnya yang telah membunuh ibunya. Ketika ayahnya dipenjara, sang paman alias kakak dari ayahnya itu datang untuk menjenguknya. Ayahnya pun memberikan pesan untuk menjaga dan merawat anak tunggalnya itu. Pamannya pun mengiyakan dan menyetujuinya.

Namun, hal buruk kembali terjadi. Pamannya mendapati Te Ressa sakit keras dengan demam tinggi yang menyertainya. Selain ibunya, pamannya adalah orang kedua yang begitu menyayangi Te Ressa Graham. Te Ressa yang sudah menginjak usia 7 tahun itu segera dibawa ke rumah sakit.

Hal itu sudah terlambat dilakukan. Te Ressa kecil menjadi tuli total karena demam tinggi yang menyebabkan indera pendengarannya rusak dan sistem saraf pendengarannya menjadi malfungsi. Pamannya menyesali hal tersebut karena terlambat menolong keponakannya itu.

Setelah beberapa hari, dirawat di rumah sakit, pamannya akhirnya memutuskan untuk mengadopsi Te Ressa. Karena ia tahu, Te Ressa tidak memiliki sanak saudara sedikit pun. Pamannya juga bukan orang kaya, dan hanya hidup sederhana dengan seorang istri, dan 2 orang anak perempuan.

Entah apa yang membuat Te Ressa selalu mendapatkan hal buruk dalam hidupnya. Ibunya meninggal, ayahnya yang dipenjara, saat ini ia sudah tidak bisa mendengar lagi dan sekarang ia mendapati, keluarga pamannya yang tidak lagi menerima dirinya.

Ia dijadikan pembantu di sana. Mencuci pakaian, memasak, menyapu, mengepel, menjemur pakaian, melipat pakaian, belanja di pasar dan masih banyak lagi. Walaupun ia tuli dan tidak bisa mendengar apa pun lagi, namun Te Ressa bisa membaca, menulis dan berhitung. Sekalipun ia tidak bersekolah, sebelum ibunya meninggal, Te Ressa diajarkan banyak hal sebelum ia menjadi tuli saat ini.

Keluarga pamannya hanya memberikan note dan ditempelkan di depan kamarnya dan di pintu kulkas. Semua tugasnya sudah tertulis di sana. Jika ia melakukan kesalahan, ia akan dipukuli, dikurung dan tidak diberi makan beberapa hari. Pamannya tidak bisa berbuat banyak karena pamannya pun tidak setiap hari berada di rumah. Te Ressa hanya bisa menangis namun ia sendiri pun tidak bisa mendengar suara tangisannya.

Setelah beberapa tahun tinggal bersama keluarga pamannya yang bahkan tidak menerima kehadirannya, dan kini keluarga pamannya terjerat hutang yang tak bisa dibilang sedikit. Bermilyar dollar menjadi hutang keluarga pamannya. Te Ressa bahkan tak bisa berbuat apa-apa ditambah dengan kekurangannya yang membuatnya tak bisa berbuat banyak.

Penagih hutang itu datang berkali-kali bahkan mengancam jika tidak segera membayar, maka rumah mereka yang akan jadi bayarannya. Paman Te Ressa yang telah berkali-kali bertemu dengan para penagih hutang dan juga pemilik perusahaan yang meminjamkan uang.

Hingga pada akhirnya, Pamannya memutuskan untuk menjual Te Ressa kepada pimpinan perusahaan saham dan mobil itu sebagai pembantu rumah tangga. Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya pimpinan bermarga Klein alias Jo Nathan Klein itu mengiyakan dengan menjadikan Te Ressa sebagai bayarannya. Juga paman Te Ressa hanya perlu membayar setengah dari hutangnya. Sepakat dengan perjanjian itu, paman Te Ressa akhirnya, mengatakan persetujuan itu pada keluarganya terutama Te Ressa.

Te Ressa awalnya sedih karena merasa bahwa pamannya sudah tidak menyayanginya lagi dan akhirnya menjualnya pada orang lain untuk membayar hutang-hutang keluarganya. Te Ressa tak bisa melawan dan hanya bisa berharap ia dapat diperlakukan dengan baik di rumah mewah yang akan ia tinggali nanti.

Te Ressa segera mengemasi pakaiannya dan akan beranjak dari rumah pamannya yang sudah 12 tahun ia tinggali dengan perlakuan buruk yang ia terima dari keluarga pamannya itu. Walaupun ia tidak mendengar apa yang diucapkan namun Te Ressa hanya bisa merasakan sakit pada tubuhnya bahkan bekas-bekas pukulan dan luka bekas tusukan pisau, dan cambukan masih terlihat jelas jika Te Ressa melepaskan pakaian.

Ketika Te Ressa telah mengangkat kakinya dari rumah pamannya itu, terlihat dari ekspresi wajah mereka terlihat bahagia walaupun Te Ressa tidak dapat mendengar apa yang mereka ucapkan, tapi Te Ressa yakin mereka sangat bahagia akan kepergiannya.

***

Te Ressa diantar oleh pamannya, menuju rumah Tuan Jo Nathan Klein, si pemilik perusahaan saham dan mobil yang terkenal dengan mobil Ferrari dan Lamborghini-nya itu. Dan sampailah Te Ressa di sebuah rumah yang cukup jauh dari perkotaan.

Te Ressa seketika terpukau dengan interior rumah yang super mewah itu. Bayangkan saja, kolam renang yang biasanya ada di samping atau di belakang rumah, kini berubah keberadaannya di halaman depan dengan beberapa anak tangga yang lebar untuk menuju rumah utamanya. Ya ini sangatlah indah, ketika suasana yang hampir gelap.

'Te Ressa, ayo masuk!' kata paman Te Ressa yang juga menggunakan bahasa isyarat agar Te Ressa juga memahami apa yang dikatakan walaupun ia tidak mendengar. Te Ressa mengangguk dan mengekori pamannya dari belakang.

Next chapter