webnovel

Part 9

"Ini, sedikit petunjuk buat tugasmu. Aku mendapatkannya dari salah satu rekan yang membayarnya dan ternyata nama panggilannya Gaara, Katanya ketika di sudah membunuh maka dia akan memperkenalkan namanya dan salah satu targetnya mengukir namanya di lantai dengan darahnya, dan terlebih lagi dia seorang perempuan dan foto tersebut mempermudahmu untuk mencarinya." ujar Mr. Yudi kepada nick setelah melempar berkas ke atas meja.

Nick mengambil foto yang katanya adalah suatu pentunjuk yang mempermudah tugasnya. Dia mengambil foto yang terlihat tidak asing baginya.

Hoodie Hitam dengan lambang Elang adalah Hoodie yang biasanya di pakai oleh siswa Sekolah Bisa di katakan itu adalah Hoodie persatuan suatu organisasi.

"Ck... stttt.. Dimana aku pernah melihat Hoodie seperti ini, ini sepertinya tidak asing lagi di mataku" ujar Nick mencoba mengingat ingat dimana dia pernah melihat Hoodie tersebut.

"Memang benar itu adalah Hoodie persatuan Organisasi di sebuah sekolah di kawasan xxx, jadi bisa saja Gaara adalah salah satu siswi yang bersekolah di sana" Ujar Mr. Yudi. Nick menyimpan foto tersebut ke dalam map dan menutupnya.

"Baiklah Mr. Yudi terimakasih atas petunjuknya, selamat malam, Silahkan" Ujar Nick mengadahkan ke dua tangannya ke samping Secara tidak langsung dia mengusir Mr. Yudi secara halus.

" Kau mengusir ku dengan cara Halus anak muda. Baiklah Ku tunggu hasil kerjamu selama ini." ujar Mr. Yudi kemudia berlalu pergi.

"Huft Pria tua yang menyebalkan" Ujar Nick setelah Mr. Yudi pergi.

Di lain sisi Di sebuah gudang kapur yang jauh dari pemukiman warga.

"Bagimana Kau sudah tau jawabannya, atau kau sudah ingat jawaban nya?" Ujar Seorang perempuan kepada Pria paruh baya di hadapannya.

" Kau! Sudah berapa kali ku katakan aku tidak tahu! Aku tidak Tahu"Teriaknya.

"Ck ck ck sayang sekali, andai kau tahu jawabannya maka aku akan mengampuni mu, Tapi kau melewatkan kesempatan tersebut." Ujar Prempuan itu.

Kemudian Perempuan tersebut berjalan ke arah Meja yang penuh dengan perkakas perkakas yang tidak jelas.

Dia mengambil palu dan bejalan ke arah Pria paruh baya tersebut sambil menggesek palu tersebut ke tempat yang bisa menimbulkan suara seperti meja atau rak yang ada.

Pria paru bayah tersebut Mundur ketika melihat Perempuan tersebut, Jika perempuan tersebut maju maka dia akan mundur.

"Larilah jika kau mau" Ujarnya dengan santai. Kemudian Pria paru baya tersebut Bangun Dan lari tergopoh gopoh keluar dari bangunan tersebut.

Hampir mencapai pintu gudang dia malah di hadang oleh Perempuan tadi.

" Dari mana datangnya cepat sekali" Batin Pria paruh baya tersebut.

Perempuan tersebut mendekat ke arahnya dengan senyum smirk-nya, Dia pun perlahan mundur dan tersudut di ujung tembok.

"Ck ck ck Lari pun kau sudah tak sanggup, padahal aku memberi mu kesempatan tapi kau tidak mempergunakanya dengan baik. Kali ini Beri aku kesempatan untuk memusnah kan mu" Ujarnya dengan senyum sinisnya.

Kemudian Perempuan Tersebut menampilkan raut wajah dinginnya seakan predator yang mengintai mangsanya dengan sekali gerakan saja dia mampu mengoyaknya.

Palu yang berada di tangan Kanannya Ia kerahkan Ke arah Lutut Pria paruh baya tersebut, Erangan kesakitan Mulai Menggema di dalan gudang tua tersebut.

"Ampun Tolong ampuni saya" Ucapnya memohon.

"Hmm Hmm tidak ada kata ampun lagi bagimu Pria tua" Ujarnya kemudian memukul kepala bagian belakang Pria tersebut, tanpa ampun kini dia memukuk buku buku jari Pria Paruh baya itu.

Darah sudah bercecer kemana- mana, Perempuan tersebut kembali melayangkan pukulannya ke lutut pria paruh baya tersebut tanpa ampun sedikit pun.

"Ku..moho..n To..long... ampu..i .. saya.. Sa..ay..a.. akan.. beri.. tah..u Uhuk.. Berkasnya..."Ujar pria paru bayah tersebut dengan tersendat- sendat. Bagaimana tidak dia sudah di ujung maut nyawanya akan melayang dengan satu kali hantaman saja.

"Bagus, Itu jawaban yang ingin ku Dengar dari tadi, Tetapi mengapa mulut bau mu ini Sulit sekali mengutarakannya hah"Ujar Perempuan tersebut dengan sinisnya.

"Baiklah katakan cepat di mana berkasnya agar kau terbebas oleh maut" Lanjut nya lagi.

"Berkas itu kini ada di tangan Mr.Yudi dia mebayarku agar buka mulut" Ujarnya Menahan sakit.

"Ah Mr. Yudi, si kepala badan intelegen yang akan merangkap jadi Kepala pengurusan Spy Cabang CIA begitu, Huh dia Sudah tidak cocok lagi menduduki posisi tersebut." ujarnya.

"Baiklah terima kasih infonya, kau bebas pergi kemanapun kali ini"Lanjutnya. Dengan semangat Pria paruh baya tersebut bangkit dari posisi sebelumnya dengan menahan kesakitan, senyum terbit di wajah keriputnya dan berjalan dengan terseok-seok ke arah mobilnya.

Dia mencoba menstater mobil tersebut dengan usaha yang keras, tetapi tidak membuahkan hasil , dari sebelah kirinya Lampu mobil menyorot dirinya diri luar kemudian cahaya tersebut kian mendekat dan menabrak nya, menyerek mobil dan dirinya ke arah jurang.

Mata yang melotot menyadari dirinya sudah di ambang kematian kemudian dia pasrah saat mobil tersebut sudah berguling ke bawah jurang.

Mobil tersebut kemudian meledak menimbulkan suara yang cukup besar, Asap dan api menyembul ke udara malam.Tidak lama kejadian tersebut Sirine polisi terdengar olehnya.

"Goodbye Pria tua, salah kau sendiri yang membuka kartu ku, sebenarnya kau tidak masuk dalam daftar ku tapi kau berani membuka kartu ku jadi ucap selamat tinggal pada dunia , kini Kau akan damai di alam sana"Ujarnya dengan senyuman yang tak pernah luntur di wajahnya. Kemudian Dia mengendarai mobilnya menjauh dari Gudang tersebut.

Mobil polisi tersebut sampai ke lokasi tidak lama setelah perempuan tersebut Pergi.

"Lapor Kejadian malam ini Jam 23.59 Di lokasi Xxx tidak jauh dari tempat kami bertugas sebuah mobil masuk ke jurang tolong segera datangkan bala bantuan ganti" ujar polisi tersebut ke arah talki walkinya.

"Kemudian tempat tersebut di beri garis polisi dan akan di periksa lebih lanjut, itupun kalau polisi dapat mengetahui penyebab dia mati, palingan mayatnya sudah hangus terbakar. Polisi akan melakukan otopsi maka sang keluarga tercinta akan berkata " Tidak kami tidak ingin melakukan otopsi jangan siksa suami ku dengan melakukan otopsi lagi, hiks kami ikhlaskan dia pergi" sambil menangis terseduh seduh, itulah akhir dari kisah hidupmu Pria tua jangan bermain apa dengan ku Gaara" Ujarnya dengan tangan kirinya yang menopang kepalanya dan tangan satunya menyetir, kemudian dia Tertawa dan melanjutnya perjalananya.

Next chapter