1 Prolog : Tiga Pria Bingung, Sabda Baginda dan Tattoo Phoenix

Gadis itu duduk disana. Sendirian sejak tadi. Tak ada tanda tanda dia datang bersama seseorang, atau pun sedang menunggu seseorang. Dengan tenang makan sendirian dan setelahnya menikmati rokok yang dihisapnya, tanpa sekalipun menoleh kanan kiri seolah autis pada keadaan sekitarnya. Penampilannya yang unik dan tak biasa sangat menarik meski jauh dari kesan mewah. Tak lebih dari sekedar celana jeans belel yang penuh warna cat lukis dalam berbagai motif. Sementara kaus polos yang dikenakannya berwarna putih bersih dengan bagian bahu yang terbuka memamerkan sepasang phoenix yang terbang anggun dalam bentuk tribal tattoo yang begitu elegan di kedua sisi bahunya.

Sementara itu, 3 orang pria yang duduk tak jauh darinya memperhatikannya dan sejak tadi berbisik dan berunding untuk menentukan siapa yang akan menghampirinya dan bagaimana caranya. Mereka kebingungan setengah mati untuk menghadapinya dan tak ada satupun yang dengan suka hati mau melakukannya. Hingga akhirnya seperti orang bodoh gambreng jadi pilihan mereka untuk menentukan siapa yang akan melakukannya.

"Lu, Ja!" seru Felix dan Mirza berbarengan. Raja yang dituding tak berkomentar sama sekali.

"Buruan, Ja. Keburu pergi ntar dia." lanjut Felix.

"Buruan buruan pale Lu. Gua bingung mesti gimana?"

"Ya mana gua tau. Terserah Lu aja." kata Mirza frustasi.

"Nggak usah ajalah!" pinta Raja memelas.

"Kudu. Lu mau si Roa ngamuk." kata Mirza lagi. Lalu ketiganya meringis mengingat apa yang dikatakan kawannya minggu lalu.

"Kalian bertiga, dengerin gua baik baik. Gua minggu depan balik ke Bandung. Sehari doang dan gua minta selama seminggu ini lu cariin seorang cewek buat gua." jelas Roa.

"Gampang mamen, seribu juga asal lu kuat aja." kata Raja yang duduk tepat didepan layar komputer. Tawa gelinya diikuti oleh kedua temannya yang duduk di kanan kirinya.

"Denger dulu gua ngomong!" Roa sedikit sengit. Ketiga temannya sontak terdiam "Gua balik besok cuma buat nemuin dia. Lima tahun lebih gua nggak pernah ketemu dia lagi. Dan info yang gua punya juga minim karena rupanya facebook yang dia punya nggak ngeliatin satu pun foto yang jelas gimana penampilan dan wajah anak itu sekarang. Beberapa minggu kebelakang gua cari tahu kabarnya, tapi gua nggak yakin bisa nemuin dia dalam satu hari sekaligus ngomong banyak hal sama dia. So, seminggu ini please kalian bertiga cariin dia buat gua. Bisa?"

Ketiganya meringis linu. Permintaan yang berat dan nyata tak mudah. Selama seminggu tak ada hasil yang didapat oleh ketiganya. Informasi yang dimiliki jelas sedikit sekali.

"Tapi kalian yakin itu ceweknya?" Tanya Raja.

"Iya. Lu liat tuh tattoonya!" jawab Felix.

"Tattoo gitu kan banyak, bisa siapa aja yang punya."

"Kalo gitu lu tanya, bener dia apa bukan." lanjut Mirza, "Ayolah Ja, si Roa dateng besok. Seminggu ini kita nyariin tu cewek hasilnya nihil, sekarang setelah ketemu masa mau dilepasin dan milih amukan si Roa."

"Duh, jangan gua lah. Kalian aja."

"Alah lu, katanya penakluk, ngakunya kolektor, masa ngomong sama satu cewek aja nggak berani lu!" dumal Felix.

"Cewek manapun deh. Asal jangan dia." Tunjuk Raja

"Emang apa bedanya?" tuntut Mirza.

"Lu liat aja, cewek kayak dia bukan bidangnya gua."

Dengan kesal Felix melirik gadis itu lagi. Yang kini tengah membereskan barang barangnya yang tadi di atas meja kedalam tas kecil yg dibawanya.

"Tuh kan, keburu pergi." dengus Felix seraya meninggalkan kedua temannya dan menghampiri gadis itu.

Raja dan Mirza memperhatikan saat Felix menghadapi gadis itu. Tampak ragu ragu dan canggung, persis seperti seorang cowok culun yang ingin berkenalan dengan seorang seleb. Padahal gadis itu sama sekali tak terlihat istimewa. Penampilannya sungguh polos tanpa aksesoris dan riasan wajah. Kata Roa, gadis itu bernama Sei, tinggi badannya sekitar 160 sampai 170 centimeter, wajah bulat telur dan berkulit gelap seperti gambaran Roa. Tattoo phoenix di bahunya juga sama seperti gambaran pria itu, wajahnya memang tak terlalu mirip dengan foto berukuran kecil yang dikirimkan Roa bersama segelintir informasi kurang valid yang entah dari mana dia dapatkan, maka masih butuh perbincangan langsung dengannya untuk memastikan.

Keduanya masih memperhatikan saat wajah gadis itu berubah dari bingung kemudian kaget. Dia yang semula telah berdiri dan hendak beranjak pergi, kembali duduk dan Felix duduk dihadapannya. Lalu Mirza dan Raja saling pandang, merasa lega dan yakin pencarian mereka telah usai.

Raja tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu. Dia sungguh kaya ekspresi. Raut wajahnya berubah terus menerus, dari bingung ke tenang, kaget ke tenang, marah ke tenang. Seolah menguasai keadaan adalah hal yang sangat mudah baginya. Dan bersama Mirza yang duduk disampingnya, masing masing keduanya bertanya tanya dalam hati, apa yang mereka bicarakan hingga selama ini. 15 menit yang mereka lewati hanya untuk menunggu Felix, jadi saat penyesalan bagi keduanya, karena tak berani mendekati gadis itu dan memilih penasaran disini.

Dan setelah melewati hal itu, keduanya melihat Felix menyalaminya sebelum gadis itu berdiri dan melihat keduanya sekilas lalu tersenyum seraya menganggukan kepalanya sedikit dan berlalu pergi. Lalu Felix kembali pada kedua temannya dan menolak menjelaskan apapun saat berbagai pertanyaan menyerangnya. Tentunya mereka belum tahu siapa gadis itu hingga Roa mencarinya dan sengaja datang jauh jauh hanya untuknya, apa hubungan diantara Roa dan gadis itu, serta kenapa gadis itu harus jadi yang dicari Roa sementara dari seluruh peradaban yang mereka jajaki, mereka tahu pasti sebanyak apa gadis yang mencari Roa karena pribadinya yang serba sempurna sebagai seorang pria.

"Demi Tuhan, gua ngerasa nggak berhak dan nggak bisa jelasin apa apa." jelas Felix saat kedua temannya bertanya, tunggu aja sampe Roa atau Sei yang jelasin nanti. Gua pikir dia bisa jadi temen yang asik." katanya penuh keyakinan.

avataravatar