110 Jamuan Teh Tetangga Keluarga Fujihara

Selama beberapa menit, Wataru duduk di ruang tamu dengan wajah merengut tak nyaman, kesal dan berusaha menahan kesabarannya.

Jika bukan karena ingin bertemu keluarga Misaki dan menggali informasi tentang mereka, mana mau ia bersama seorang ibu-ibu kompleks ngeteh di ruang tamu dan menghabiskan waktu untuk bergosip. Apalagi kalau bukan itu?

"Maaf, tehnya baru selesai disiapkan!" ujarnya pada Wataru, tersenyum lebar nyaris cengegesan. Tangannya meletakkan secangkir teh panas di depan tamunya dan menyisihkan sisanya untuk dirinya sendiri.

"Terima kasih," gumam Wataru, menjaga sopan santunnya.

"Ya, silahkan. Ini sedikit camilan enak. Ayo, dicoba!"

Perempuan itu melirik diam-diam penuh minat pada Wataru ketika menggeser sepiring kue berbagai macam bentuk dan rasa ke tengah meja. Kedua matanya tersenyum licik.

"Kalau boleh tahu, sudah berapa lama Keluarga Fujihara tinggal di kompleks ini?"

Wataru mengabaikan sajian yang diberikan padanya, ia hanya bisa fokus pada masalah Misaki semata. Ia tidak datang jauh-jauh ke Akishima hanya sekedar untuk minum teh dan memakan camilan di rumah orang asing seperti ini.

Perempuan itu tampak terlihat canggung, merapatkan kedua tangannya di depan dada dengan mata mengerling gelisah menghindari tatapan tajam tamunya.

"Ah... kalau itu lumayan lama. Mungkin sekita 2 atau 3 tahun lalu. Hmmm... aku tidak begitu ingat," terangnya dengan kepala dimiringkan, berusaha mengingat-ingat dengan baik. Tangan kanannya mengelus dagunya dengan gaya bertopa dagu.

"Terkait Misaki, apa benar Anda tidak pernah melihat atau mendengar tentangnya?"

Wataru memperhatikan bahasa tubuh perempuan itu, tapi dari hasil pengamatan singkatnya, bisa disimpulkan bahwa ia berkata jujur.

Kekecewaan menenggelamkan hatinya.

Siapa sebenarnya dirimu, Misaki? Kenapa kau seolah diliputi banyak misteri? batinnya dengan wajah menggelap.

"Maafkan aku, ya, anak muda, tapi aku benar-benar tidak tahu soal dia. Kau boleh bertanya pada tetangga yang lain jika masih belum puas."

Ia meraih telepon nirkabel dan melakukan panggilan keluar. Wataru terkejut tapi hanya diam tak menanggapi. Walau hatinya merasa kesal, tapi gosip ibu-ibu itu lebih hebat daripada berita infotainment, hanya saja ia harus pintar-pintar memilah mana yang benar, mana yang tidak.

"Ahahaha! Betul! Anak muda itu sepertinya kenalan dari keluarga Fujihara," ia melirik sejenak dengan takut-takut pada Wataru, senyumnya agak kaku dan sedikit cengengesan. Perempuan ini memunggunginya dengan satu mulut menutupi mulutnya.

Wataru hanya membalasnya dengan senyum kecut.

Tak berapa lama kemudian, rumah itu akhirnya dipenuh oleh ibu-ibu kompleks yang begitu ramai.

"Ahahaha! Ternyata benar, ya, dia sangat tampan!" puji seorang perempun gemuk dengan rambuy kribo, wajahnya bulat berhias bibir tebal yang sangat besar.

Wataru menatap ngeri dan gelisah pada perempuan kribo itu dari seberang meja, di kedua sisinya dipenuhi oleh ibu-ibu kompleks yang sangat penasaran dengan dirinya dan Keluarga Fujihara. Raut wajah Wataru memucat bagaikan bubur.

"Haduh, sudah lama kompeks kita tidak kedatangan pria tampan sepertinya," ucap seorang perempuan berbaju wol ungu dan rok kuning tua. Rambut pendeknya berayun lembut ketika tertawa menutupi mulutnya sendiri, tersipu kagum melihat ketampanan Wataru di depannya.

"Ya! Ya! Pria tampan memang sesuatu, ya! Aura di sekitar kita langsung berubah!" seru seseorang di sebelah kiri sang pria.

Ini tidak seperti yang kuharapkan! Sial! Umpat Wataru, merasa tak berdaya dikepung oleh ibu-ibu kompeks tukang gosip.

"Namanya Toshio Wataru. Kalian ini jangan begitu. Dia jadi kelihatan tidak nyaman, loh! Ohohoho!" tegur sang pemilik rumah.

"Ah! Benar! Benar! Maafkan kami, ya!" kata sang perempuan berambut kribo, tampak cemas dan ragu-ragu.

Pria ber-coat hoodie biru tua itu hanya bisa tersenyum lebar dengan perasaan canggung.

"Baiklah! Tidak adil rasanya jika dia saja yang memperkenalkan diri. Supaya lebih akrab, mari kita saling mengetahui nama masing-masing," saran sang pemilik rumah.

Dari tadi, dong! gerutu Wataru dalam hati, menyipitkan mata padanya.

"Namaku Koshikawa Rea," ucap sang pemilik rumah dengan punggung ditegakkan angkuh, kepala mendongak dengan mata menatap arogan dan tangan menyentuh dada.

Ibu-ibu lainnya bertepuk tangan antusias, terpesona dengan pembawaan berkelas sang pemilik rumah, atau lebih tepatnya sedang menjilatnya secara tidak langsung.

"Kalau aku adalah Yabuta Saeko," perempuan berkribo itu memajukan kepalanya ke depan meja, memandang Wataru dengan tatapan berbinar. "Aku punya anak perempuan yang masih kuliah, kalau kau berminat, aku akan mengenalkanmu nanti. Berikan saja nomor ponsel dan emailmu, ya!"

Wataru tertawa aneh, canggung dan hanya menggeleng tanda menolak. Raut gelisah sudah membuatnya semakin berkeringat di tempatnya.

"Hei! Kau terlalu terus terang! Apa kau tidak malu? Dia mungkin saja pacar salah satu anak keluarg Fujihara. Tapi, kalau dipikir-pikir juga agak sayang, ya? Bagaimana kalau bersama putriku saja? Ada yang masih kuliah, ada yang sudah bekerja. Apa kau sudah bekerja?" cerocos perempuan berambut cokelat sebahu, ia memakai wol rajut kuning gelap dan rok span merah selutut. Ia terlihat begitu berkelas dan tajam.

"Saya masih mencari pekerjaan alias pengangguran," potong Wataru cepat, mengangguk seolah meminta maaf. Langsung saja dengan sengaja ia membuat harapan perempuan itu musnah.

Wajah perempuan itu berkerut jijik dan sedikit menghina, tapi ia memaksa untuk memasang senyum lembut. Tentu saja karena ketampanan Wataru tidak bisa ditolak oleh siapa pun.

"Wajahmu bagus, kurasa kau bisa masuk ke dunia hiburan, kan? Kenapa tidak mencobanya saja?" sarannya dengan ekspresi sedikit melunak dan ceria.

"Saya tidak tertarik."

Perempuan itu mengerucutkan bibirnya, " sayang sekali," lalu tersenyum dengan wajah bersemu, Oh, ya! Namaku Yamasato Sachiko."

Wataru hanya mengangguk pelan. Selanjutnya 5 perempuan lainnya memperkenalkan diri dengan tak kalah antusianya.

"Kalau aku Takahato Sawako."

"Nakajima Homi."

"Akamatsu Kunie."

"Kaneda Azami."

"Dan aku Kinoshita Sizuka."

"Senang berkenalan dengan Anda sekalian," ucap Wataru dengan pembawaan kikuk dan cemas.

"Baiklah! Baiklah! Sudah cukup perkenalannya! Mari cicipi camilannya dulu! Sebagian dari kalian bantu aku di dapur untuk menyiapkan hidangan utama."

Beberapa dari mereka mengikuti Rea ke arah dapur, dan sisanya masih mengelilingi Wataru.

"Jadi, kami dengar kau sedang mencari anak perempuan keluarga Fujihara, ya? Siap tadi namanya? Misake? Misame?" tanya Saeko, si rambut kribo.

"MIsaki! Namanya Misaki!" tegur Azami dengan wajah galaknya.

"Oh, ya, ya benar! Misaki! Misaki! Jadi, ada apa dengan perempuan bernama Misaki ini?" selidik Saeko dengan mata menyipit curiga, senyumnya tersenyum licik.

"Benar! Benar! Ceritakan pada kami!"

"Ya! Ya! Apa dia anak haram keluarga itu?"

"Oh! Bisa jadi! Kita, kan, tidak pernah mendengarnya sebelumnya, kan?"

"Iya. Bahkan dalam daftar keluarganya pun hanya ada mereka yang kita tahu, kan? Ayah mereka juga sudah meninggal lama sekali."

"Aneh, ya, tiba-tiba ada muncul kakak perempuan untuk si kembar itu."

"Hei! Hei! Apa karena itu ibu mereka suka keluar lama? Apa itu ada hubungannya?"

"Wuah! Teori gila apa itu?"

Mereka semua perlaham mendekat untuk mendengar jawaban lelaki tampan itu.

Sudut bibir Wataru berkedut kesal, keningnya bergerak-gerak menahan rasa jengkel. Wataru memandang gelap dan kesal kepada rasa ingin tahu mereka, namun harus ditahannya demi mengulik informasi tentang keluarga Fujihara. Hasil pencarian Detektif Futaba sepertinya tidak mutakhir, dan itu membuat lelaki ini sedikit dongkol.

Kini ia harus bergulat dengan ibu-ibu kompleks tukang gosip yang sepertinya lebih tertarik untuk mengincar keburukan Keluarga Misaki daripada membantunya.

***

----------------------

*Catatan Penulis

Halo!

NatsuHika di sini!^^

Yeay! Akhirnya saya berhasil update 1 bab yang penuh perjuangan!

Hahaha~

Mohon maaf jika masih ada typo, saya nggak bisa seteliti dulu karena lagi dikejar deadline di mana-mana, tapi nanti akan saya perbaiki, kok. ^^

Oh, ya! Saya sedih sekali sewaktu tahu SPP dibajak dan digembok.

Pihak yang membajak sudah menurunkan SSP di sana, tapi saya nggak tahu sampai kapan.

Entah secara permanen atau sementara.

Saya akan pantau seumur hidup.

Kenapa saya nggak rela?

Karena SSP akan saya buat gratis sampai tamat, dan saya tulis berbeda dengan novel saya yang lain. Dedikasi dan cinta saya pada SSP tidak main-main. Dan tidak ada yang rela kerja kerasnya dicuri orang, kan?

Selama tidak update SSP, saat mendengar lagu-lagu Kenshi Yonezhu, saya pasti bakal sangat rindu pada SSP, khususnya saat mendengar lagu yang berjudul Uchiage Hanabi.

Lagu itu benar-benar sangat menggambarkan SSP, selain yang berjudul Lemon.

Saya akan tetap update SSP di sini sampai akhir tahun dulu demi para pembaca setia, nanti tahun depan saya pelan-pelan pindahin ke tempat lain. Akan ada visual dan daftar lagu-lagu, serta trivia lainnya.

Tapi, saya nggak janji updatenya bakal teratur saat ini.

Selain karena saya sudah lupa sedikit beberapa detail dalam ceritanya, dan harus baca ulang serta perbaiki draft, saya masih sibuk kejar deadline NKCP sampai saat ini.

Bulan ini saya harus buat adegan menikah Amalia Rasyid dan Lee Jun Min. Dan, saya juga ada kontrak baru di tempat lain yang butuh kejar deadline untuk segera publish 20 bab. Nanti akan saya beritahu jika babnya sudah banyak di novel baru saya itu, mungkin ada yang tertarik, tentang dunia hiburan dan kisah percintaan manis yang diliputi benci dan cinta, serta salah paham. Hahaha~

Berikut ini adalah catatan spesial yang akan ada di tiap bab sampai SSP pindah ke platform lain. Kalian bisa skip bacanya. Saya taruh catatan ini agar kalau dibajak lagi, bisa terangkut dan dibaca oleh pembaca di aplikasi palsu itu.

Sampai jumpa di bab berikutnya!^^

Jangan lupa vote, ya, guys!

Hadiah buku novel Ncheet Nca menanti bagi yang votenya paling rajin, ya!^^

==========================

*Catatan Spesial Tiap Bab

Novel saya SAINGAN SANG PLAYBOY adalah novel GRATIS, ya, guys!

KALIAN TIDAK PERLU BELI KOIN DAN BUKA GEMBOK UNTUK BACA INI!

Resminya yang gratis hanya bisa dibaca di platform WEB**NOVEL sampai bab tertentu ( sudah ada 109 bab per tanggal 9 September 2020), karena saya ngambek update akibat kena bajak oleh aplikasi palsu yang melakukan scrapping/webmirroring pada novel saya ini, makanya blum ada bab baru sejauh ini.

WEB**NOVEL (buka tanda ** untuk tahu nama asli aplikasinya, karena saya sensor), merupakan rumah pertama lahirnya novel saya SAINGAN SANG PLAYBOY alias SSP ini.

Jika para pembaca menemukan SSP digembok di aplikasi lain dan nama aplikasinya bukan WEB**NOVEL di playstore, maka itu adalah aplikasi bajakan alias palsu.

Kasus ini saya jelaskan di bab 109, ya!

Kalaupun jika saya ingin kontrakkan SSP alias gembok, maka kemungkinan hanya bisa ditemukan di DREA**ME (buka tanda ** untuk tahu nama asli aplikasinya, karena saya sensor).

Itu pun saya masih pikir-pikir selama SSP belum tamat.

Apa artinya? SSP mungkin akan gratis SELAMANYA DI INTERNET, dan saya akan jual cetaknya aja secara pribadi.

Untuk pembaca ireading atau aplikasi bajakan lainnya, kalian pindah ke WEB**NOVEL saja.

Di sana lebih murah dan banyak gratisannya, lebih hemat buat kantong kalian dan ada komunitasnya di facebook.

Kalian bisa juga save dan baca offline di WEB**NOVEL, jadi hemat kuota. Nggak kayak di aplikasi bajakan atau palsu, harus punya kuota dan nggak bisa dibaca offline.

P. S

Catatan penulis ini sengaja saja taruh di setiap bab untuk jaga-jaga kena bajak lagi dan infonya ikut tercopy ke sana agar bisa dibaca oleh pembaca yang terjebak di aplikasi bajakan/webmirroring/scrapping WEB**NOVEL di mana pun mereka berada.

Kalian bisa cari di playstore dengan mengetik "webnovel", yang diterbitkan/dipublikasikan atas nama Cloudary.

Selain daripada itu tentu saja adalah aplikasi ilegal.

Udah mahal, nggak bisa sapa penulisnya pula.

AYO, PINDAH KE WEB**NOVEL!!

Selain di sana sumber asli SSP, novel lain juga ada di sana dan updatenya lebih teratur, ya!

Sampai jumpa di aplikasi resmi dan legal!^^

avataravatar
Next chapter