webnovel

Awal Baru

Lisa, Lisa Gabriella Abraham. Putri tunggal pengusaha terkaya ke-13 di seluruh dunia. Diumurnya yang ke-17 tahun, dia memutuskan untuk keluar dari tim NBA dan melanjutkan pendidikannya. Selama ini, dia menempuh pendidikan dengan memanfaatkan internet dan menghubungi tante dan teman-temannya untuk mengemban pendidikan.

Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang lahir 5 tahun lebih tua darinya. Angello, Angello Michell Abraham. Kakak Lisa ini adalah seorang yang sangat posesive kepadanya sehingga mendapat sebutan brother komplex bagi mereka yang mengenal dan dekat dengan mereka. Lisa tak mempermasalahkan hal itu. Namun, tetap saja dia butuh privasi untuk dirinya sendiri. Diusianya yang baru berumur 22 tahun, Angello sudah dipercayai kedua orang tua mereka untuk mengurus dan mengelola setengah dari saham perusahaan keluarga.

Lisa saat ini berada di sebuah negeri yang sedang ditumbuhi oleh pohon sakura yang sedang bermekaran, Negeri Sakura, Jepang. Setelah keluar dari tim NBA, Lisa mulai mengurangi fokusnya ke dalam permainan basket kerena kondisi kesehatannya yang kurang baik dan melanjutkan pendidikannya di Negeri Sakura itu. Sebenarnya, dia bisa saja tetap di Amerika atau Swiss. Namun, dia ingin hidup mandiri serta melepas kekesalan dan rasa frustasinya disini.

Sambil nenenteng tas selempang kecil di bahunya, Lisa keluar dari bandara dengan mengenakan sweeter abu-abu dan jeans hitam dengan rambut pirang kecoklatan yang dibiarkan tergerai. Setiap langkahnya bagai seorang model papan atas dengan tubuh tinggi semampai dan kaca mata hitam yang bertengger manis di atas hidungnya.

Saat dia keluar dari bandara, beberapa body guard langsung menyambutnya dan menuntunnya masuk ke dalam mobil dengan pengamanan tetat. Sosoknya menjadi bahan tontonan banyak orang yang berada di bandara yang mengira dia adalah seorang model papan atas dari negeri asing yang sedang berlibur di Negeri Sakura ini.

"Ms. Alana, kita langsung pulang ke rumah. Aku ingin beristirahat! Besok jemput aku pukul 6 pagi. Kita langsung ke sekolah." ujar Lisa dengan malas.

"Baik! Tapi Nona, sekolah Anda masuk pukul 07:45 pagi. Bukankah itu masih terlalu pagi?" tanya seorang wanita dengan pakaian berjas lengkap seperti seorang pegawai. Wanita ini adalah Alana Johant, seorang maneger dan kepala palayan pribadi Lisa. Dialah mengurus segala keperluan dan keamanan Lisa.

"Latihan. Sudah menjadi rutinitasku setiap pagi untuk latihan, bukan? San lagi, aku tidak diizinkan untuk mengikuti ekstra klub olah raga. Tentu saja aku memanfaatkan waktu swbaik mungkin." jelas Lisa dengan raut wajah datar.

"Baik! Tapi, jangan paksakan diri Anda, Nona."

Lisa hanya bergumam singkat untuk membalas ucapan Ms. Alana. Dia kehilangan gairah semangatnya setelah dia keluat dari tim NBA. Banyak perjuangan, air mata dan keringat yang keluarkan sebelum menjadi pemain terbaik dari pemain terbaik lainnya. Dia belum siap untuk keluar dari tim secepat ini. Namun, takdir berkehendak lain dan tidak mendukungnya untuk meraih impiannya.

Bohong jika dia mengatakan bahwa dia tidak apa-apa! Bohong jika dia mengatalan bahwa dia tidak frustasi! Bohong jika dia mengatakan bahwa dia tidak merasa kecewa! Semua terjadi begitu tiba-tiba sehingga dirinya tidak memiliki persiapan apapun. Bagi pencinta olah raga basket seperti dirinya, ini adalah sesuatu yang tidak pernah mereka inginkan.

Namun, takdir berkehendak lain. Siap tidak siap, Terima tidak terima, dia harus menerimanya dengan lapang dada. Tidak peduli sekeras apapun dia menolak dan melarikan diri, kenyataan adalah kenyataan! Tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditolak. Tidak peduli siapa pun orangnya.

Ketika Lisa sampai di pekarangan rumahnya, dia langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya begitu saja. Begitu juga para body guard dan Ms. Alana selaku manejer dan kepala pelayan pribadi Lisa. Ketika masuk ke dalam rumah, para pelayan langsung datang menyambutnya di aula utama rumah itu. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum tipis sebelum meninggalakan mereka masuk ke dalam kamar miliknya yang berada di lantai 2.

Lisa langsung merebahkan dirinya di atas kasur queen size miliknya setelah mandi dan mengganti pakainnya dengan pakaian kasual rumahan. Dia terlihat sedang memikirlan sesuatu sebelum akhirnya terlelap tidur. Dia terlihat sangat kelelahan setelah duduk selama berjam-jam di dalam pesawat dan selama itu dia terus terjaga tanpa tidur.

Lisa bangun dari tidurnya tepat sebelum makan malam disiapkan. Dia langsung mandi dan menuju menuju meja makan setelah mengenakan pakaiannya. Dia makan dengan tenang setelah makan malam dihidangkan si atas meja makan. Di meja makan yang luas ini, dia hanya makan seorang diri hingga membuatnya kurang bernafsu menyantap makan malamnya.

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Lisa menuju ke ruang belajar pribadinya yang berada di lantai 2. Pada malam hari seperti ini, dia selalu membaca dan mengerjakan soal-soal yang dikirim oleh tante dan teman-temannya melalui fax. Dia tidak hanya belajar materi umum, dia juga belajar tentang cara mengelola perusahaan dan keuangan. Saat jam menunjukkan pukul 23:47, Lisa menutup bukunya dan beranjak tidur.

-----------------

Keesokan paginya, Lisa bangun pukul 5 pagi dan segera bersiap-siap mengenakan seragam sekolahnya. Dia memasukkan buku-buku sesuai jadwalnya hari ini ke dalam tas. Tak lupa laptop, phonsel, dompet dan eskulin. Setelah itu, dia langsung turun ke bawah menuju meja makan. Tak lupa untuk menyapa pada pelayan yang sedang mengerjakan tugas mereka.

"Selamat pagi, Ms. Alana!" sapa Lisa kepada Ms. Alana saat duduk di kursi meja makan.

"Selamat pagi juga, Nona! Kami telah menyiapkan makan siang dan honey lemon untuk Nona. Semoga Nona menyukainya!" jawab Ms. Alana.

Lisa hanya mengangguk dan fokus dengan sarapan paginya. Lisa menyelesaikan sarapannya dengan cepat lalu meminum obatnya dan segera berangkat ke sekolah. Hanamiya Gakuen. Sekolah impian yang terletak di Tokyo. Jarak yang di tempuh ke sekolah lumayan jauh dengan tempat tinggalnya sekarang. Mungkin sekitar 20 menit jika tidak terjebak macet di jalan.

Setelah perjalanan penuh dengan keheningan, Lisa tiba di sekolah dengan diikuti Ms. Alana yang ikut masuk ke dalam karena dia mendafatar sebagai guru untuk mengawasi Lisa di sekolah. Lisa segera menuju ke lapangan basket setelah mengganti seragamnya dengan pakaian dan sepatu olah raga.

Lisa melakukan sedikit pemanasan dan mulai mendrible bola basket dengan lincah lalu melatih three point shoot dengan sempurna 50 kali untuk melatih kemampuan shooting-nya. Tak hanya itu, Lisa berlari sambil mendrible bola basket kemudian meloncat sambil membawa bola basket dan memasukkannya ke dalam ring. Ini adalah teknik dunk. Begitu seterusnya...

Ms. Alana meminta Lisa untuk menghentikan latihannya ketika jam menunjukkan pukul 07:10. Lisa dengan enggan menghentikan latihannya. Walau wajahnya terlihat pucat dengan nafas yang tersengal-sengal dan keringat bercucuran, Lisa terlihat masih sangat bersemangat untuk tetap latihan. Dia sadar bahwa sekarang fisik tubuhnya tidak sekuat dulu lagi dan dia harus bisa membatasi dirinya sendiri saat ini.

"Jangan memaksakan diri Anda, Nona. Jika terjadi sesuatu dengan Anda, saya tidak bisa memaafkan diri saya sendri karena tidak becus menjaga Nona." ucap Ms. Alana dengan kekhawatiran terpampang jelas di wajahnya.

"Tenang saja, Ms. Alana! Aku tau batasanku dan menjaga diriku sendiri."

Lisa berkata dengan acuh tak acuh kemudian pergi ke ruang ganti untuk menganti seragamnya. Lisa sangat membenci dirinya ketika dikasihani seperti ini. Seperti seorang yang tidak berguna dan hanya dipandang remeh seolah dirinya tak bisa melakukan hal yang orang lain mampu.

Setelah itu, Lisa pergi ke ruang kelasnya dengan diantar Ms. Alana yang sekarang menjalankan peran sebagai guru. Saat keduanya memasuki kelas, sudah ada beberapa murid piket yang sudah datang dan terkaget dengan kehadiran keduanya. Lisa memandang seluruh kelas dengan datar dan acuh tak acuh, membuat Ms. Alana menghela nafas frustasi.

"Good morning, sons!" sapa Ms. Alana dengan ramah dan senyum tipis terukir di wajahnya.

"Morning, Ms. Alana!"

"Saya kemari intuk mengantar teman baru kalian! Semoga kalian bisa berteman baik dengannya. Kalau begitu saya tinggal dulu!"

Next chapter