1 Prolog

Kota Shibune.

Angin pagi terasa sejuk hingga ke dalam tubuhku. Mentari hangat pun tidak kalah hangatnya menerpa seluruh tubuhku.

"Hari ini kita akan pergi ke festival itu ya, Hiragaki, Yama."

Terlihat wajah senang dan bangga dari pria dihadapan ku. Pria itu bernama Mitaki. Memiliki rambut pirang dengan panjang hingga seleher, poni depannya terdapat dua helai yaitu kiri-kanan. Manik matanya berwarna abu metalik dan alisnya yang sedikit tipis dibanding yang lain. Sementara tubuhnya, tubuhnya kurus, tinggi tubuhnya sekitar 175 cm. Ditambah, dia sangatlah populer dikalangan wanita.

"Oh ya, Hiragaki. Bukankah katamu disana ada konser AI?"

Aku ketawa pelan. Terlihat wajah Yama dan Mitaki yang bingung.

"So-soal itu.."

"Ayolah jangan gugup begitu."

Tangan kanan Yama berada di pundak kananku. Terlihat wajah senang dan bangga akan dirinya terhadapku.

"Aku kurang yakin. Tetapi kata mereka... kata mereka ada AI di festival yang akan kita temui nanti."

Mitaki tersenyum lebar ketika mendengar jawaban dariku bahkan ia sampai melompat kegirangan atas apa yang ia dapat dari jawabanku.

"Itu berarti aku bisa melihat dia?"

"Dia?"

Aku dan Yama bingung dengan maksud dari kata "dia" yang dibilang oleh Mitaki.

"Itu lho.. masa kalian tidak tahu. Dia, dia yang terkenal di AI."

"Dia ya.."

Melamun terhadap apa yang dikatakan oleh Mitaki. Sepintas aku mengerti apa yang dimaksud olehnya. Karena tidak mungkin orang sepertiku tidak tahu apa itu AI dan siapa yang terkenal dalam AI.

Melirik ke arah Yama. Yama yang sedari tadi bingung dan heran pun tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Mitaki.

"Aku tidak mengerti. Sungguh, aku tidak tahu apa maksudmu, Mitaki."

"Tenang saja, Yama."

Yama yang aku tepuk bahu kanannya kini terlihat diam. Tatapan Yama kini juga mengarah ke arahku dengan wajah yang masih bingung dan heran.

"Itu lho.. dia.. dia..."

Membisikkan sesuatu pada Yama agar dia dapat mengerti maksud dari Mitaki.

"Oh... jadi dia itu si HM?"

"Hmmm.. benar sekali." Angguk ku dengan wajah bangga.

*****

Taman Miyoto.

"Kita sampai."

"Uwah!"

Aku, Yama, dan Mitaki tidak menyangka bahwa tempat festivalnya diadakan di taman Miyoto. Yaitu taman yang sangat luas dan lebar. Selain lebar dan luas, taman ini sering digunakan sebagai acara musiman seperti festival kembang api, musim panas, serta festival musim dingin. Taman ini bisa dibilang lokasi terbaik. Selain dari festival yang sering diadakan, taman ini mampu memiliki tempat yang strategis. Letaknya tidak berada jauh dari kota Shibune, kota Tokyo, dan kota Ritensha.

Dengan kata lain, taman ini mampu menjadi taman impian bagi para pecinta festival.

"Kenapa kau melamun, Hiragaki?"

"Ah, tidak. Aku tidak melamun kok. Cuma sedikit terkejut saja."

Yama dan Mitaki terdiam. Tatapan mereka berdua saling berhadapan. Aku, aku hanya bingung dan heran terhadap keduanya.

"Ayo, Higaraki!"

"Benar kata Yama. Ayo kita masuk, Higaraki!"

Keduanya memegang tanganku. Yama memegang tangan kanan sedangkan Mitaki memegang tangan kiri.

"E-eh? Tu-tunggu dulu! A-aku.."

Tidak ada yang peduli terhadap perkataan dariku. Karena keduanya telah memiliki ambisi untuk datang ke tempat ini.

Yama yang berambisi untuk membeli pernak-pernik event, baik itu gantungan kunci, sticker, cincin, serta kalung dari beberapa anime kesukaannya. Selain itu, Yama juga ingin melihat beberapa kostum, topi, dan celana yang mirip dengan anime yang ia tonton.

Sementara Mitaki, Mitaki hanya berambisi terhadap dance. Selain dance, ia juga berniat membeli figur vocaloid, AI, serta beberapa anime lainnya, bahkan ia berniat membeli lagu vocaloid terbaru dari apa yang pernah ia dengar. Dan juga, alasan ia datang kemari adalah untuk menonton konser HM.

Mereka terus menarik tanganku hingga kami hampir mencapai pintu masuk dari gerbang depan. Sebenarnya taman Miyoto ini memiliki tiga gerbang, gerbang depan, gerbang belakang, dan gerbang bagian barat atau orang-orang menyebutnya gerbang samping.

*Swom~

Seketika gerbang depan berubah menjadi sebuah gelombang aneh. Gelombang itu berwarna campuran. Ungu, putih, merah, hitam, serta biru.

"Se-sebentar, Yama, Mitaki!"

Mereka berdua masih tidak merespon perkataan ku dan malah terus menarik kedua tanganku.

"Sudah ku bilang hentikan!" Teriakku pada mereka dengan wajah kesal.

Tapi sayangnya, mereka masih tidak merespon. Kini wajahku menjadi takut, cemas dan khawatir akan sesuatu di depanku. Sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya, dan belum pernah aku mengalaminya.

"Tidak... Tidak... tidaaaaak!"

*Swom

"Hiiiik!"

Perlahan-lahan tubuhku mulai tertelan oleh gelombang tersebut. Tangan, kaki bahkan seluruh tubuh kini tertelan masuk ke dalamnya.

»»»»»●«««««

Author PoV

"Cepat kita masuk, Hiragaki!"

"Benar. Penantian lamaku kini terwujudkan."

Tidak ada jawaban dari Hiragaki. Mereka berdua hanya terus menerus menariknya tanpa henti. Disamping itu, Hiragaki hanya terdiam dengan wajah datar dan mulut yang terdiam.

Kaki keduanya perlahan-lahan sudah mulai berada di gerbang depan. Keduanya juga senang dan bangga atas keberhasilan mereka dalam mengajak Hiragaki masuk, tetapi sesuatu berubah. Tidak ada siapapun dibelakang mereka, hanya ada mereka berdua yang di depan gerbang.

"Lho... bukankah tadi Hiragaki bersama kami?"

"Kau benar. Lantas.. siapa yang kami pegang tadi?"

Keduanya kini bingung dan heran. Sementara perasaan Yama dan Mitaki terdapat rasa takut, gelisah, dan cemas bahwa yang mereka berdua pegang itu adalah tangan hantu bukan tangan Hiragaki.

"Ja-jangan bilang kalau itu.."

Dengan cepat, Mitaki memegang bibir Yama agar tidak kelepasan berbicara. Di satu sisi Mitaki juga merasakan hal yang sama, tapi Mitaki tahan dengan rasa penasaran yang kuat.

"Ayo kita masuk, Yama. Karena jika kita terus berada diluar maka ia akan muncul lagi." Bisik Mitaki dengan tatapan yang takut, dan wajahnya yang pucat.

Mitaki juga melepaskan salah satu telapak tangannya dari bibir Yama sehingga Yama dapat berkata kembali.

"K-kau benar. Ayo, Mitaki!"

Mereka berdua pun akhirnya masuk tanpa ada rasa curiga, cemas dan khawatir. Karena bagi mereka, itu hanyalah imajinasi agar menghilangkan rasa takut yang semakin menjadi.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter