3 Part 3/END

"Apa katamu?" Yoona menatapnya tak percaya.

"Aku tahu itu, tentang perasaanmu." jawab Sehun santai.

"Omoni yang mengatakannya padamu?" katanya yang dijawab anggukan oleh Sehun. "jadi selama ini kau berpura-pura tidak mengetahuinya?" suara Yoona terdengar berat. "kau membuatku terlihat bodoh." dengan kuat Yoona menghempaskan tangannya, kali ini ia berhasil melepaskan genggaman Sehun. Terus melangkah meninggalkan Sehun. Namun Sehun tidak tinggal diam, dia kembali mencoba menahan gadis itu.

"Yak, tunggu dulu.." ia terus menghalangi jalan gadis itu.

"Aku tidak ingin melihatmu, pergi sana!"

"Ada apa denganmu?"

"Tidak usah menghiraukanku!" Terus menghindarinya.

"Jangan begini. Yoona-a.."

"Kubilang pergi!"

"Kumohon jangan begini!" teriak Sehun yang sedari tadi juga menahan amarah. Payung terlepas darinya. "kau tahu? Saat ini aku sangat ingin memelukmu. Tapi aku menahannya." menatap mata gadis itu dengan yakin. Mengatakannya dengan gigi yang tertempel rapat. Ya, itulah yang sebenarnya tengah dirasakan oleh Sehun. Kenapa ia menahan perasaan itu? tentu karena bayang-bayang Eunna masih menghantuinya. "aku rasa aku mulai gila. Secepat ini aku melupakannya, dan kini.." ia menghentikan perkataannya. Membuang pandangannya dari gadis itu. Menatap jalanan yang tiada henti menahan terjangan air hujan. "kita pulang saja. Ini sudah terlalu dingin. Kau bisa sakit." meraih payung yang tadinya terlepas darinya. Dan kembali menarik pergelangan tangan Yoona. Berjalan perlahan menembus derasnya hujan. Sehun masih menggenggam pergelangan itu, dan perlahan jemarinya mengisi sela-sela jemari gadis itu. Ia menggenggam dengan erat, sangat erat.

     Mereka sudah memasuki perkarangan rumah. Tetapi Sehun tidak juga melepas tangan Yoona. Begitu juga ketika mereka masuk kedalam rumah. Ibunya, Siwon dan juga Shindong menatap mereka heran. Itu karena Sehun tidak menghiraukan sapaan mereka dan hanya melewati mereka begitu saja, tentu masih menggenggam tangan gadis itu. Sehun berhenti didepan kamar gadis itu. Seperti enggan, ia melepaskan tangan itu perlahan.

"Masuklah. Ganti pakaianmu." ucapnya penuh perhatian. Yoona masih menatapnya diam. Tidak melangkah sedikitpun dari hadapannya. Melihat gadis itu yang tidak bereaksi sedikitpun, Sehun pun membuka pintu kamar Yoona lalu mendorong gadis itu masuk kedalam kamarnya. "anggap saja aku sudah gila. Karena setelah ini, aku tidak akan menahannya lagi. Semua yang aku pikirkan dan aku rasakan, akan aku katakan padamu. Akan kulakukan apa yang ku inginkan, padamu." katanya sebelum menutup pintu tersebut.

--

     Angin malam masuk dengan bebas melalui jendela kamar. Itu dikarenakan Sehun membuka jendela kamarnya. Duduk disamping jendela, termenung menikmati angin yang menusuk itu. Hujan belum juga reda, tapi itulah yang membuatnya melakukan itu. Disaat dirinya merasa gelisah seperti ini, mendengarkan suara hujan adalah yang terbaik.

"Kau tidak makan?" Siwon duduk disampingnya dengan segelas kopi. Sehun menggelengkan kepalanya. "kau harus makan, setelah kehujanan cacing perutmu pasti sangat menderita." Sehun tertawa simpul mendengarnya.

"Apa dia sudah makan?" ternyata Sehun tengah memikirkan gadis itu.

"Sudah." jawab Siwon seakan mengetahui siapa dia yang Sehun maksud. Siwon mengamati raut wajah pria itu. Seakan dapat membaca pikirannya. "jangan salahkan dirimu. Itu sama sekali bukan kesalahanmu." dengan cepat Sehun menoleh kepadanya. "perasaan memang selalu sukses membuat kita menjadi seperti orang gila. Terkadang terlihat jahat dan menakutkan. Tetapi itu semua bukan kesalahan. Apabila perasaan itu didasari dengan ketulusan."

"Hyung, kenapa aku tidak pernah bisa menyembunyikan sesuatu darimu?" tidak menyangka bahwa Siwon akan mengetahui apa yang sedang ia pikirkan.

"Itu juga bukan kesalahanku." tersenyum kepada Sehun, lalu menyeruput kopinya yang masih mengepulkan uap panasnya.

"Aw aw aw! Ada apa ini?" jerit Shindong berlebihan ketika baru saja masuk kedalam kamar.

"Mwoga?" jawab Siwon yang kaget mendengar jeritannya.

"Kenapa dingin sekali?" ia meloncat-loncat menuju kasur. "mwoya.. yak Sehun, kenapa kau membuka jendela?" baru menyadari jendela yang terbuka lebar itu.

"Kau bisa kedinginan juga hyung?" sindir Sehun geli melihatnya yang bergelut dengan selimut.

"Cepat tutup.. palli!"

"Ne.." dan malam itu berlalu begitu saja.

--

     Yoona kembali menjadi orang yang terakhir tiba diruang makan. Masih seperti dulu, keadaannya tetap berantakkan. Salah satunya yaitu rambutnya, rambutnya tak tertata sehingga hampir menutupi wajahnya. Benar-benar tidak menghiraukan penampilannya. Ia langsung duduk disamping Sehun, yaitu satu-satunya tempat yang kosong. Awalnya gadis itu biasa-biasa saja. Namun ketika tangan Sehun bergerak mendekati wajahnya, dan dengan lembut merapihkan poninya tanpa ekspresi. Ia kembali teringat pada malam itu, Yoona pun mendadak kikuk.

    Seperti bukan hal penting, Sehun kembali menyantap sarapannya tanpa memperdulikan tatapan bertanya dari semua orang yang ada disana. Yoona juga masih terlihat kaku, terlihat kini ia sedikit menggeser posisi duduknya untuk menjauh dari Sehun. Tapi seketika Sehun langsung melayangkan tatapannya kepada gadis itu. Melihat itu membuat Yoona berhenti bergerak.

"Wae? Kau tidak suka berdekatan denganku?" bisik Sehun pelan kepadanya.

"A-aniyo." jawab Yoona cepat.

"Ada apa dengan kalian?" tanya Shindong yang sedang asik memindahkan potongan daging ke mangkuknya.

"Yak, jangan kau habiskan!" Siwon memukul tangannya sehingga daging yang sudah terjepit di sumpitnya terjatuh kembali ke piring.

"Oh mian. Aku tidak sadar sudah mengambil sebanyak ini. hehe.." baru menyadari bahwa mangkuknya sudah tidak memiliki ruang lagi.

"Hyung, sore ini ikutlah denganku. Gadis yang kau kira tuan putri, mengundang kita kerumahnya. Ia mengadakan pesta perpisahan." ujar Sehun kepada kedua hyungnya.

"Pesta perpisahan? Gadis itu mau pergi?" tanggap Siwon yang berhenti mengunyah.

"Kurasa begitu." mengangkat bahunya. Tidak lama dari itu Sehun kembali menatap Yoona yang sedang asik mengunyah, menyadari bahwa Sehun sedang menatapnya, Yoona pun menurunkan kecepatan mengunyahnya. Sehun tersenyum nakal dan kembali melanjutkan menyantap sarapannya.

"Minum ini, bukankah kau sedang demam?" ibu Sehun meletakkan segelas ramuan berwarna hitam Pekat. Ternyata Sehun sedang demam. Dan tidak ada yang mengetahui itu. Itu juga dikarenakan keadaan pria itu yang terlihat sehat-sehat saja. Ia langsung meneguk minuman yang dipastikan sangat pahit itu. 

"Jangan menatapku.." katanya setelah meletakkan kembali gelas yang sudah kosong itu. Shindong dan Siwon menatapnya heran.

"Siapa yang menatapmu?" gumam Siwon yang juga diserukan oleh Shindong. Sehun menoleh kepada mereka sejenak, lalu dengan cepat matanya menangkap gadis itu, ya, Yoona tengah menatapnya tanpa berkedip. Itu karena ia tidak menyangka bahwa Sehun ternyata tengah demam.

"Jangan menatapku, aku tidak kuat mengatur detak jantungku." bisik Sehun padanya. Desir panas menggelitik Yoona dengan ganas. Ia langsung menggeliat dan segera menggeser posisi duduknya agar sedikit menjauh dari pria itu.

     Satu jam setelah sarapan berakhir. Yoona sudah siap untuk berangkat ke tokonya. Kali ini gadis itu melangkah keluar rumah dengan mengendap-endap. Berharap tidak ada yang mengikutinya. Baginya sendiri lebih nyaman. Namun tidak sesuai yang ia inginkan. Baru saja ia menutup pintu rumah, Sehun sudah terlihat disana. 

     Pria itu sedang bersandar pada dinding, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Tentu pada saat itu posenya terlihat sangat cool. Yoona sampai mematung beberapa detik. Hempasan angin yang menerpa wajahnya pun menyadarkannya. Ia langsung melangkah lebar menjauh dari Sehun. Tentu tidak berdiam diri. Sehun yang telah menyadari bahwa Yoona baru saja melewatinya langsung berlari menghampiri gadis itu. Tetapi pria itu tidak melakukan apapun. Hanya menyamakan langkahnya dengan gadis itu.

--

     Menyiram tanamannya satu persatu. Menata letak pot yang terpajang diatas meja. Menyemprot bunga agar terlihat segar. Memotong dedaunan dan beberapa batang bunga. Yoona terus melakukan semua itu. Sedangkan Sehun, pria itu hanya mengamatinya dari sudut toko.

"Kau bahkan tidak menganggapku ada. Tanaman ini sudah mengalihkan perhatianmu." pikir Sehun yang sedari tadi terus mengamatinya. Ia tidak menyangka, ia dikalahkan oleh tanaman. Ia tertawa simpul. "sepertinya aku benar-benar sudah gila." kini ia melangkah keluar toko. Terus berjalan menelusuri jalanan disana. Menikmati udara dipagi itu, meski dingin tetapi pemandangannya tidak boleh ditinggalkan.

     Kini ia berdiri ditepi jalan yang memiliki jurang terjal. Jauh darinya, matanya menangkap sebuah pemandangan yang begitu indah. Laut terbentang luas dengan berbagai jenis kapal terapung diatasnya. Busan yang terkenal sebagai kota pelabuhan selalu terlihat sibuk dipagi hari, tentu dilaut mereka. Entah kenapa, baginya pemandangan itu sangat menarik. Tentu, karena dulunya ia sering melakukan itu, menyaksikan ayahnya yang hendak pergi bekerja. Mengingat kata ayah membuatnya merindukan pria tua itu. Tetapi disela itu, tiba-tiba saja suara seseorang menyadarkannya.

"Aish, kenapa langkahmu cepat sekali." Yoona melangkah dengan nafasnya yang tersengal. Gadis itu terus mendekatinya dan setelah itu menyerahkan sebuah jaket kepadanya. "kenapa kau keluar tanpa menggunakan jaket? Kau malah meninggalkannya diatas meja." ternyata sedari tadi Yoona berusaha mencarinya. Khawatir karena pria itu tidak menggunakan jaketnya. Jelas sekali bahwa Sehun sedang demam.

"Kau terlalu sibuk dengan tanamanmu, bahkah kau tidak menyadari keberadaanku." kata Sehun.

"Cepat pakai. Bukankah kau sedang demam?" pria itu masih menatapnya sambil berpikir. Melihat wajah pria itu yang memucat membuat Yoona merasa kasihan. Ia langsung mengambil langkah lebih dekat dengan Sehun, lalu memaksa Sehun agar segera memakai jaket itu ketubuhnya. "masukkan tanganmu.." perintahnya. Tidak lupa ia mengancing hingga rapat. "aku balik dulu." tanpa basa-basi Yoona segera berbalik dan pergi.

     Aneh sekali pria itu. Ia malah mengikuti langkah gadis itu dari belakang, dengan jarak yang sedikit jauh, ia terus sejalan dengan gadis itu. Berbagai pemikiran menghampirinya.

'Mengapa aku nyaman melakukan ini? Mengapa aku ingin terus melihatnya? Mengapa aku terus memikirkannya? Mengapa aku tak lagi mengingat Eunna? Apa aku benar-benar gila? Atau karena aku sudah mulai mencintai gadis itu? Secepat ini?'

     Sehun menghentikan langkahnya sejenak. Ia baru menyadari itu. Apa yang akhir-akhir ini ia rasakan terasa begitu berbeda, dan tentu aneh baginya.

     Ia masih tidak berani untuk mengatakan cinta. Kepergian Eunna masih tertinggal dipikirannya. Bagaimana mungkin ia mencintai secepat itu. Tetapi semakin ia menahannya, ia semakin merasa gila dan gelisah. Perasaan itu benar-benar tidak bisa dibendung. Sepertinya Yoona menyadari bahwa ia tengah diikuti, gadis itu berhenti melangkah dan segera membalikkan tubuhnya, terdiam disana menatap Sehun yang berada beberapa langkah di hadapannya.

Dugg! Dugg! Dugg!

     Mencoba bernafas dengan tenang. Namun jantungnya terus berdetak dua kali lebih kencang. Sehun sudah sangat gelisah. Ditambah gadis itu yang terus berdiri disana dan menatapnya. Batinnya terus berdebat, saling membantah argumen. Ia sudah sangat lelah, dan tak lagi bisa menahannya. Kakinya langsung melangkah cepat. Mengeluarkan kedua tangannya yang sedari tadi bersembunyi disaku celananya. Membuka kancing jaket yang membuatnya merasa sesak. Tidak, itu karena jantungnya memompa dengan kuat. Semakin dekat jarak mereka, detak jantungnya semakin tak berjeda. Hingga akhirnya ia benar-benar dihadapan gadis itu. Seperti merasakan kenyamanan itu. Mereka bertatapan dengan waktu yang lama.

     Waktu terus berjalan. Dan sepasang mata itu masih terpaku saling menatap. Tidak menghiraukan hembusan angin musim dingin yang menusuk. Sehun, kegelisahannya semakin memuncak. Wajah gadis itu membuatnya semakin bergerak mendekat. Sangat dekat. Hingga tak ada lagi jarak diantara mereka. Tangannya mulai menangkup wajah itu.

"Sepertinya aku sudah tidak mampu menahannya lagi." ucapnya dan tak menundanya lagi. Ia langsung bergerak cepat, melumat lembut bibir itu hingga jantung seakan berhenti berdetak. Bernafas pun terlupakan. Ciuman itu terus berlangsung hingga setetes air mata menyadarkan Sehun. Gadis itu menangis dan air matanya menyentuh pipi pria itu. Sehun langsung menyudahi ciuman itu. "waeyo?" tanya Sehun panik dengan deru nafasnya yang tertinggal.

"Molla." jawab gadis itu yang tak berani menatapnya.

"Lalu kenapa kau menangis."

"Mollayo.. Air mataku mengalir begitu saja." jawabnya lagi. Ia terlihat amat polos. Sehun tersenyum geli melihatnya, tangannya menyeka air mata itu. "kenapa kau menciumku?" tanya Yoona yang akhirnya memberanikan diri untuk menatapnya.

"Karena aku ingin." jawabnya tenang.

"Hanya itu?"

"Tentu tidak." matanya terus menatap Yoona.

"Lalu apa?"

"Apa aku harus mengatakannya?" gadis itu mengangguk cepat. "jika aku mengatakannya. Aku akan merasa bahwa aku benar-benar sudah gila."

"Mwoya, katakanlah."

"..." memeluk gadis itu. "aku menyukaimu. Bukankah itu gila?"

"Mwo?" terdiam tak percaya. Tetapi setelah itu Yoona malah memukulinya. Pria itu langsung melepaskan pelukannya. Menahan pukulan itu. Bukan pukulan yang dapat diremehkan, pukulan Yoona benar-benar bertenaga.

"Yak, kenapa kau memukuliku?"

"Mwo? Gila? Apa menyukaiku adalah hal yang gila? Aish!" ia terus memukul pria itu.

"Yak, bukan itu maksudku.."

"Lalu apa? Jelas sekali bahwa tadi kau mengatakan gila."

"Aniyo!" teriak Sehun yang berhasil menghentikan pukulan Yoona. "aish, pabo." menjitak kepala gadis itu pelan. "kenapa aku merasa gila? Karena aku benar-benar bodoh, kenapa aku baru menyukaimu sekarang." katanya dengan lembut.

"Kau mengatakan ini padaku. Bagaimana dengan si tuan putri? Kau melupakannya begitu saja? Apa kau playboy?"

"Itulah yang membuatku gila. Kenapa aku harus menyukaimu?"

"Yak! Kenapa kata-katamu seperti itu. Itu terdengar bahwa menyukaiku adalah hal yang tidak pantas." kembali memukul Sehun tanpa henti.

"Aish, kau benar-benar payah. Kata-kataku terus terdengar salah olehmu." Sehun berlari kecil menghindar dari pukulan itu.

"Jangan mengataiku bodoh! Aku sudah bosan mendengarnya." mereka malah kejar-kejaran, memukul dan menghindar. Lucu sekali. Tanpa menyadari bahwa tidak jauh dari mereka, Siwon dan Shindong sedang memperhatikan mereka.

"Jika mereka selebritis, akanku unggah video ini ke youtube." ujar Shindong yang sedari tadi merekam kejadian itu. "keromantisan yang berakhir gagal. Sepertinya itu judul yang tepat."

"Berhenti merekam." Siwon merampas kamera dari tangan Shindong lalu melangkah pergi.

"Yak, bukankah kita mau mengajak Sehun kerumah si gadis yang mirip tuan putri itu? Kau bilang mau membantunya menyiapkan pesta nanti malam."

"Tidak usah mengajaknya. Jangan mengganggu anak itu. Ayo pergi." ia terus melangkah. Tidak menghiraukan Shindong yang sedang meminta kameranya. Didalam diam, sesungguhnya Siwon merasa senang. Senang dapat melihat Sehun bahagia setelah sekian lama tenggelam dalam masa lalunya.

--

"Yak, apa tidak masalah jika aku ikut? Pakaianku seperti ini?" Yoona terus menolak untuk ikut dengannya ke pesta Krystal, si gadis yang berwajah mirip dengan Eunna. Tapi Sehun tidak sekalipun menghiraukan perkataannya dan terus menarik tangannya. "Sebaiknya kau pergi sendiri saja, tidak usah membawaku.." memberatkan langkahnya agar Sehun sulit menariknya. "yak! Kau tidak mendengarku?!" menghentakkan kakinya dengan kuat. Pria itu kontras berhenti melangkah.

"Waeyo? Kau hanya perlu mengikutiku, itu saja." kata Sehun lembut.

"Shiro." jawabnya ketus.

"Geure, kalau begitu aku juga tidak akan pergi." Kini Sehun yang menghentakkan kakinya dan melepaskan tangan Yoona dari genggamannya.

"Aish, andwejyo.. bukankah itu pesta perpisahannya.. jika kau tidak datang, kau pasti akan menyesal."

"Menyesal? Kenapa?" tanya Sehun. Yoona membalikkan tubuhnya setelah itu baru menjawab pertanyaan itu.

"Gadis itu memiliki wajah yang mirip dengan tuan putri, apa kau tidak merindukan wajah itu? Manfaatkanlah selagi ia masih berada disini." masih menghindari tatapan Sehun. Takut ketahuan ekspresi cemburunya. Sehun tidak kunjung berkata. Yoona juga tidak tahu apa yang sedang pria itu lakukan, karena kini ia sedang membelakangi pria itu. Tetapi, tepat ketika Yoona hendak membalikkan tubuhnya, seperti kilat Sehun sudah memeluknya dari belakang.

"Karena itu aku ingin membawamu." kata Sehun. Hembusan nafasnya dapat gadis itu rasakan, menyentuh kupingnya halus. "aku ingin menunjukkan kepadamu. Seberapa berartinya dirimu bagiku."

--

     Pesta yang dihadiri banyak tamu itu sukses membuat rumah Krystal penuh tanpa celah. Walau itu hanya pesta barbeque biasa, tetapi semua tamu undangan yang hadir menggunakan pakaian yang formal. Tidak seperti yang Sehun dan Yoona gunakan. Hanya kemeja yang sedikit tertutupi oleh jaket musim dingin mereka.

"Sudahku katakan, sebaiknya aku tidak ikut. Kau lihat? Pakaian kita terlihat tidak pantas." Yoona terlihat cemas ketika mulai memasuki perkarangan rumah Krysal.

"Hyung.." pria itu malah menyapa Shindong dan Siwon yang sedang memanggang daging. Namun walau ia terus tidak menghiraukan gadis itu. Sehun tetap menggenggam tangan Yoona, kemanapun ia pergi, gadis itu tetap bersamanya. "kau hanya perlu menikmati semua makanan yang ada disini." kata Sehun setelah lama tidak menghiraukannya. Awalnya Yoona diam termenung, tapi setelah itu, wajahnya langsung bersinar ketika melihat tumpukkan daging panggang yang baru saja diangkat dari pemanggangan.

     Hanya mengamati gadis itu yang sedang menikmati makanannya. Sehun akhirnya menyadari itu. Tanpa seizin dirinya, gadis itu berhasil mencuri hatinya. Sehun juga merasakan itu. Seperti baru mendapatkan kebebasan setelah sekian lama tertekan dalam ingatan itu, tentang Eunna. Gadis yang dulu ia cintai.

-

-

-

-

Epilog

     Pria itu sudah kembali bekerja di Seoul. Kembali menjadi bodyguard. Tentunya ia juga kembali kerumah yang seperti istana itu, rumah yang memiliki banyak kenangan antara dirinya dan Eunna, si tuan putri. Tetapi yang berbeda, kini dirinya tak lagi merasa gelisah berada ditempat itu. Karena sebelum ia kembali bekerja. Ia seperti bertemu dengan Eunna didalam mimpinya. Dan ketika itu, Eunna mengatakan sesuatu yang membuatnya kini benar-benar bisa melepas gadis itu. Dan membuatnya bisa menerima gadis lain didalam hatinya.

'Jika itu membuatmu bahagia, lakukanlah.' kata singkat itulah yang akhirnya mendorong Sehun untuk kembali bekerja.

     Sudah hampir 3 bulan ia disana. Tidak banyak yang ia lakukan, hanya menjaga keamanan bosnya ketika berada dirumah. Tentu ia memiliki banyak waktu luang. Sebagian waktu kosong itu ia manfaatkan untuk menyiram tanaman Eunna yang ternyata hingga sekarang masih terawat. Tetapi ia melakukan itu juga untuk meredam kerinduannya kepada Yoona, yang terpaksa harus ia tinggalkan bersama ibunya di Busan.

"Kenapa tidak kau jual saja bunga-bunga ini? bukankah mawar merah memiliki harga?" kata Shindong yang sedang melewati taman dan tidak sengaja melihat Sehun disana.

"Jangan sembarang bicara hyung.." ucap Sehun.

"Hoh, lagian untuk apa kau rawat, jika akhirnya akan kau potong, kau bagi-bagikan, dan kau rawat kembali." ucapnya dengan mulut penuh dengan kacang.

"Ini kulakukan untuk menghormati tuan putri. Dan juga untuk meredam kerinduanku terhadap Yoona. Aku sudah sangat merindukannya." terus menyiram bunga mawar itu.

"Kau ini. Kau lebih merindukannya dari pada ibumu? Anak macam apa kau ini." pria berbadan gemuk itu pun langsung pergi dari sana. Kesal melihat Sehun yang hanya tertawa mendengar perkataannya.

"Huh, aku benar-benar merindukanmu." batin Sehun.

"Jika kau merindukannya, kenapa kau tidak menghampirinya." suara berat itu terdengar dari balik tembok yang menjulang tinggi. Sehun sudah sangat mengenal suara itu. Yaitu bosnya, ayah dari tuan putri. Tidak lama dari itu sesosok pria berwajah lesu terlihat sedang berjalan menghampirinya. "pergilah, jangan menahannya. Akan aku berikan kau waktu untuk beristirahat." ujar pria tua itu dengan senyum ramahnya.

"Sajangnim.. apa kau sakit?" Sehun menyadari wajah lesu itu. tidak seperti biasanya.

"Aniya, aku hanya sedang merindukannya." katanya yang kini tengah mendekati bunga mawar itu. Terlihat jelas kerinduan yang mendalam dari raut wajahnya. "tapi aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Karena itu, jika kau merindukan seseorang, kau harus segera menghampirinya, selagi orang yang kau rindukan masih berada didunia ini." belum sempat Sehun menjawab. Pria yang ia panggil sajangnim itu sudah pergi dari sana. Tubuh tuannya tertutupi tembok lalu menghilang.

--

"Kau mau bekerja lagi?" tanya ibu Sehun ke Yoona yang sedang memakai sepatunya.

"Ne omoni.. Jika kau memerlukan bantuanku, kau harus segera menghubungiku, mengerti?" memeluk wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya. "aku pergi dulu.."

"Yoona-a, kau tidak perlu melakukannya lagi.. Bukankah Sehun sudah mengirimkan kita uang.." ia mencoba menahan Yoona yang hendak melangkah pergi.

"Omoni, uang itu adalah milikmu, bukan milikku. Lagian aku masih sangat sehat, kerjaanku juga tidak berat, hanya menjual bunga. Dan juga, aku sangat menyukai tanaman, aku benar-benar nyaman melakukannya."

"Kau ini, kenapa sulit sekali mengaturmu." Yoona tertawa mendengarnya, setelah itu ia langsung berlari kecil menuju toko bunganya.

--

     Pepohonan tumbuh dengan baik. Dedaunan memenuhi setiap rantingnya. Terlihat rimbun. Ditambah dengan bunga sakura yang bermekar indah. Aroma khasnya benar-benar menyadarkan semua penduduk Busan, bahwa musim semi telah tiba. Yoona menikmati perjalanannya menuju toko bunga. Ia malah menyempatkan dirinya untuk memotret dirinya sendiri, dengan latar belakang bunga sakura yang sedang berguguran.

"Omo!" ia kaget ketika melihat hasil gambarnya. Seseorang terlihat sedang berdiri dibelakangnya. Tersenyum menatap kamera, sama sepertinya. Ia langsung membalikkan tubuhnya. Rasanya ingin menangis. Ia sangat merindukan pria itu. "yak.."

"Annyeong.." sapa pria itu dengan senyuman termanisnya. Namun Yoona malah menundukkan wajahnya. "yak, wae geurae?" segera Sehun menghampirinya. Memegang kedua bahu gadis itu. Tetapi Yoona terus menundukkan wajahnya. "yak, kenapa kau begini? Kau tidak merindukanku?" gadis itu tetap tidak menatapnya. "baiklah jika kau tidak merindukanku. Aku kembali saja." Sehun melangkah pelan menjauhinya.

"Yak! Jangan pergi!" teriak Yoona dengan emosi. "pabo! Aku sangat merindukanmu!" mengatakan itu dengan keras. Air mata sampai mengalir di pipinya. Merasa geli melihat Yoona seperti itu, Sehun langsung memeluknya. Tidak menghiraukan tatapan orang yang tengah mengamati mereka.

"Aku juga merindukanmu. Sangat merindukanmu." jawab Sehun masih dalam pelukan itu.

"Aish, kenapa aku menangis." kesalnya setelah Sehun melepaskan pelukannya.

"Aigoo, ternyata kau benar-benar mencintaiku. Gomawo.." Sehun mencubit pipi Yoona dengan gemas.

"Jangan begitu.." malu melihat orang yang terus memperhatikan mereka.

"Wae? Kau malu?"

"Aish, pikyeo!" ia malah berjalan cepat menjauh dari sana. Sehun kembali tertawa geli sambil terus mengikutinya. Musim semi mengawali hari bahagia mereka. Seperti sebuah sambutan. Angin sejuk menerpa dengan hempasan bunga sakura yang berterbangan dengan indah.

--The End--

avataravatar