2 Part 2

     Malam semakin larut, tentu suhu udara juga semakin dingin. Semua orang sudah berlarian masuk kedalam rumah, berlindung dari udara yang menusuk. Ditambah angin yang terus berhembus kecang. Tentu berada diluar rumah akan sangat menyiksa. Namun apa yang Yoona lakukan menangkis semua itu. Tanpa rasa takut, gadis itu berlari kesana sini, mencari Sehun yang belum juga pulang kerumah. Sejak ia pergi meninggalkan mereka, hingga mereka semua sudah bersantai-santai dirumah, pria itu tidak juga pulang.

     Awalnya Yoona tidak berniat untuk mencari. Namun karena ibunya Sehun terlihat tidak tenang, ditambah kondisi cuaca yang semakin memburuk. Tidak, tidak hanya ibu pria itu, sesungguhnya Yoona juga sudah sangat kacau. Pikirannya penuh dengan sebuah kalimat. 'Karena dia mencintai Eunna' 

     Sakit mendengar itu, tentu saja sakit. Karena itu ia membiarkan Sehun diluar sana, karena baginya itu adalah masalah pria itu. Namun semakin lama menunggu, dirinya semakin tidak tenang, ia ingin sekali menanyakan itu. Mengenai wanita yang pria itu cintai. Karena itu, kini Yoona berlari keluar rumah untuk mencarinya.

     Gadis itu terus terbatuk-batuk. Udara dingin dengan nakal menembus jaket yang ia kenakan. Tanpa menyadari, wajahnya kini sudah memucat. Bibirnya mengering, hidungnya memerah, jari tangannya membeku dan kaku. Sudah 2 jam gadis itu mengelilingi desa itu, ia tetap tidak menemukan Sehun. Dengan rasa kecewa, ia berjalan kembali kerumah.

     Hal yang tidak pernah ia rasakan seumur hidupnya. Bahkan ia tidak merasakan itu ketika kehilangan keluarganya. Namun kini, tiba-tiba saja matanya terasa panas. Air mata memaksa untuk mengalir. Yoona berusaha sekuat mungkin untuk menahannya, namun kerja kerasnya percuma sudah, setetes air mata mengalir indah di pipinya. Tanpa sempat ia tepis. Matanya terpaku menatap kedepan. Pria itu, dilihatnya Sehun yang tengah memeluk seorang gadis. Sangat erat. Tidak ingin keberadaanya diketahui oleh pria itu, dengan cepat Yoona menjauh dari sana.

--

"Bolehkah aku memelukmu? Maaf jika permintaanku terlalu berlebihan, ini karena aku tidak sempat memeluknya di sisa hidupnya." menatap gadis yang ada dihadapannya dengan penuh harapan.

"Lakukanlah, aku mengerti." ujar gadis itu. Tanpa menunggu Sehun langsung memeluknya. Dapat gadis itu rasakan air mata Sehun yang menetes diatas bahunya.

"Gomawoyo.." ucap Sehun setelah itu.

"Aku mengijinkannya karena aku tersentuh dengan ceritamu. Ditambah luka diwajahmu, tolong maafkan suamiku." gadis itu tersenyum ramah kepadanya.

"Ah, gwenchanayo. Aku bersalah."

"Datanglah kerumahku lusa nanti. Aku dan suamiku akan mengadakan pesta perpisahan. Nanti akan kukirimkan alamatnya, bukankah kita sudah bertukar nomor, hehehe.. Jika kau memiliki teman, kau juga boleh membawa mereka."

"Baiklah, aku akan datang. Pergilah, suamimu akan memukulku lagi, raut wajahnya kembali terlihat kesal." kata Sehun yang baru saja melirik kearah suami gadis itu yang sedang menunggu didalam mobil. Gadis yang ternyata berwajah mirip Eunna itu pun tertawa geli, dan tidak lama dari itu ia berlalu pergi dari sana.

--

     Saat pertama kali melihat gadis itu, gadis yang memiliki wajah nyaris serupa dengan Eunna, yaitu anak dari bos di tempat dulu ia bekerja. Dirinya memang tidak mampu mengendalikan diri, berkali-kali ia mencoba memeluk gadis itu, karena itu juga suami gadis itu memukulinya, tertinggallah beberapa luka diwajahnya. Namun setelah ia mencoba menceritakan semuanya, gadis itu dan juga suaminya pun memafkannya. Itu juga dikarenakan mereka mengenal perusahaan milik ayah Eunna. Dan mereka juga mengetahui tuan putri yang ia maksud, mereka mengakui kemiripan wajah itu.

     Lamanya mereka mengobrol, mereka semakin bertambah akrab. Didukung juga dengan suami gadis itu yang ternyata juga seorang bodyguard. Obrolan mereka semakin hidup, sehingga mereka melupakan waktu yang ternyata sudah sangat larut. Suami istri itu dengan baik bersedia mengantar Sehun kerumahnya. Mereka yang baik itu bernama Krystal dan Jongin.

"Omo, ada apa dengan wajahmu?" ibunya kaget ketika melihat putranya pulang dengan wajah penuh luka. "kau berkelahi?"

"Ani, gwenchana.." memeluk ibunya dari belakang, mengecup pipi ibunya.

"Lalu dari mana luka-luka itu berasal?" tanya ibunya cemas.

"Jangan khawatir, ini hanya luka kecil. Aku bahkan sering mendapatkan yang lebih parah dari ini. Kenapa eomma belum tidur? Ini sudah sangat larut." tidak menghiraukan kicauan ibunya, ia terus mendorong kursi roda ibunya hingga masuk kedalam kamar, memindahkan ibunya ke kasur, dan tak lupa untuk menyelimuti ibunya. "tidurlah.."

    

     Rasa lelah yang ia rasakan membuatnya secara reflek berjalan kekamarnya, tidur adalah hal yang paling nikmat untuk dilakukan. Tapi kini ia berhenti dihadapan kasur itu, tanpa rasa malu Shindong dan Siwon berbaring dikasurnya, tanpa sedikit pun menyisakan tempat untuknya. Dicuaca yang dingin seperti ini tidak mungkin untuknya tidur di lantai, karena itu dengan sekuat tenaga ia menggeser tubuh yang bulat itu, ternyata menggesernya lebih melelahkan.

"Sepertinya setelah ini aku harus mengganti kasur. Tubuhnya pasti akan merusak kasurku." gumamnya.

"Kau baru pulang?" suara Siwon terdengar dari balik selimut yang menutupi wajahnya. Ketika Siwon menepikan selimutnya, barulah terlihat bahwa ternyata ia belum tidur, tetapi sedang mendengarkan music dari ipodnya.

"Kau belum tidur hyung?" tanya Sehun yang baru saja berbaring disamping Shindong.

"Ani, aku baru saja terbangun ketika tubuhku hampir terjatuh." ucapnya ketus.

"Ah, mian hyung. Shindong hyung terlalu banyak mengambil tempat. Uggh!" perutnya tertimpa paha yang bulat padat. Sehun langsung melayangkan tatapan tajamnya kepada Shindong. Pria berbadan gemuk itu terlihat tenang tertidur diantara mereka.

"Kenapa kalian lama sekali? Bukannya diluar sangat dingin?" kata Siwon setelah mencubit perut Shindong yang mengintip.

"Kalian?" Sehun memiringkan badannya guna menatap Siwon.

"Ya, kalian." Sehun menatapnya tak mengerti. Siwon pun langsung panik. "Yak, kau tidak bertemu dengan Yoona? Tadi gadis itu keluar untuk mencarimu." Siwon menjadi cemas.

"Mwo?!" dan Sehun lebih terlihat cemas darinya.

     Tak lagi sempat mengenakan jaketnya, dirinya sudah berlari keluar dari rumah. Seakan sudah bisa menebak dimana gadis itu berada, ia langsung berlari menuju warung dimana tadinya mereka menikmati odeng dan tteokbokki. Ternyata benar. Gadis itu berada disana. Dan sudah dalam keadaan mabuk. Tidak menunggu lagi, Sehun langsung mengangkat Yoona keatas punggungnya.

"Pria jahat! Kenapa kau tega melakukan itu padaku? Aku tahu kau tidak menyukaiku, tetapi kau tidak harus melakukan itu. Memeluknya dihadapanku, apa kau sengaja melakukan itu agar aku tidak lagi menyukaimu? Kau tidak perlu melakukan itu, perasaanku terhadapmu dengan perlahan akan memudar, aku akan mengusahakan itu. dan juga, itu karena kau mencintainya, ya, karena kau mencintainya. Asalkan kau bahagia, aku rela menahan rasa sakit ini." celoteh gadis itu dibalik alam bawah sadarnya. Sehun benar-benar tidak menyangka, ternyata Yoona melihat semua itu. Tetapi setelah mendengar apa yang gadis itu katakan. Ia semakin menyadari itu, bahwa Yoona adalah gadis yang sangat baik. Dan Yoona benar-benar mencintainya. Kebaikan mengalir indah didalam hatinya.

     Setelah menyelimuti Yoona dengan 2 lapis selimut tebal. Sehun belum juga pergi dari sana. Duduk ditepi kasur, tepat disamping gadis itu tertidur. Tangannya menyentuh tangan gadis itu. Dilihatnya jari Yoona yang membiru dan terasa sangat dingin. Sehun langsung berlari kedapur untuk mengambil air hangat dan handuk. Ia segera kembali dan setelah itu langsung menempelkan handuk hangat ke tangan gadis itu. Perlahan beralih ke wajah Yoona. gerakkannya terhenti ketika hendak menyentuh bibir Yoona. Bibir itu kering dan pucat. Hatinya seakan teriris melihat itu.

"Gadis ini benar-benar hebat." sebuah suara terdengar dari arah pintu. Ternyata itu Siwon yang sedang mengintip dari pintu yang tidak tertutup rapat.

"Hyung!" kata Sehun kaget.

"Ia langsung berlari ketika kau tidak kunjung pulang. Ternyata dia benar-benar mencintaimu."

"hyung, bagaimana kau tahu itu?"

"Sangat mudah untukku mengetahuinya." ujar Siwon dengan sombong. "kau juga melakukan hal yang sama, hahaha.. seperti novel saja." tambahnya setelah itu.

"Apa maksudmu hyung?" pintu tertutup rapat. Siwon sudah pergi dari sana. Apa maksudnya? Hal yang sama?

--

"Kenapa kau minum soju hah?" baru saja gadis itu membuka matanya, Sehun sudah menjitak kepalanya.

"Yak, appo.." kaget ketika mendapatkan wajah Sehun dipagi buta seperti itu.

"Kan sudahku katakan, kau tidak boleh meminum soju, kenapa kau masih meminumnya?" kembali menjitak kepala gadis itu.

"Tak bisakah kau memberikanku waktu untuk bernafas? Aku baru saja berhasil bangun dari mimpi indahku." ia memaksa tubuhnya untuk duduk bersandar badan tempat tidur.

"Ehei.. Kau bisa bermimpi juga. Sudahlah, cepat keluar, kami sedang sarapan." ia langsung berlari keluar sebelum Yoona membalas perbuatannya.

     Tidak menghiraukan penampilannya. Yoona keluar dari kamarnya dengan keadaan berantakkan. Rambutnya kusut tak beraturan, kemeja tak terkancing memperlihatkan kaos nikenya. lengan kemejanya terlipat disatu sisi. Dan handuk hangat sisa tadi malam tergantung dibahunya. Benar-benar berantakkan.

"Yak, kenapa kau jelek sekali." cibir Sehun ketika Yoona duduk dihadapannya. Tidak menghiraukannya, gadis itu langsung menyumpit telur gulung buatan ibunya Sehun.

"Oho, kau memang sangat jelek." sahut Shindong mengiyakan. Geram dengan perkataan mereka, Yoona membanting sumpitnya keatas meja, semua yang ada diruang makan pun terkaget.

"Aku tidak jelek!" teriaknya. Ibu Sehun tersenyum geli melihat cara pembelaan dirinya.

"Memangnya kau pernah mendengar orang mengatakannya? Bahwa kau tidak jelek? Kurasa tidak ada."

"Appa, appaku yang mengatakannya." katanya. Nada bicaranya kini mengecil. "setidaknya ada yang mengatakan itu." gumamnya.

"Sudah sudah, jangan mengganggunya." syukur ibu Sehun menghentikan percecokan yang tak berguna itu. Sehun memang sedikit jail dengan gadis itu.

"Yak Sehun, jadi benar bahwa gadis yang kulihat tadi malam bukan tuan putri Eunna?" tanya Shindong beberapa saat setelah itu. Sehun mengangguk santai. Aneh, mendengar itu membuat Yoona tersedak, dan lucunya, nasi yang ada dimulutnya berterbangan ke wajah Sehun.

"Yak! Mwoya ige!" Sehun marah bukan main. Tapi gadis itu malah memasang wajah aegyo yang tak terlihat imut sedikit pun. Disamping itu juga, Shindong tertawa tanpa henti, namun tetap mengunyah sarapannya.

"Aish, kau tidak perlu semarah itu." kata Yoona seraya meraih selembar tisu lalu membersihkan wajah Sehun. "Hanya perlu membersihkannya seperti ini." tersenyum kepada Sehun. Siwon yang sedari tadi diam hanya menikmati lelucon itu. Begitu juga dengan ibunya Sehun. Baginya keadaan rumah itu seakan kembali hidup sejak kedatangan Sehun dan juga kedua pria aneh itu.

--

"Kenapa kau membawa kami kesini?" tanya Shindong yang baru saja dipaksa dengan Yoona untuk berjualan dengannya.

"Hyung, kau menunggu didepan, wajah tampanmu pasti akan menarik minat pembeli." katanya kepada Siwon dan tidak menghiraukan Shindong. "lalu kau, tolong bersihkan meja." melempar sebuah kain kepada Sehun. "dan kau hyung, kau boleh duduk santai di kasir. Otte? Aku tahu kau pasti sangat malas. Terlihat dari perut buncitmu." menatap Shindong menunggu jawaban.

"Hoh, kau lupa? Aku ini pengawal.. Aku.."

"Aku sudah menyiapkan banyak makanan ringan didalam laci.." sela Yoona.

"Geureoguna.. baiklah." Shindong pun langsung melangkah santai ke meja kasir, tentu dengan senyuman kebahagiaannya.

"Kau menyuruh Siwon hyung kedepan, kau melupakanku?" celetuk Sehun sembari membersihkan meja.

"Memangnya kau kenapa?"

"Aku kan juga tampan! Masa kau tidak mengetahui itu?" membanting kainnya ke atas meja.

"Hoh, tampan apanya?  Cepat lanjut bersihkan mejanya!" Yoona langsung menghindari tatapan kesal pria itu.

"Lalu kenapa kau menyukaiku?" gumam Sehun pelan dan kembali membersihkan meja.

--

     Hujan turun dengan deras, membuat udara semakin dingin. Pada malam hari seperti itu tentunya udara akan semakin menusuk. Mereka langsung bergegas untuk segera pulang. Membersihkan toko dengan cepat. Menutup semua jendela dan yang terakhir menutup pintu juga tak lupa menguncinya. Yoona memberikan Siwon dan Shindong sebuah payung. Payung berukuran besar yang sepertinya tidak akan cukup untuk mereka terlindungi dari air hujan.

"Kau bercanda? Berikan satu lagi untuk kami.. Satu payung tidak akan cukup.." kata Shindong sambil menunjuk kearah payung yang ada digenggaman Yoona.

"Andwe.." gadis itu menepis tangan Shindong yang hendak meraih payungnya.

"Yak, bukankah masih ada dua buah payung ditanganmu? Berikan padaku satu.." bujuk Shindong kembali.

"Andwe hyung, ini untukku dan Sehun." tolak gadis itu.

"Kalian bisa menggunakan payung yang besar ini.."

"Mwo? Andwe!" inilah yang sejak tadi dirisaukan oleh gadis itu. Ia berusaha sekuat mungkin agar dirinya tidak berdekatan dengan Sehun. Apalagi harus berbagi payung dengan pria itu. Tentu itu harus dihindari.

"Sudahlah, berikan padanya.." dengan santai Sehun meraih payung yang ada ditangan Yoona lalu memberikan payung tersebut ke Shindong. Tidak lama dari itu Shindong dan Siwon langsung berlari kecil menembus hujan yang semakin menderas.

"Yak.. kenapa kau berikan kepada mereka?" teriak Yoona kesal. Seperti tak bersalah, Sehun tidak menghiraukan kicauan kesalnya. Pria itu malah kembali mengambil sisa payung yang gadis itu pegang lalu membuka payung tersebut.

"Kajja.." Sehun menatapnya sembari memberikan tanda untuk mulai melangkah. Tapi gadis itu hanya menatapnya kesal tanpa bergerak sedikitpun. "waeyo? Palliwa.." Yoona terlihat ragu dan malah termenung memandangi tetesan air dari tepi payung. "aish!" menarik tangan gadis itu adalah hal yang tercepat.

"Yak.." Yoona kaget bukan main karena kini tangan kiri pria itu mencengkram bahu kirinya.

"Kesini sedikit, nanti kau terkena hujan.." Sehun terus mencoba menarik tubuh gadis itu, karena sedari tadi Yoona mencoba menjauh darinya.

"Haaaaaachim!" gadis itu terbersin disela pembrontakkannya terhadap Sehun. "aish! Kenapa malam ini harus hujan? Kenapa cuaca menjadi semakin dingin?" gumam Yoona pelan, tetapi masih dapat didengar oleh Sehun.

"Cih, itu pertanyaan terbodoh yang pernah kudengar." gumam Sehun juga, dan tentu Yoona dapat mendengar itu. Gadis itu langsung menatap Sehun kesal.

"Mworago?" sudah tidak mampu menahan kekesalannya, dengan kuat gadis itu menarik jambang pria itu, Sehun pun berteriak kesakitan.

"Yak.. yak.. appo!" mencoba melepas tangan Yoona, tetapi ia terlalu lemah karena terlanjur kesakitan.

"Rasakan! Aku sudah sangat kesal terhadapmu." ujarnya. dan tidak lama dari itu ia melepaskan tangannya. Lucunya, Yoona mendadak tak tega melihat Sehun meringis kesakitan. Kini dilihatnya, Sehun yang tengah mengelus jambangnya tanpa berkata sedikitpun. Yoona semakin merasa bersalah. "yak.. apa sesakit itu?"

"Tentu saja!" bentak Sehun. Ketika itu tiba-tiba saja Sehun terdiam sambil mengamati seseorang yang sedang duduk sebuah dihalte bus. Pria itu malah melangkah mencoba mendekati orang itu. Tak lupa menarik tangan Yoona untuk segera mengikutinya. "Krystal-ssi?" tegur Sehun sopan. Tanpa melepaskan tangan Yoona darinya.

"Oo? Sehun-ssi.." jawab wanita yang sedang menenteng bungkusan belanjaan.

"Kau sedang apa disini? Hujan-hujan seperti ini.."

"Aku baru saja selesai belanja dipasar, ketika aku hendak pulang, hujan mendadak turun. Karena itu aku menunggu suamiku disini." jelasnya ramah. Mereka terus mengobrol. Sehun duduk disamping Krystal dan memaksa Yoona untuk ikut duduk disampingnya.

     Bahagia ia rasakan ketika Sehun tidak henti-hentinya menggenggam tangannya. Sekalipun disaat ia sedang mengobrol dengan wanita lain. Tetapi anehnya, kenapa Yoona menjadi cemburu hanya dengan melihat senyuman Sehun yang diperuntukkan kepada wanita yang  bernama Krystal itu? Yoona tampak sangat gelisah. Ditambah Ia harus mendengar obrolan mereka yang sebenarnya tidak terlalu penting.

     Hujan semakin deras, begitu juga dengan kegelisahan yang Yoona rasakan. Walau Sehun masih menggenggam tangannya, tapi pria itu tidak sekalipun menghiraukannya, Sehun masih saja asik mengobrol dengan wanita itu. Seperti diiris perlahan, Yoona merasa dirinya sulit bernafas, itu karena ia mencoba untuk menepis rasa cemburunya. Namun sekuat apapun ia mencobanya, ia tetap tidak bisa tenang duduk disana. Tidak ada pilihan lain, Yoona melepaskan genggaman pria itu lalu dengan langkah cepat ia berlajan menjauh dari sana. Tanpa payung. Sehun tersentak kaget ketika melihat tubuh gadis itu yang tengah melangkah pergi melawan derasnya hujan.

"Yak! Kau mau kemana?" panggil Sehun, tapi tak dihiraukan Yoona. "Krystal-ssi, aku harus pergi. Besok akanku usahakan hadir di acaramu. Aku pergi dulu." Sehun segera berlari mengejar Yoona yang sudah menjauh. Berkali-kali ia berteriak mencoba menghentikan gadis itu, Yoona tetap tidak menghiraukannya. Kesal karena tidak dihiraukan terus menerus, Sehun mempercepat langkahnya, dan tidak lama dari itu ia berhasil meraih tangan gadis itu. "yak, kau ini kenapa?" menatap gadis itu dengan penuh pertanyaan. Yoona diam tak berkutik, juga tidak berani menatapnya. "yak, aku tanya kau kenapa? Kenapa pergi begitu saja?" gadis itu masih saja diam. "Yoona-a.." Sehun terdiam ketika melihat mata gadis itu yang mulai memerah. Tidak ada satupun suara keluar dari mulut mereka. Sehun hanya mengamati mata Yoona yang perlahan mulai meneteskan air mata. Walau tersamarkan oleh air hujan, Sehun tetap dapat melihat itu.

"Lepaskan.." ucap Yoona yang akhirnya membuka suara. Tidak ada reaksi dari Sehun, ia masih saja menggenggam tangan gadis itu dan terus menatapnya. "lepaskan aku.." Sehun terlalu erat menggenggam tangannya sehingga sulit untuknya melepaskan diri.

"Apa kau sebodoh ini?" kata Sehun disaat ia terus mencoba melepaskan genggaman itu. "sehingga kau tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan perasaanmu?" Yoona berhenti berkata dan langsung membalas tatapan Sehun. "apa sulit untukmu mengatakan, aku suka padamu?" bibirnya mengatup rapat. Yoona terdiam mendengar itu. "aku suka padamu, apa sulit untukmu mengatakan itu?" ulang Sehun geram. Ia juga tidak tahu mengapa ia sampai seperti itu. yang ia sadari, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

"..." Yoona seperti tersentak kaget.

"Aku sudah tahu itu." ujar Sehun seakan memahami tatapan diam Yoona.

Continued..

Gimana ceritanya?

avataravatar
Next chapter