1 Bab 1

Bunyi alarm membangunkan Cass dari mimpi yang belakangan ini selalu menemaninya. Mimpi yang membuatnya teringat akan kenangan indah sekaligus pahit yang sangat ingin dilupakannya. Cassidy mengangkat tangan kirinya dan dengan punggung tangannya, ia menutup matanya lagi.

Deru nafasnya yang memburu perlahan-lahan mulai melemah. Entah kenapa, beberapa hari ini dia selalu memimpikan lelaki itu. Lelaki yang dulunya begitu berarti dalam kehidupannya. Ketika wajah pria itu mulai membanjiri pikirannya, Cassidy membuka matanya lagi dan dengan cepat ia bangun dan duduk bersilah di atas kasur sembari menggelengkan kepalanya. Berusaha membuang jauh-jauh bayangan pria yang selama ini tak pernah berhasil dilupakannya.

Senin. Adalah hari yang paling dibencinya. Hari di mana ia harus bangun pagi dan kembali ke rutinitas yang membosankan setelah melewati dua hari bermalas-malasan. Dengan mata setengah terbuka, Cass menarik kakinya yang jenjang berjalan menuju kamar mandi. Bersiap-siap untuk kembali ke kehidupannya yang super sibuk.

Sudah lima tahun semenjak Cassidy pindah dari rumah orang tuanya. Awalnya dia merasa kesepian. Tapi lama-kelamaan ia merasa hidup sendiri ternyata tak kalah menyenangkan.

Ayah Cassidy menginginkan dia untuk melanjutkan perusahan keluarga mereka. Tapi sayang, Cassidy tidak pernah berminat untuk memimpin sebuah perusahan. Apalagi perusahan besar seperti milik keluarganya. Dia menolaknya mentah-mentah.

Perusahan keluarganya termasuk salah satu perusahan ternama di Indonesia. Mereka memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Bisa dibilang, dia di lahirkan dengan keluarga yang kaya raya.

Setengah jam adalah akumulasi waktu  yang dibutuhkan Cassidy untuk selesai mandi, berpakaian dan berdandan.

Cass  berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya. Merasa puas dengan rambut, make up dan pakaian yang di pakainya, Cassidy pun tersenyum lebar.

Ting... Tong.. Ting.. Tong..

"Sabar..." Sahutnya berjalan ke arah pintu. Dia tahu dengan sangat yakin siapa yang kini tengah menekan bel pintu apartemant-nya.

"Lo kok lama amat sih buka pintunya, Davin ngi—" Cassidy memotong sahabatnya sebelum selesai bicara.

"Elo itu, pikaranya ngeres mulu. Lo ngapain pagi-pagi sudah kesini?" Tanya Cass pura-pura lupa.

"Kan udah gue bilang kemarin mobil gue masuk bengkel. Berhubung gue tinggalnya hanya berjarak dua lantai sama lo, ya gue nebeng lo aja. Itung-itung ngirit." Karin menyeringai lalu tanpa diundang langsung berjalan masuk ke dalam apartemat Cass.

Karina Felisa merupakan sahabat Cassidy dari SMA. Sahabatnya itu cantik, pintar, fashionable tapi agak sedikit pemalu dengan orang asing.

"Lo ngapain sih pake acara nebeng segala? Jujur aja. Gue tau mobil lo nggak masuk bengkel." balas Cass menatap Karin curiga.

"Cassidy sahabat gue yang cantik dan baik hati. Gini yah. Lo taukan besok tempat kerja gue ngadaiin welcoming party gitu..." Ucap Karin menggantung.

"Hmm, terus hubangannya sama lo nebeng mobil gue, apa?"

"Nah, acara ini khusus diadain buat penyambutan rekan kerja gue yang baru."

"Yah terus? Lo to the point aja deh, tambah bingung gue lo ngerocos mulu tapi gak selesai-selasai." Ujar Cass jengkel.

"Okok, chill out missy. Gue mau lo nemanin gue ke acara itu. Lo taukan gue orangnya tuh cepat banget bosannya. Please, lo maukan?" Bujuk Karin dengan wajah memelas.

"Punya pacar kan? Lo ajak aja pacar lo. Gue yakin si Jo bakalan dengan senang hati nemanin lo."

"Jo siapa maksud ll Cass? Gue nggak kenal yang namanya Jo." Jawab Karin pura-pura bingung.

"Ceilah, pake pura-purang gak tahu lagi."

Cassidy yakin kalo Karin dengan Jo, pacarnya itu sedang perang dingin.

"Ckckck, bikin salah apalagi tu si Jo?"

"Duhh, gue nggak mood ngebahasnya. Nanti aja deh." Karin membuka kulkas Cassidy kemudian mengambil sebuah botol air mineral, "Jadi gimana, lo mau kan temenin gue? Ayolah Cass, bantuin gue. Sekali ini aja. Plissss..."

"Gimana ya, Kar..."

"Plisss, Cassidy yang cantik dan lemah lembut juga gemar menabung."

"Terserah lo aja deh. Kali ini aja Kar gue bantuin elo." Ucap Cass menyetujui ajakan Karin.

"Thankyu buangettt, Cass. Lo itu sahabat gue yang paling ngertiin gue. The best pokoknya." Teriak Karin bahagia.

"Tapi setelah dipikir-pikir, enak di elonya dong, nggak enak di guenya. Lo tau kan kalo gue males pake banget sama acara yang begituan." Cass mengeluh. Dia tidak pernah suka dengan acara seperti itu.

"Gue traktir makan selama seminggu dimana aja lo mau."

"Ok deal."

"Ngomong-ngomong si Davin baliknya kapan ke Jakarta?" Tanya Karin sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Davin adalah pacar Cassidy. Dia sekarang sedang berada di London karena urusan pekerjaan. Davin bekerja di perusahan keluarganya. Dia menjabat sebagai CEO. Perusahan keluarganya juga merupakan salah satu perusahan ternama di Indonesia. Davin adalah anak rekan bisnis Ayahnya.

"Kemarin malem sih pas dia nelpon, katanya besok"

"Ohh..."

"Elo masih pengen duduk di situ?" tanya Cass setelah mengambil kunci mobilnya di meja dapur.

"Elo udah siap?" Tanya Karin berdiri.

"Yep."

***

Cassidy membuka pintu mobil Honda Yaris merahnya tersayang. Mobil ini  dibelinya tahun lalu menggunakan uang simpanannya selama bekerja sebagai pengacara. Dia lebih memilih memakai mobil yang di beli dengan keringatnya sendiri dari pada honda jazz yang terparkir di garasi orangtuanya.

"Lo langsung ke Rumah sakit ato gimana?" Cass  menyalakan mesin  mobilnya.

"Langsung rumah sakit aja" Ujar  Karin mengecek ponsel miliknya.

Karin adalah seorang dokter anak. Dia baru selesai mengembambil S2-nya di bidang pediatric. Kesukaan Karin dengan anak-anak membuat dia memilih menjadi dokter anak.

Habis mengantar Karin, Cassidy langsung menuju kantornya. Cassidy bekerja di salah satu firma hukum yang cukup ternama di Indonesia. Sifatnya yang baik hati, pekerja keras, optimis, tidak mudah menyerah dan ramah membuat dia banyak disukai masyarakat dan klien-nya. Kasus-kasus yang sering diberikan kepada Cassidy 80% biasanya berhasil ditanganinya.

Rekan kerja Cass, menyapa-nya ketika dia melewati mereka. Sampai di ruangannya, Cassidy  membuka laptop dan memeriksa emailnya. Kliennya sering mengirimkan informasi lewat email jika mereka sedang sibuk dan tidak bisa menemui Cassidy secara langsung. Sementara Cassidy sibuk membaca email dari kliennya, dia tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikannya.

"Ehem.. Ehem..." Cassidy langsung mencari dari mana suara tersebut berasal.

"Kamu tuh ya Ad, kalo masuk ketok pintu dulu kenapa." Ucap Cass setelah mengetahui siapa pemilik suara yang membuatnya terkejut.

"Sudah, Cass. Kamu aja yang budek. Udah aku ketok dari tadi sampe tangan aku sakit, kamu gak nengok-nengkok..." Adrian balas menyalahkan Cass.

Adrian merupakan salah satu rekan kerja Cassidy. Dia pengacara yang  handal dalam menangani setiap kasusnya. Meskipun tergolong muda, Adrian sangat serius dengan pekerjaannya.

Pintar, tampan dan kaya, semua dimiliki Adrian. Bisa dibilang, Adrian merupakan tipe pria idaman setiap wanita. Namun sayang, Adrian itu Playboy Cap Buaya. Pacar atau mantan pacarnya bahkan sudah tidak terhitung lagi. Tiap bulan, garis, tiap minggu ada saja perempuan yang datang ke firma  sembil menangis histeris karena diputuskan Adrian.

"Ada gerangan apa, sampai seorang Adrian pagi-pagi begini ke ruangan saya yang kecil ini?" Ledek Cass kemudian kembali berkutat dengan laptopnya.

"Emang gak boleh yah, aku jenguk teman aku?" Walaupun tak melihat ekspresi Adrian, Cass  yakin betul, rekan kerjannya ini sedang mencibir.

"Kamu kira ini rumah sakit pake acara besuk-besuk segala, Ad." Balas Cass  memutar bola matanya.

"Kamu kok kejam amat sih sama mantan pacar kamu, Cass. Kita kan putusnya baik-baik. Maafin aku deh kalo kamu masih marah karena aku mutisin kamu. Aku kira kamu udah move-"

Cassidy memotong Adrian dengan cepat sebelum Adrian meyelesaikan kalimatnya, "Bisa diem gak, Ad? Masih pagi aja  kerjaan kamu udah bikin aku sakit kepala aja. Kamu maunya apa sih?"

"Mau aku? Aku cuma pengen nyapa mantan favorit aku aja kok." Adrian menyeringai.

'Sialan. Mungkin gue dulu buta. Bisa-bisanya gue jadian sama si kutu kupret ini. Nyesel gue.' batin Cassidy.

***

Semoga kalian suka

avataravatar
Next chapter