32 Ice Prince

Kembali menemani Christian meeting membuat Elena semakin sadar kalau bosnya itu adalah lelaki yang sangat berpendirian dan keras, hanya dengan beberapa patah kata saja Christian berhasil mematahkan perkataan walikota yang pagi ditemuinya. Meskipun Christian bukanlah warga Australia, tapi pengaruhnya cukup besar di negara Kanguru itu. Banyaknya bisnis Clarke Enterprise yang berdiri kokoh selama bertahun-tahun di beberapa negara bagian Australia berhasil membuatnya memiliki posisi yang cukup berpengaruh di negara, karena itu sang walikota Adelaide yang pagi ini ditemui Christian tidak berani banyak bicara.

"Sepertinya bukan hanya Clarke Enterprise saja yang akan protes dengan proyek reklamasi ini, beberapa lembaga lingkungan juga menentang keras. Jadi jika anda memberikan izin pada perusahaan yang akan mengembangkan proyek ini maka bukan hanya Clarke Enterprise saja yang akan menjadi lawan anda, perusahan-perusahaan lain juga akan berdiri bersama saya menentang anda, Tuan Stevenson," ucap Christian pelan penuh penekanan, Christian terpaksa bicara tegas karena walikota yang ada di hadapannya ini pintar sekali bicara.

Wajah Adam Stevenson merah padam mendengar perkataan pria penuh kharisma dihadapannya, meski belum pernah bertemu Christian secara langsung namun walikota Adelaide itu sudah mendapatkan banyak informasi tentang Christian. Namun, walau sudah mendapatkan info soal Christian berhadapan langsung dengannya seperti ini adalah satu hal yang benar-benar sulit dilakukan. Tekanan yang diberikan Christian terlalu kuat.

"S-saya akan memastikan proyek reklamasi yang sedang diajukan itu tidak diterima, Tuan," jawab Adam Stevenson terbata, meskipun sudah berusaha bersikap normal namun tetap saja dirinya tidak bisa bicara lancar di hadapan Christian.

Bibir Christian menipis. "Good, aku pegang ucapanmu Tuan Stevenson."

Adam Stevenson langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat, semakin cepat dia mengakhiri meetingnya dengan Christian Clarke maka semakin cepat juga dia bisa bernafas dengan lega. Pernah bertemu dengan Jack puluhan tahun yang lalu saat dirinya masih menjabat sebagai staff administrasi junior di kantor walikota membuat Adam Stevenson awalnya berpikir akan bisa menghadapi Christian yang merupakan putra pertama Jackson Clarke, namun ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan harapan pasalnya menghadapi seorang Christian ternyata sama melelahkannya seperti saat menghadapi Jack. Ayah dan anak itu benar-benar memiliki sifat yang sama persis, mulai dari cara bicara hingga cara mengintimidasi seseorang.

Karena merasa urusannya sudah selesai, Christian lantas mengajak Elena dan Kainer meninggalkan kantor walikota untuk pergi ke tempat selanjutnya, Clarke Hotel Internasional. Hotel terbesar milik keluarga Clarke yang ada di Australia. Begitu mendengar kalau di pantai di dekat area Clarke Hotel Internasional akan dibangun sebuah resort di tengah laut yang masuk dalam proyek reklamasi pengusaha asal Selandia Baru, Christian langsung segera meminta semua timnya di Australia untuk bergerak.

Pasalnya jika di pantai itu dibangun resort maka hal itu bisa menjadi awal kehancuran bisnis hotel keluarga Clarke, para pengunjung pasti akan lebih memilih pergi ke resort di pulau buatan itu daripada menginap di hotel untuk mendapatkan pemandangan pantai yang lebih indah. Pemandangan pantai yang indah itu adalah alasan kenapa penjualan tiket di Clarke Hotel Internasional selalu tinggi setiap akhir pekan.

"Kau kenapa Elena? Sakit? Wajahmu terlihat pucat." Kainer berbisik pelan pada Elena ketika mereka sudah tiba di lobby hotel milik keluarga Clarke.

Elena tersenyum. "Aku tidak apa-apa, hanya sedikit haus saja."

"Kau yakin? Tadi saat kita masih ada di kantor walikota aku melihatmu memijat tengkuk belakang," tanya Kainer kembali.

"Aku benar-benar tidak apa-apa, Kainer. Terima kasih sudah bertanya," jawab Elena kembali seraya memaksakan tersenyum, Elena tidak mungkin jujur kalau saat ini kepalanya sedang sangat sakit. Elena tidak membayangkan apa yang akan diucapkan Christian saat dirinya mengeluh, Elena sungguh belum siap mendengar kalimat pedas yang terucap dari bibir bos nya yang arogan itu.

"Syukurlah kalau baik-baik saja."

Elena tersenyum tipis mendengar perkataan Kainer, namun begitu melihat nama Clarke Hotel Internasional. "Jesus…"

Secara spontan Christian menoleh ke arah Elena yang berhenti tepat di samping kirinya. "Ada apa?"

"I-ini hotel milik keluarga Clarke, Sir ?"

"Menurutmu?"

Elena mengedipkan kedua matanya menunggu jawaban dari Christian, berbagai pertanyaan lainnya saat ini sudah mengantri untuk keluar.

"Kau bisa lihat ukiran nama di dinding yang ada di belakang meja resepsionis itu?" tanya Christian sarkas.

"Saya melihatnya, Sir."

"Lalu kau bisa membaca tulisan itu, bukan?"

"Bisa, Sir." Elena kembali menjawab dengan singkat.

"Kalau kau bisa melihat dan bisa membaca tulisan itu lalu kenapa masih bertanya lagi kepadaku, Elena?" kedua mata Christian berkilat menunjukkan ketidaksukaannya pada Elena.

Elena yang merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya tidak merubah pandangannya sedikitpun pada Christian, gadis itu masih mengangkat wajahnya ke arah Christian menunjukkan pembangkangannya.

"Apa masalahmu, Elena?" tanya Christian kesal karena Elena tidak kunjung bicara.

"Masalahnya ada pada anda, Sir. Bukan pada saya."

Satu alis Christian terangkat. "Ada padaku?"

Elena mengangguk pelan. "Iya, kalau memang hotel ini milik anda lalu kenapa kita harus menginap di hotel lain yang jaraknya tidak begitu jauh dari hotel ini, Sir?"

Pertanyaan telak dari Elena membuat Christian yang hendak memberikan ejekan kepada sekretarisnya itu langsung menutup bibirnya rapat-rapat. Elena ternyata tidak bodoh, dia gadis yang pintar dan penuh perhitungan. Pantas saja kalau nilai akademiknya sangat tinggi.

"Memangnya ada larangan kalau aku mau menginap di hotel lain? Apakah ada larangan untuk seorang pemilik hotel menginap di hotel saingannya?" tanya balik Christian.

"Tidak ada."

"Lalu apa masalahmu?"

"Tidak ada, Sir."

Christian mengeraskan rahangnya, perlahan dia menundukkan kepalanya. Berhenti tepat di samping telinga Elena. "Kau hanya sekretarisku, Elena. Kau tidak berhak menginterupsi perintahku, tugasmu hanya melakukan apa yang aku perintahkan tanpa bantahan. Kau dibayar untuk itu, jadi jangan pernah lagi mengomentari pilihan yang aku ambil."

Elena yang merasa tenaganya sudah hampir habis memilih untuk tidak melanjutkan provokasinya pada Christian, Elena mengingat perkataan Kainer untuk tidak mencari masalah dengan Christian. Meskipun sebenarnya Elena yakin kalau dirinya tidak salah, pertanyaan yang sebelumnya dia ajukan kepada Christian adalah pertanyaan yang akan ditanyakan oleh semua orang jika ada dalam posisi Elena saat ini.

"Satu hal lagi yang harus kau ingat, uangku banyak. Meskipun aku menghabiskan sisa umurku dengan tinggal di kamar hotel paling mewah sekalipun uangku tidak akan berkurang, Elena," ucap Christian kembali. "Aku adalah Christian Clarke bukan pedagang kue di tempat kumuh yang selalu was-was setiap hari memikirkan para pelanggannya."

Pipi Elena langsung merah padam, ucapan Christian begitu menusuknya. Kedua mata indahnya yang sebelumnya terasa perih pun kini dipenuhi air mata yang tertahan. "J-jangan bawa-bawa pekerjaan kedua orangtuaku, Sir."

Christian terkekeh. "Lho, memangnya ada yang salah dengan ucapanku? Bukankah yang aku katakan adalah fakta?"

Elena yang tidak punya kekuatan apapun untuk melawan Christian memilih untuk diam, dia sama sekali tidak berani membuka bibirnya. Elena memutuskan untuk tidak bicara karena dia tidak siap jika harus mendengar kalimat penuh hinaan yang terlontar dari bibir Christian. Dalam hati Elena pun mulai menyesali keputusannya pernah mengirimkan lamaran kerjanya ke Clarke Enterprise, kalau hanya akan mendapatkan sakit hati seperti ini terus menerus Elena pasti akan memilih tetap di rumah, membantu bisnis kedua orangtuanya. Berjualan kue lezat yang setara dengan kue yang ada di jual di toko-toko kue mewah di pusat kota.

Karena Elena tidak lagi berbicara, Christian pun memutuskan untuk segera masuk ke kamar pribadinya yang ada dihotel kebanggannya itu. Beberapa petinggi hotel langsung berhamburan ke arah Christian, menanyakan apa yang dia butuhkan.

Melihat Christian dikerubuti banyak orang, Kainer lantas mulai melangkahkan kakinya. Ketika berada tepat di samping Elena yang masih menundukkan kepalanya Kainer menghentikan langkah. "Ayo Elena, kita ke atas untuk makan."

Perlahan Elena mengangkat wajahnya menatap Kainer yang sedang tersenyum kepadanya, sebelum akhirnya tiba-tiba Elena tidak bisa melihat wajah Kainer dengan jelas karena dunianya yang menggelap. Samar-samar Elena masih bisa mendengar seseorang memanggil namanya hingga akhirnya dia tidak bisa mendengar suara apapun lagi.

Bersambung

avataravatar
Next chapter