webnovel

Devil incarnation

Hotel Hilton Adelaide, 3.30 PM.

Sesampainya di hotel, Elena langsung pergi ke kamarnya. Setelah melewati penerbangan panjang yang melelahkan Elena ingin menyegarkan tubuhnya yang sudah lengket dengan air hangat sebelum melanjutkan meeting.

Ketika baru saja selesai berganti pakaian, Kainer sudah mengetuk pintu dan memintanya untuk segera keluar. Elena yang awalnya ingin bersantai sejenak pun terpaksa membatalkan keinginannya. Menyambar ponsel dan tablet pintarnya, Elena segera berlari menuju pintu.

"Sabar… aku baru selesai mandi, Kainer," gerutu Elena kesal.

"Tuan sudah turun ke restoran sejak lima belas menit yang lalu, Elena."

Kedua mata Elena membulat sempurna. "Sejak lima belas menit yang lalu?"

"Tuan Christian adalah orang yang sangat ontime, Elena. Kau harus mengingat itu mulai sekarang."

"Ish kau ini, ya sudah ayo kita turun. Aku tidak mau mendengar ocehan lelaki menyebalkan itu selama kita berada di Australia," ucap Elena kesal, kembali mendengar nama Christian membuat mood Elena yang sudah sempat membaik karena mandi kini kembali rusak.

Kainer mengekor tepat dibelakang Elena yang sedang berjalan menuju lift dengan wajah yang terlihat kesal, karena sadar jika Elena adalah pegawai baru, Kainer tidak banyak bicara soal perilaku Elena yang sedikit tidak sopan. Kainer baru akan menegur Elena jika Elena sudah bertingkah diluar batas.

Selama berada di dalam lift Elena dan Kainer tidak terlibat pembicaraan apapun, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka berdua bergabung dengan Christian yang sudah memulai meeting sejak sepuluh menit yang lalu. Sebagai sekretaris, Elena memilih duduk di samping kanan Christian. Meskipun sebenarnya posisi Elena cukup krusial tapi dia memilih untuk menjaga jarak dengan Christian dan membiarkan Kainer yang duduk dekat sekali dengan Christian.

Selama meeting berlangsung Elena benar-benar menjadi pendengar yang baik, dalam hati dia memuji cara Christian berbicara. Setiap kali Christian mulai bicara kelima orang dari kantor walikota itu terdiam, kelima orang itu seperti salah mencari lawan saat ini.

"Aku tidak akan banyak bicara, yang jelas jika anda semua mendukung upaya reformasi di laut selatan maka kalian semua akan berhadapan dengan Clarke Enterprise. Aku tidak akan main-main pada orang yang berani mengusik bisnisku. Siapapun orangnya, seberapa besarpun pengaruhnya di pemerintah akan aku lawan. Jadi katakan pada atasan kalian untuk tidak mengkhianatiku dan Clarke Enterprise," ucap Christian serak, mengintimidasi kelima orang pria yang sejak tadi tidak banyak bicara itu.

"Anda tidak usah khawatir, Tuan. Kami semua di kantor pemerintah ada dipihak anda, kami tidak akan mungkin mendukung orang yang ingin merusak lingkungan seperti mereka."

"Benar, Tuan. Kami ada dipihak Clarke Enterprise."

Ketiga pria lainnya pun mengatakan hal serupa seperti kedua temannya, mereka terlalu takut salah bicara. Kekejaman Christian sudah melekat dalam kepala mereka.

Christian menipiskan bibir. "Bagus, akan kau ingat semua perkataan kalian sore ini. Jika sampai di masa depan salah satu dari kalian ada yang berani berbuat curang di belakangku maka aku akan menghancurkan kalian semua tanpa sisa."

"K-kami tidak akan berani, Tuan. Kami setia pada Clarke Enterprise," jawab kelima pria itu dengan kompak.

Merasa puas mendengar jawaban dari kelima tamunya, Christian lantas merubah posisi duduknya. Tidak lama setelah itu dia mengangkat tangannya ke udara, memanggil pelayan agar segera menghidangkan makanan yang sudah dipesan sebelumnya oleh Kainer saat mereka sedang dalam perjalanan menuju hotel.

Dalam waktu yang tidak lama, keempat pelayan datang. Mereka membawa berbagai makanan lezat menggugah selera di nampannya masing-masing, begitu semua makanan sudah tersaji diatas meja. Christian lantas mempersilahkan para tamunya untuk makan. Elena yang masih sangat kenyang terlihat sangat tidak bernafsu, beberapa kali dia terlihat hanya mengacak-ngacak makanannya hingga akhirnya Christian berdehem pelan memberi peringatan pada Elena. Kainer yang paham akan isyarat non verbal itu pun bertindak cepat. Menggunakan kaki kirinya, Kainer mencoba untuk menghentikan perbuatan Elena. Elena yang tidak sadar dengan maksud Kainer terlihat marah, namun ketika secara tidak sengaja melihat tatapan membunuh dari Christian akhirnya Elena sadar apa tujuan Kainer mengusiknya.

"Kenapa tidak bilang sejak tadi kalau devil itu sudah marah?" bisik Elena lirih pada Kainer.

"Jaga ucapanmu, Elena."

Elena yang tidak suka mendengar jawaban Kainer lantas menggunakan kaki kanannya menginjak kaki Kainer kuat-kuat, Kainer yang tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan sekasar itu dari Elena nyaris tersedak makanan. Beruntung Kainer bertindak cepat dengan langsung minum air putih, sehingga dia tidak melakukan perbuatan memalukan di hadapan Christian dan orang-orang dari kantor walikota itu.

Seolah punya indra keenam, Christian kembali memberikan tatapan menusuk pada Elena. Ditatap seperti itu oleh Christian langsung membuat Elena diam dan memilih untuk makan dengan benar. Meski perutnya tidak terlalu lapar, Elena pun terpaksa menghabiskan makanan yang ada di piringnya. Dalam hatinya Elena bersumpah akan memberikan pelajaran pada Christian suatu saat nanti.

Setelah tiga puluh menit berlalu, meeting sekaligus makan malam bersama itu akhirnya selesa. Elena yang sudah sangat tersiksa karena perutnya terisi makanan melebihi kapasitas harus bersabar menunggu para tamunya benar-benar pergi, begitu kelima orang itu benar-benar pergi tanpa meminta izin terlebih dahulu, Elena langsung berlari menuju toilet. Elena harus menyingkirkan rasa sesak yang menyiksanya itu.

"Elena," geram Christian jengkel. "Gadis itu benar-benar tidak punya aturan, dia sangat liar."

"Saya akan menegur Elena secepatnya, Tuan," jawab Kainer cepat.

"Bagus, aku tidak mau melihat hal semacam ini terjadi lagi dimasa depan, Kainer. Aku tidak mau citraku rusak oleh gadis miskin yang kurang ajar itu," ucap Christian kembali, tanpa mengalihkan pandangannya pada Elena yang sedikit tertatih keluar dari toilet wanita. Meski dari kejauhan, Christian bisa melihat betapa pucat wajah Elena saat ini. Memaksa keluar makanan yang sudah dimakan adalah sebuah tindakan yang menguras tenaga.

"Jangan panggil aku Elena Wilson kalau tidak bisa membalasmu devil jelek menyebalkan!"

Bersambung

Next chapter