19 Student Orientation

Siapa di sana!" Suara seorang pria menggelegar. Membuat, gadis itu terhentak kaget. Namun, tidak dengan Adam dia masih menatap gadis dihadapannya. 

 "Astaga! Dalam situasi mencekam seperti ini dia malah melamun!" 

 "Ayo! Woy!" Gadis itu mengibaskan tangannya, hingga membuat Adam sadar. 

 "Siapa namamu?" tanyanya. 

 "Bukan waktu yang tepat untuk berkenalan, bodoh! Ayo sembunyi!"  Gadis itu menarik Adam ke sebuah pohon besar yang terdapat rumput- rumput tinggi.

 Derap langkah, semakin mendekat membuatnya semakin ketakutan. 

 "Bisa habis kita kalau tertangkap!" Tampak gurat kepanikan. 

 "Kau belum menjawab, siapa namamu?" Adam kembali bertanya. 

  Langkahnya semakin mendekat, namun pria di hadapannya terus menanyakan hal yang sama. Sehingga membuat gadis itu geram, ia membekap mulut pria di hadapannya menariknya untuk berjongkok menyembunyikan diri pada semak- semak. 

   Jarak mereka sangat dekat, Adam bisa dengan jelas melihat wajah cantiknya. Rambutnya yang tergerai indah, netra biru yang membuat hatinya bergetar. 

   Tapi sebentar, ia mencium bau tidak sedap. Tapi, entah apa itu. Ia menajamkan Indra penciumannya. Tepat berada di dekatnya.

   Ketika seorang yang di anggap kakak kelasnya itu pergi menjauh, gadis cantik itu perlahan melepas bekapan tangannya pada mulut seorang pria yang masih termangu.

Adam terus mendengus menajamkan penciumannya, "Kau mencium bau aneh?" tanya Adam polos. 

"Maksudmu ini?" Gadis itu memberikan satu tangannya pada hidung mancung pria di hadapannya. 

"Iyah, kenapa tanganmu bau sekali!" Adam menutup hidungnya. 

Gadis itu terkekeh, "kau tahu? Aku lupa belum mencuci tanganku setelah membersihkan kandang kambing," ucapnya dengan terkekeh.

  "Astaga! Wanita macam apa kau! Jadi dari tadi kau membekap mulutku dengan tangan bekas kotoran kambing?!" tanyanya dengan menahan kekesalannya. 

  "Tepat sekali! Kau sangat beruntung! Sudah yah, Bay …" Gadis itu melambaikan tangannya meninggalkan Adam yang tampak kesal. 

  Ingin sekali ia muntah, tapi ia tahan. Gadis yang ia temui sore itu sedang menggembala kambing- kambingnya dan sekarang ia bersyukur bisa satu sekolah dengannya dan itu berarti akan setiap hari bertemu. Ia tersenyum masam, saat mengingat bau tak sedap yang menusuk hidungnya.  "Dasar, domba bule!" makinya.

Pria yang baru menikmati bau kambing itu, melangkahkan kakinya menuju tempat para siswa tengah berkumpul, langkahnya memecah keramaian, wajah tampannya membuat semua siswa terpesona. Langkahnya yang pasti membuat hati wanita yang berada di sana terpana. 

  Mengenakan seragam yang sama, namun kharismanya yang berbeda dan sangat menggoda. 

  Adam masuk ke dalam barisan siswa yang sudah berbaris rapi di lapang sekolah. Beruntung ia tidak terlambat, tapi sedari tadi dia tak melihat gadis yang ditemuinya barusan. Ia terus bertanya dalam hatinya kemana gadis itu.

  Hingga, bel masuk berbunyi. Tiba saatnya mereka memasuki ruangan. Adam duduk di barisan bangku ke empat, sebelah kiri. Ketika semua sudah duduk dengan rapi.  Tiba- tiba, datang seorang gadis yang ia tunggu sedari tadi. Ada yang aneh dengan penampilannya. Wajahnya sedikit berdarah, rambutnya berantakan. Adam menatap iba, namun ia masih tetap diam di tempatnya. 

  Gadis itu akan duduk di bangku urutan nomor dua di sebelah kanan, tapi di usir. "Sana, pergi!  Dasar pengembala. Ish, jauh- jauh dariku aku tak mau ketularan bau kambing," cacinya.

 Gadis itu  menghela napas, hingga tiga kali ia tetap diusir oleh siswa yang berbeda. Tidak ada perlawanan dari gadis itu, Adam melambaikan tangannya. 

 "Kemarilah! Kenapa kau lama sekali, aku dari tadi menunggumu!" Adam menarik tangan gadis itu. 

 Ada rasa terharu pada diri anak gadis itu, atas perlakuan Adam terhadapnya. 

 Semua siswa saling bertatapan, bagaimana bisa gadis miskin penggembala kambing  itu bisa kenal dengan pria tampan yang baru masuk saja sudah menjadi idola. 

 Sedari tadi semua ingin duduk dengannya, tapi ia selalu berpindah saat ada yang duduk di sebelahnya. Tapi, saat ini ia mengajak seorang gadis miskin untuk duduk.

  Semua menatap heran dan berbisik iri. Tidak peduli dengan tatapan orang disekitarnya, Mengambil alat P3K dari dalam tasnya. Jangan tanya, kenapa ia membawa alat- alat semacam itu. Karna Grandmam-Nya selalu memaksa membawa kotak keramat kemanapun pergi.

Menolak sama saja dengan siap menerima ocehan neneknya siang dan malam.

  Tanpa basa- basi Adam membuka kotak P3K ditangannya. Perlahan, dia membuka botol Alkohol. Membersihkan luka ditepi bibir gadis yang baru saja membuatnya jengkel, tanpa ada satu katapun yang terucap dari bibir pria dihadapannya hingga  ia selesai mengobati semua luka di wajah gadis cantik yang jorok ini.

  

  "Kenapa kau baik padaku? Padahal kita tak saling mengenal?" tanyanya. 

"Kalau begitu kita kenalan, kenalkan aku Adam," ucapnya dengan mengulurkan tangannya.

 "Aku keysha," ucapannya dengan menjabat tangan Adam. 

"Sha?" nama yang indah.  ucapnya kembali. 

  "Bukan, orang lain memanggilku Key," ucapnya.

"Tapi aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan "Sha," timpalnya dengan terkekeh. 

"Terserah kau saja!" Keysha tersenyum masam.

Percakapan mereka terhenti, saat kakak kelas mereka datang. Mereka memberikan semua materi tentang student orientation.

Seorang kakak kelas wanita dan pria mengisi materi. Mereka meminta satu persatu siswa baru untuk memperkenalkan diri.

  Satu dari pemberi materi memanggil nama seorang gadis yang tengah melamun. Hingga tiga kali panggilan tapi tidak ada jawaban. Entah apa yang di pikirkan.

  Adam sudah berapa kali menggoyang tangannya. Tidak ada respon sedikitpun. Hingga teriakan dan tawa semua teman sekelas menyadarkannya. 

 "Keysha!"  teriakannya mengelegar, gadis yang kerap disapa penggembala kambing  itu mengerjapkan matanya merasa ada yang mengusik lamunannya.

"Sha, sadarlah, Oh Tuhan!" Adam tampak frustasi.

  Tampak kekhawatiran dari wajah teman sebangkunya. Bagaimana tidak, seniornya sudah terlihat murka, Keysha masih bengong seperti Bango pengen kawin. 

  "Kedepan kamu!" titahnya. Berjalan dengan pikiran yang entah kemana membuat Adam semakin khawatir.

 "Astaga!" Adam menepuk jidatnya, sungguh bodoh gadis itu. Saat ini, ia tidak menyadari jadi bahan tontonan.

  

 "Apa kau tahu, apa kesalahanmu?" tanya salah seorang pemberi materi, pertanyaan itu membuatnya tersadar.

 "Entahlah," jawabanya masa bodo, Adam terkekeh, sungguh sangat langka gadis penggembala ini.  

"Kalau kau tahu letak kesalahanku, tinggal kau katakan dan kau maafkan, bereskan! Gitu ajah repot!" timpalnya kembali, dengan nada bicara acuh.

  "Astaga! Kau ini siswa baru yang sangat menyebalkan!" Nampak gurat kekesalan dari kedua senior di hadapannya.

  

 

avataravatar
Next chapter