12 Keputusan Yang Pahit

"Keysha!" bentaknya, saat anak kecil itu baru saja membuka pintu. Ia sudah tidak kaget lagi, dengan bentakan ibunya. 

Seketika Josh semakin mendekat, ia mengintip dari sebuah jendela yang terbuka sebagian. Ia melihat, dengan seksama apa yang sebenarnya terjadi. 

"Kenapa lama sekali! Kau membeli di mana? Di Arab?" tanyanya dengan tatapan sarkastik, merebut bungkusan di tangan Keysha. Gadis kecil itu hanya diam, sedari pagi  perutnya belum terisi ia hanya memakan Ice cream saja pemberian temannya.

"Apa kau mau?" tanyanya dengan duduk selonjoran sembari memakan kue di tangannya. Keysha mengangguk pelan.

"Tidak usah memakan kue ini! Nanti perutmu akan sakit! Kau tidak terbiasa makan enak!" Hinaan itu sudah biasa gadis itu dengar ia akan pergi ke kamarnya. Namun teriakan sang ibu menghentikan langkahnya. 

"Mau kemana, kau? Enak sekali, setelah seharian kau pergi sekarang akan tidur?! Tidak tahu malu! Sana, bersihkan piring- piring yang kotor! Harus selesai sebelum aku menghabiskan makananku!" titahnya dengan mulut yang penuh dengan puding. 

Josh mengepalkan tangannya, saat ini ia mengintip di balik jendela. Ingin sekali menghajar wanita gila itu. Bagaimana bisa dia bisa berlaku kasar dan Setega itu pada seorang anak kecil. Ia hendak mendobrak pintu yang tertutup, namun tangannya di hentikan oleh seorang pria parubaya. 

Ia menggelengkan kepalanya, hingga membuat Josh mengurungkan niatnya. 

"Jangan gegabah! Nanti, key akan semakin di siksa!" jelasnya. 

Josh mengerutkan dahinya, tatapannya penuh selidik tentang sebenarnya apa yang terjadi pada gadis kecil yang menyedihkan itu.

"Pulanglah!" titahnya, Josh mengernyit." Dia sudah terbiasa, dengan perlakuan ibunya," jelasnya kembali. Josh berpamitan dengan hanya membungkukkan kepalanya.

"Kau pasti kuat, Key!" ucap pria parubaya, sambil berlalu. 

Hari- hari berlalu begitu cepat, setiap hari Josh selalu datang menemui Key untuk membantu gadis kecil itu menggembala kambing, ia juga tak segan membantu Key memberi makan kambing- kambingnya. 

Setiap pagi, Josh selalu menemui Key  memberikan sarapan di kandang kambing. Ia akan datang sembunyi- sembunyi sebelum matahari terbit. Key memang sudah mulai bekerja membersihkan kandang hewan ternaknya mulai dari pukul empat pagi. 

 Tanpa rasa jijik mereka melahap sarapannya, di sisi kandang- kandang besar yang berjajar. Tawa renyah mereka menghiasai kebisuan di pagi hari. 

Mendengar cerita dari Josh, sang nenek selalu menyempatkan diri membuat puding kesukaan Key, Ia tak pernah merasa keberatan harus bangun tiap pagi untuk menyiapkan sarapan, baginya Key dia anggap seperti cucunya sendiri. 

 Terkadang key juga berkunjung menemui sang nenek untuk melepas kerinduan, pelukannya yang hangat selalu membuat key merasa  tenang yang tak pernah ia dapatkan dari ibunya.

Bukan cuma itu, Josh adalah teman yang sangat baik, jika malam mendatang. Ia akan menaiki tangga untuk mengetuk kamar key, memberikan roti untuk makan malam. Karena, ia tahu key hanya mendapatkan jatah makan siang saja dari ibunya. 

 Kehidupan tragis yang menimpa dirinya, seakan hilang saat Josh datang ke kehidupannya. Ia seperti malaikat yang di kirim Tuhan untuknya, menggantikan Ken saudara kembarnya. 

Tapi di hari yang memilukan, membuat ia harus rela kehilangan Josh. 

 Senja sore itu, Josh mengantar Key pulang kerumahnya karena sudah sangat larut. Hujan deras membuat mereka pulang terlambat menggembala hewan ternaknya. Baru saja di ambang pintu, teriakan ibunya memecah kesunyian.

 Tamparan dari sang ibu melayang sempurna, karena melihat Key kecil tengah bersama seorang anak laki- laki. 

"Dasar anak jalang! Masih kecil sudah pulang selarut ini dengan seorang anak laki- laki! Kau membuat malu keluarga!" Amarah menguasai dirinya seperti yang sedang kesetanan ia menjambak rambut Keysha dan menariknya ke dalam rumah. 

"Dia hanya temanku, Buk!" jelasnya dengan menahan rasa sakit di kepalanya. 

"Hentikan!" teriakan anak laki- laki memecah keheningan. Key meringis, ia takut ibunya akan berlaku kasar pada teman yang selalu baik padanya.

"Anda ibu yang paling kejam!" Ia berkata dengan penuh kekesalan, selama ini dia diam, melihat key di siksa.

"Siapa kau? Super Hero? Wow, kau pahlawan kesiangan rupanya?" ejeknya.

"Lebih baik kau pergi dari rumah mengerikan ini, key! Tinggalkan dia! Kita hidup bersama nenekku!" ajaknya, dengan menarik tangan Key. 

"Selangkah kau meninggalkan rumah ini, akan ku buat kau, tak akan pernah bertemu ayahmu lagi, Keysha!" Ibunya berucap dengan penuh ancaman.

"Ayo, Key!" ajaknya lagi. 

"Pergilah, Josh!" ucanya lirih. 

"Tidak! Aku tidak akan pergi tanpamu, key sudah cukup!" bentaknya. Selama ini Josh selalu melihat key di siksa. Meski masih kecil tapi dia memiliki keberanian yang tinggi. Karena memang keluarganya memegang peran penting di desa ini.

"Pergilah! Aku tidak butuh bantuanmu!" Key berteriak dengan lantang, Isak tangis membasahi pipinya. 

"Maksudmu, key?" tanyanya dengan lembut. 

"Pergi! Aku sudah tidak ingin berteman denganmu, pergi!" usirnya lagi dan lagi dengan mengibaskan genggaman tangan Josh. 

"Kau mengusirku, Key?" tanyanya dengan menahan sesak.

"Iyah, sekarang Pergi dan jangan pernah kembali!" bentaknya dengan menahan sesak dan berlari ke kamar.

"Kau dengar bukan? Anakku tahu dia harus berada di pihak siapa?!" Pergilah anak manis!" Ejeknya dengan  mengelus pipi Josh.

"Lepaskan! Tangan kotormu dari wajahku wanita gila!" bentaknya seraya berlalu.

Anak yang pemberani, tapi sayang Key tidak butuh bantuan mu! Tapi kalau kau mau aku bisa membantumu, hanya saja dengan satu syarat!" ucapnya dengan bersedekap

"Cih, tak Sudi!" Ia pergi dengan membuang mukanya. 

"Anak yang sombong!" ucapnya dengan membanting pintu rumahnya.

Key menangis, ia membenamkan wajahnya di balik bantal. Air bening itu terus membasahi tempat tidurnya. Bibinya terus berucap kata maaf pada temannya Josh.

"Maafkan aku, Josh, aku tidak pernah membencimu, pergilah! Semua aku lakukan karena aku takut dia menyakitimu," gumam Key menatap kepergian Josh dengan tatapan sendu di balik jendela kamarnya.

 Ia terpaksa melakukan semua itu, Karena ia tak ingin sampai terjadi apa- apa pada temannya. Sikap ibunya yang suka menyiksa membuatnya takut. Ia memang sudah terbiasa menghadapi sikap tempramen ibunya. Ia bisa menerima dengan lapang setiap perbuatan ibunya.

  Dia takut tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya lagi, jika ia tak menuruti ibunya. Josh adalah orang yang sangat ia sayangi, ia takut josh akan mengalami hal- hal yang tidak ia inginkan. Di tempat ini tidak ada satupun yang berani menentangnya. Key pun merasa heran.

"Sudah menangisnya anak bodoh!" Key telonjak mendengar seseorang yang datang, wanita itu bersidakep dengan kaki menginjak tangan Key. 

"Sakit, buk!" ucapnya lirih. 

"Oh maaf, sengaja!" jawabnya acuh.

"Anak manis, kalau sudah selesai menangisnya kau bersihkan kamar mandi dan siapkan air untuk aku mandi, ingat! Suhunya harus pas, kau paham!" bentaknya.

 

"Iyah, Bu." 

"Cepat! Sekarang! Kau pikir aku akan baik padamu? Cih, apapun yang terjadi aku tidak akan berlaku baik padamu!" bentaknya dengan tersenyum smrik. Key selalu bergidik ngeri saat melihat ibunya tersenyum seperti itu. 

"Aku heran kenapa banyak yang menyayangimu! Kenapa?!" tanyanya dengan berteriak. 

"Semakin banyak yang bersimpati padamu! Maka semakin kejam pula penyiksaan yang kuberikan padamu! Haha." Wanita itu tertawa dengan sangat keras.

Keysha merasa ada yang aneh dengan ibunya, kadang tersenyum, kadang berteriak. Ia lebih baik pergi menjauhinya sebelum ia kembali di siksa lagi. 

Key beranjak dari tempat tidurnya, akan berlalu tapi langkahnya terhenti.

"Hey, mau kemana kau?!" Keysha merasa tubuhnya bergetar tak dapat dipungkiri ia merasa takut melihat senyum ibunya saat memanggil namanya.

TBC

avataravatar
Next chapter