11 Bab 11 Oh, Josh

Derap langkah mendekat membuat gadis kecil itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah mewah. 

 "Aku sudah memeriksanya!" ucapnya dingin. 

"Pudding apa yang kau inginkan?" tanyanya acuh, Key melihat sekeliling tidak ada siapa- siapa lagi, ia yang merasa pertanyaan itu tertuju padanya dengan nada lembut ia menjawab, "Yorkshire Pudding."

"Kita kekurangan daging untuk membuatnya, Nek!" Sang nenek hanya mengangguk pelan. 

"Kau ikut denganku! Untuk membeli apa yang dibutuhkan, ayo!" ajaknya dengan menarik kembali gadis yang tengah melamun itu, ia bingung bagaimana membeli daging itu, karena bahkan ia tak memiliki apapun saat ini untuk bisa ditukar dengan daging. 

Key menghentikan langkahnya, ia tertunduk sendu menatap alas kakinya yang sudah hampir rusak itu. 

"Kenapa? Kau selalu tampak sedih?" tanyanya dengan nada lembut. 

"Aku tidak punya uang untuk membeli daging," ucapnya dengan masih tertunduk. "Itu semua gara- gara temanmu!" sesalnya. 

"Aku akan membelikannya untukmu dan kau bisa membayarnya padaku lain kali!" ucapnya.

"Kau serius?!" tanyanya antusias, pria di hadapannya mengangguk dan mengelus pucuk kepala gadis di hadapannya. 

"Tentu saja!" lanjutnya, entah kenapa gadis ini begitu sangat berbeda. 

Mereka berjalan membeli  bahan yang dibutuhkan. Sekitar dua puluh menit mereka kembali dengan tangan yang dipenuhi belanjaan di tangan mereka. 

"Masuklah! Jangan kau lepas sandalmu!" titahnya dengan terkekeh. 

"Ternyata dia mengetahui kebodohanku!" gerutunya, ia berjalan dan mebungkukkan badannya saat melewati sang nenek yang tadi menyapanya tengah duduk di kursi dekat perapian.

"Kalian sudah kembali?" sapanya dengan tersenyum ramah, key mengangguk dan tersenyum sedang cucunya pergi ke dapur. "Ayo ikut nenek ke dapur!" ajaknya dengan beranjak berdiri dari duduknya. 

Tiba- tiba suasana menjadi sangat hening, tidak ada percakapan sedikit pun. 

 "Tumben kau membawa teman perempuan Jhos?" Tanyanya penuh keheranan.

"Aku hanya kasihan melihatnya menangis di tepi jalan hanya karena menginginkan sebuah pudding!" jelasnya dengan duduk menikmati gren tea di tangannya. 

"Kenapa kau sampai menangis, nak?" tanya nenek itu lembut, dengan menyiapkan bahan yang di butuhkan dalam pembuatan Pudding khas kota 

Yorkshire.

 "Ibu memintaku membelikan pudding itu, aku tidak menemukannya dimanapun, uang yang diberikan ibu dirampas oleh berandalan kecil!" ucapnya dengan menatap anak laki- laki yang tengah santai menikmati tehnya, nampak kekesalan dari wajah gadis kecil yang tengah berceloteh. 

"Kenapa ibumu tega sekali, menyuruhmu mencari pudding yang langka dikota ini," tanyanya dengan mengaduk saus di atas kompor. 

"Aku akan memiliki adik bayi dan adik bayiku menginginkannya, aku senang bisa membantu ibu memenuhi keinginan calon adik bayi," jelasnya antusias.

Anak laki- laki berwajah dingin yang sedang menyesap teh di tangannya pun melirik menatap gadis kecil yang tengah sibuk mebantu pembuatan puding.

"Kau anak yang baik," ucapannya, dengan mengulas senyuman.

Banyak percakapan yang membuat mereka semakin akrab, kebaikan sang nenek membuat key merasakan bagaimana rasanya di perlakukan dnegan sangat baik. Tatapan penuh kasih sayang, dan senyuman yang hangat yang selama ini tak pernah ia rasakan. 

Orang yang baru dikenalnya, bisa sebaik ini. Tapi, kenapa sebaik apapun sikap yang ia tunjukan pada ibunya selalu salah. 

 "Sudah selesai!" ucapnya dengan menyodorkan satu kotak penuh pudding di tangannya. 

"Terimakasih, Nek. Key tidak tahu, harus bagaimana membalas kebaikan nenek," ucapnya dengan tersenyum malu. 

"Seringlah, datang kemari!" jawbanya dengan sangat lembut, senyuman tak lepas dari bibirnya.

"Nenek…," panggilnya dengan malu- malu. "Kenapa sayang?" tanyanya seraya mendekat. 

"Bolehkah, aku memeluk nenek?" tanyanya dengan menundukkan kepalanya. Tanpa menjawab sang nenek memeluk tubuh mungil gadis di hadapannya. 

Keysya membenamkan kepalanya, ia merasakan kehangatan. Inilah nyamannya sebuah pelukan?" Ia bertanya dalam hati kecilnya.  Tak terasa air bening menetes. Nenek itu ingin bertanya namun ia urungkan, ia bisa menebak pasti ada kesedihan pada anak ini. 

Matahari sudah mulai meredup, sinarnya tidak terlalu menyengat kulit. Senja belum berkunjung, namun Key sudah ingin segera kembali. Bukan tidak merasa nyaman, hanya saja ia takut kalau ibunya memarahinya. 

 Ia berpamitan pulang, dalam diam Josh membuntutinya. Ia akan bersembunyi di balik pohon jika key berbalik. Tapi aksinya itu tak berjalan mulus. 

"Hey! Kau membuntutiku yah?!" tuduhnya yang tiba- tiba berbalik. Josh tampak kikuk di buatnya, untung saja ada sang  menjual Ice cream lewat, itu dia jadikan sebagai alasan.

"Siapa yang mengikutimu! Kurang kerjaan! Aku ingin membeli   ice cream!" jawabnya dengan menghentikan si penjual. Keysya mengangguk pelan, dalam diam dia melihat Josh yang tengah menikmati minuman kesukaan anak- anak itu. 

Tak sengaja ia menelan ludahnya, entah kapan ia pernah merasakan rasa minuman itu, terakhir yang ia ingat ia dapat merasakan satu gigit yang diberikan  Ken padanya. Ia tidak pernah mengeluh, tapi terkadang ia juga iri pada anak- anak di usianya. Bahkan ia tidak pernah punya waktu untuk bermain setelah kepergian Ken. Hidupnya, hanya mengembala sapi dan kambing. 

"Ini untukmu!" Josh menyodorkan satu cup ice cream. "Tidak usah!" tolaknya dengan menunduk malu, "Ambilah! Sebelum aku berubah pikiran dan melahap semuanya!" ucapnya dengan menyimpan ice cream di tangan gadis kecil itu.

 "Baiklah, kalau kau memaksa! Padahal aku sedang tak ingin memakannya!" timpalnya. "Yah, sudah ku ambil lagi!" godanya, hendak mengambil kembali tapi key membuka dan segera melahapnya dengan tergesa. 

 "Jangan terlalu tergesa- gesa! Aku tidak akan merebutnya!" serunya  dengan mengusap bibir gadis kecil yang penuh Ice cream itu. "Aku bilang pelan- pelan, nanti tersedak! Kau makan seperti baru menemukan makanan enak!" candanya dengan terkekeh. 

"Memang, Iyah!" jawabnya dengan tersenyum tapi nampak gurat kesedihan di wajahnya. Josh merasa bersalah ia meminta maaf, dia berpikir mana ada anak yang belum pernah merasakan minuman yang sangat digemari anak- anak. Apa hidupnya sangat menyedihkan?" Ia terus bergelut dalam pikirannya.

 Tak terasa, Key sampai di kediamannya dengan ditemani Josh. Ia menghentikan langkahnya sebelum sampai di dekat rumahnya. 

"Sudah disini saja!" Josh mengerenyit, ia terheran.  "Terimakasih, sudah banyak 

mebantuku hari ini!" ucapnya dengan tersenyum. Anak laki- laki itu hanya mengangguk. 

Ia tak banyak bicara, "Pergilah! Aku hanya akan memastikan kau sampai dengan selamat!" titahnya dengan memasukan kedua tangan di kedua saku celananya, sambil menyandarkan tubuhnya di pohon besar tepat di depan kediaman key.

Saat Key menjauh ia tampak berpikir keras, "Melihat dari rumahnya, ku rasa dia bukan dari kalangan yang begitu sangat menyedihkan. Tapi, kenapa dia tampak lusuh sekali?" 

Ia menatap gadis yang baru saja ia temui, gadis yang tidak terobsesi pada ketampanannya, Gadis kecil yang tampak terlihat menyedihkan dan lusuh. Bahkan warna kulitnya tampak seperti terpanggang matahari, rambutnya kusam sungguh sangat mengiba  jika membayangkannya. 

Ia akan melangkah pergi menjauh dari rumah key namun, ia urungkan karena ia mendengar suara teriakan yang menggelegar mengalahkan suara petir. Ia terhenyak, ia merasa penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi.

TBC

avataravatar
Next chapter