13 Stay at LJ's Apartment

Ketiga anak itu sudah sampai di rumah CL dan kini mereka sedang berada di ruang perpustakaan besar milik sang tuan rumah.

"Wah gila, banyak banget buku lo.", ucap LJ terkagum dengan isi perpustakaan CL.

"Biasa aja kali,", CL terkekeh.

"Ini buku lo udah baca semua?"

"Iya, paling tinggal dua sampe lima buku lagi yang gua belom baca."

"Gila, pencita buku banget lo."

"Tau tuh mau buka perpustakaan kali dia.", celetuk Alex.

"Setan diem deh.", CL memutarkan bola matanya jengah.

LJ mengitari perpustakaan besar tersebut dari satu lorong ke lorong lain. Dia terkagum dengan koleksi buku yang tersusun rapi di rak rak. Dari berbagai macam judul, warna, penulis semuanya sangat lengkap pikirnya, bahkan buku pelajaran saja ada.

Saat asyik mengelilingi perpustakaan tersebut, mata LJ tidak sengaja menatap buku tebal yang disimpan dengan rapi didalam kotak kaca. Sepertinya buku itu sangat penting sampai disimpan dalam kotak kaca seperti itu. LJ akhirnya kembali ke tempat CL dan Alex berada.

"CL, itu buku yang disimpen di kotak kaca buku apaan deh?", LJ bertanya penasaran.

"Yang mana?", tanya balik CL.

"Sini ikut gua!", karena penasaran, CL dan Alex pun mengikuti langkah LJ.

"Ini, buku ini.", ujar LJ saat sampai di depan kotak kaca tersebut. Seketika CL terdiam melihat kotak kaca yang ditunjuk oleh LJ. Perlahan-lahan kaki CL melangkah mendekati kotak tersebut lalu membukanya dengan hati-hati dan mengambil buku yang berada didalamnya.

"Kata papa ini buku sejarah FAU, tapi gua ga pernah buka karena papa udah ceritain semuanya ke gua.", CL tersenyum menatap buku tersebut.

"Wih gua mau liat dong.", semangat LJ.

"Ini.", CL memberikan buku tersebut. dengan cepat LJ mengambil buku tersebut dan pergi ke meja perpustakaan.

Di buku itu terdapat sejarah perjalanan pembentukan FAU. Semuanya lengkap ada di buku tersebut, dari pembentukan awal dan pendirinya, pembantaian yang terjadi kepada organisasi tersebut dan korban korban yang terbunuh pada saat itu, dan terakhir adalah sisa dari perjalanan FAU.

Pada bagian korban pembantaian yang terjadi beberapa tahun silam, LJ melihat foto ayahnya yang tengah berdiri tegap mengenakan baju seragam lengkap dengan lencananya. Senyuman khas milik ayahnya membuat LJ rindu. Dia tidak ingat sedikit pun memori masa kecilnya bersama kedua orang tuanya karena, saat itu dia masih kecil dan tidak mengerti apapun. Tidak terasa setetes demi setetes air mata LJ jatuh mengenai dan membasahi buku yang berada di hadapannya. Jari jemari LJ mengelus foto sosok yang ia sangat rindukan sekaligus ia banggakan.

CL dan Alex yang melihat itu pun ikut merasakan apa yang dirasakan oleh anak perempuan yang sedang meneteskan air matanya. Kedua anak itu beranjak menghampiri LJ dan menenangkannya. CL mengangkat kepala LJ yang tertunduk dan membersihkan air mata yang terus menerus mengalir.

"Jangan nangis, gua juga jadinya mau nangis.", CL memeluk tubuh LJ yang bergetar.

"Anggap aja papa gua juga papa lo dan anggap mama gua juga mama lo.", CL masih menenangkan LJ sambil mengelus kepala anak itu.

"Lo juga masih punya gua, mama sama papa.", tambah Alex yang sepertinya juga ingin meneteskan air matanya. Tapi karena gengsi, ia dengan cepat menghapus air matanya.

"Gua kangen mereka.", parau LJ.

"Gua ngerti dan gua paham, tapi lo ga boleh lemah kayak gini, lo harus kuat. Gua yakin orang tua lo disana ga suka ngeliat lo kayak gini. Percaya sama gua mereka pasti bangga liat anaknya kuat bukan lemah kayak gini.", ucap CL melepaskan pelukannya dan menggenggam serta mengelus kedua tangan LJ.

"Padahal kemaren gua baru aja ketemu sama mereka.", jelas LJ. "Tapi masih kangen."

"Lah sama siapa lo kesana?", maksud Alex adalah makam kedua orang tua LJ.

"Sama bokap nyokap lo."

"Kok gua ga diajak?"

"Maaf, anda siapa?"

"Oh gitu ya, sini lo.", Alex yang tadi sedikit menjauh sekarang mejau mendekati LJ dan memiting sepupunya. "Rasain lo!", LJ dibuat tertawa akan hal tersebut dan CL serta Alex juga ikut tertawa.

Suasana yang awalnya sedih kini menjadi ceria kembali akibat pertengkaran antara Alex dan LJ. Sedangkan CL yang melihat itu pun ikut bahagia.

"Udah ah capek.", ujar LJ.

"Oh ya bentar gua ada sesuatu lagi buat lo.", CL pergi ke kamarnya mengambil barang yang dia persiapkan untuk LJ. Dia membuka lemari besarnya dan mengambil barang yang dimaksudnya, lalu setelahnya dia kembali ke LJ.

"Nih.", ia menyerahkan barang tersebut kepada LJ.

LJ membuka pelapis yang membungkus barang tersebut. Sekali lagi dia terkagum dengan hadiah yang diberikan CL. barang tersebut adalah hoodie, celana, sepatu, kaus, topi, dan tas kecil yang dibeli CL dua minggu yang lalu.

"Maaf ya kalo ga suka.", ujar CL.

"Ga suka? Gila aja gua ga suka, ini malahan kesukaan gua banget. Kayaknya selera kita sama.", jawab LJ.

"Kan gua bilang, lo sama LJ tuh sama ga ada bedanya.", sela Alex.

"Makasih sekali lagi, entah ini hadiah ke berapa yang gua dapetin hari ini. Intinya ini hari membahagiakan bagi gua sih.", ya hari ini mungkin salah satu hari yang tidak akan dilupakan oleh LJ. Impian selama ini tercapai, dia mendapat hadiah yang banyak walaupun tidak dalam bentuk barang, dan yang paling utama dia mendapatkan keluarga baru.

"Malem ini kita nginep di apartemen lo mau ga?", usul Alex.

"Ngapain?", heran LJ.

"Mau party nih.", tebak CL.

"Ish kamu tau aja.", Alex dengan senyumannya tanpa dosa.

"Boleh, nanti makanannya delivery aja.", LJ menyetujui usul Alex.

"Nah gitu dong hehe."

"Hadeuh Alex, Alex..", CL dengan segala kepasrahannya dengan sikap sahabat karibnya.

Setelah puas bermain-main di rumah CL, kini keduanya sedang berada diperjalanan menuju apartemen LJ yang jaraknya hanya satu kilometer dari rumah CL.

Sesampainya di apartemen LJ, mereka langsung memesan makanannya agar tidak terlalu lama menunggu nantinya.

"Mau makan apa?", tanya LJ.

"Apa ajalah, pokoknya yang pas gitu buat party kecil kecilan.", CL terlebih dulu menyela Alex. Dia tahu sahabatnya pasti akan meminta yang tidak tidak.

"Oke siap!", LJ mengotak-atik ponsel nya, memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Gede juga apart lo.", ujar Alex yang masih melihat-lihat bagian dari apartemen LJ.

"Ga tau gua juga. Tanya sama bokap lo, dia yang milihin.", Alex hanya membulatkan mulutnya.

Akhirnya LJ selesai juga berkutat dengan ponsel nya, dan kini dia sedang menyiapkan minuman untuk sepupu dan juga sahabatnya.

"Dari mana lo?", tanya LJ yang melihat Alex datang dari arah bagian belakang apartemen nya.

"Abis keliling. Ini semua fasilitas udah milik pribadi gitu?"

"Iya, kenapa?"

"Beuh kalo gitu gua juga mending tinggal begini aja."

"Katanya disini ada maid, dimana?", tanya CL.

"Gua suruh mereka libur, karena gua seharian ga ada di rumah."

"Ouhh…"

"Iya udah nih minum dulu."

"Thanks bro.", Alex dengan segera mengambil minuman yang baru saja LJ simpan di atas meja, sedangkan CL hanya memijat pelipisnya dan menghela napas.

"Main uno yu!", ajak LJ.

Mereka bermain uno sambil menunggu makanannya tiba. Setiap pemain yang kalah akan diberi hukuman dengan cara, muka pemain yang kalah tersebut harus dicoret dengan tinta warna hitam. Dan yang paling banyak mendapat hukuman adalah Alex, terbukti dengan seluruh mukanya yang hampir berwarna hitam dan rambutnya yang sedikit acak-acakan akibat ulah CL.

Ting tong

Bel apartemen LJ berbunyi.

"Lex, buka gih!", dengan semangat Alex berlari ke arah pintu. Sangking semangatnya dia lupa akan kondisinya yang sudah tidak beraturan. Anak laki-laki itu membuka pintu sambil mengembangkan senyuman.

"Huaaa….", petugas pengantar makanan tersebut terkejut saat pintu terbuka dan menampilkan Alex dengan kondisinya saat itu.

"Astaga, maaf pak saya lagi main.", Alex segera mengambil makanan tersebut dan kembali ke dalam.

"Ya tuhan, malu banget gua.", Alex merasa malu atas tindakan cerobohnya karena tidak membersihkan mukanya terlebih dahulu. CL dan LJ tertawa terbahak-bahak saat Alex menceritakan kejadian memalukan tersebut.

avataravatar
Next chapter