4 Discussion

CL dan Alex sudah sampai di penginapan. mereka memberikan belanjaan kepada para ibu lalu langsung pergi ke kamar. Kedua anak itu masih tidak bisa memahami masalah ini, tiba-tiba mereka diikuti orang asing yang tidak diketahui alasan dan tujuannya.

'Jangan-jangan ada hubungannya sama…' – batin CL teringat akan sesuatu.

CL terdiam memikirkan hubungan antara dua kejadian ini. Dia tidak mengira bahwa dia benar-benar diawasi seseorang. Kalau yang diawasi hanya dia saja tidak apa-apa, tapi kalau sampai seluruh keluarganya itu tidak bisa dibiarkan. Seingatnya tidak ada satupun orang yang tidak menyukainya, di sekolah saja dia bergaul dengan siapapun tanpa membedakan siswa-siswa disana.

"WOI!!", CL terkejut dari lamunannya. Alex berteriak kesal karena sahabatnya ini tidak merespons setiap pembicaraannya. "Lo dengerin gua ga sih?"

"Emang lo ngomong apa?", tanya CL polos.

"Astaga dari tadi lo kemana aja heh?! Dari tadi gua ngomong lo ga dengerin?"

"Enggak.", Alex mengusap wajahnya kasar.

"Trus tadi lo ngapain?"

"Bengong."

"Anjir!"

"Ya maap. Tapi bentar deh, kayaknya ini ada hubungannya sama orang itu?"

"Orang mana lagi?"

CL menceritakan semua hal yang terjadi padanya ke Alex dan hal itu berhasil membuat Alex membolakan matanya.

"Ma-maksud lo, mereka udah lama ngawasin kita?"

"I think so."

"Damn! Trus kita harus apa?"

"I'm not sure, tapi kayaknya kita harus bilang ke bokap."

"Alright, kapan?"

Kedua anak itu merencanakan semuanya untuk berbicara kepada kedua ayah mereka tanpa sepengetahuan ibu, karena mereka yakin ini semua tidak ada hubungannya dengan ibu mereka.

"Alex, wait!", ujar CL saat Alex ingin pergi keluar. "Hal ini harus dibicarain di tempat yang susah kejangkau dari luar dan bersih dari CCTV."

"What do you mean?"

"Kemungkinan besar mereka udah retas CCTV tempat ini."

"And then?"

"Follow me!"

CL mengajak Alex untuk pergi ke kamar kedua orang tuanya. Disana dia mendorong sebuah rak buku yang lumayan besar tapi tidak terlalu berat untuk didorong sendiri.

"Kok lo tau ada ruangan disini.", iya dibawah rak buku tersebut ada sebuah pintu menuju ruang bawah tanah.

"Penginapan ini gua yang milih, setiap tempat yang gua pilih harus ada tempat rahasianya buat bahas masalah penting darurat kayak sekarang."

"Ooohhh.."

"Nanti malem, lo ajak papa sama bokap lo kesini dan gua bakal gabung sama mama awasin dari luar, got it?"

"Yeah."

"Tapi inget pastiin ruangannya juga bersih!"

"Sure!"

Kedua anak itu kembali ke kamarnya untuk bersiap pesta BBQ malam ini. Setelahnya, mereka membantu orang tua mereka menyiapkan semuanya, dari bahan makanan dan alat yang akan digunakan nanti kecuali minuman dan makanan penutup. CL dan Alex sengaja melupakan minuman dan makanan penutup agar nanti dia mempunyai alasan mengajak para ayah masuk ke dalam penginapan.

"Kalo mereka tanya tentang ruangan itu, jawab aja itu rahasia gua."

Malam pun tiba, dan sekarang adalah waktu mereka memulai pesta BBQ nya. Para ayah terlihat sedang memanggang daging dan makanan samping lainnya, para ibu sedang menyiapkan meja untuk makan mereka nanti, dan kedua anak itu sedang berdiri di pinggir halaman sambil menikmati minuman kaleng. CL dan Alex memilih untuk mengawasi keadaan sekitar, takut ada hal yang tidak diinginkan tiba-tiba terjadi.

"Gua ga habis pikir sama mereka.", ucap CL.

"Bukan itu yang gua permasalahin, tapi tujuan dan alasan mereka tuh apa sampe ngelakuin hal nekat gini?"

"Entahlah. Pasti ada, tapi kita gak tau aja karena semua peristiwa ada latar belakangnya."

"CL! Alex! Minuman sama makanan penutupnya mana?"

"Oh iya lupa, masih didalem!"

"Ambil sana!", kedua anak itu saling memandang dan menganggukkan kepala. Pertanda rencana dimulai.

"Pa, uncle, bantuin bawa yuk!", ajak Alex kepada para ayah yang sedang memanggang.

"Tapi ini makanannya gimana?"

"Sini sama aku aja.", tawar CL.

"Oh yaudah ayo!", Alex menganggukkan kepala kepada CL yang langsung dibalas.

Alex dan para ayah kini berada didalam penginapan.

"Pa, uncle, ikut Alex bentar!"

"Ngapain?"

"Ada hal yang harus Alex omongin."

Akhirnya mereka mengikuti Alex pergi ke ruang amar orang tua CL.

"Uncle maaf, Alex buka kamarnya."

Alex masuk terlebih dahulu dan langsung diikuti oleh para ayah. Dia mendorong rak buku yang sama didorong CL tadi, dan setelahnya membuka pintu yang berada di bawahnya.

"Pa, uncle, silahkan masuk duluan!", Mr. Graham dan Mr. Joel masuk ke dalam ruangan tersebut dan diakhiri dengan Alex yang menutup pintu.

"Kok kamu tau ada ruangan disini?", tanya Mr. Graham.

"Itu rahasia CL.", Mr. Graham menganggukkan kepalanya.

"Jadi apa yang mau kamu omongin?",

"Sebentar.", anak laki-laki itu mengecek seluruh ruangan untuk memastikan ruangan itu bersih sebelum berbicara. "Gini…"

Alex menceritakan semuanya kepada kedua pria dewasa yang ada di hadapannya. Perkataan yang Alex lontarkan berhasil membuat kedua pria dewasa itu terkejut. Kedua pria dewasa itu tidak merasakan ada pergerakkan lain selama ini, tapi kenapa anak mereka merasakannya.

"Aku yakin mereka mengetahui bahwa Alex dan CL adalah sasaran utamanya.", ujar Mr. Joel penuh keyakinan.

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu Joel?"

"Yang menyadari itu semua adalah mereka, sedangkan kita tidak."

"Yeah, it can be. Tapi kita masih ga tau latar belakang mereka ngelakuin semua ini.", ujar Alex disela-sela pembicaraan para ayah.

"Sejak kapan kau tahu masalah ini?", tanya Mr. Graham.

"Kalau aku baru tahu tadi, tapi CL sudah tahu sejak beberapa hari yang lalu."

"Kenapa dia tidak membicarakan hal ini kepadaku?"

"Aku juga tidak tahu."

"Kita tidak bisa berdiam diri saja, kita harus berbuat sesuatu."", ujar Mr. Joel.

"Papa benar, tapi kita tidak boleh gegabah, kita harus buat rencana."

"Kau benar."

Sementara mereka berunding didalam, CL yang berada di luar pun menjalankan tugasnya. Untung saja alat panggang tersebut menghadap pantai bukan menghadap penginapan, jadi dia bisa mengawasi suasana disana dengan leluasa. Tidak ada gerak-gerik sedikitpun yang membuat CL curiga, semuanya tenang.

"Mereka lambat sekali.", ucap Mrs. Lee.

"Mungkin Alex lupa tempat menyimpan minuman dan makanan tersebut."

"Ya bisa jadi."

"Nah itu mereka.", ucap CL semangat.

"Lambat sekali kalian!", omel Mrs. Lee.

"Alex lupa tempat menyimpannya.", jawab Mr. Graham.

"CL, gimana makanannya sudah matang?", tanya Mr. Joel.

"Sebentar lagi."

"Baiklah, beri tahu aku kalau sudah matang."

"Okay!"

Alex mendekati CL yang kembali sibuk dengan kegiatan memanggang. CL yang merasa didekati pun langsung menanyakan hal yang dikatakan ayah mereka.

"Mereka bilang mereka ga ngerasain pergerakkan mata-mata."

"Jadi cuma kita yang ngerasain?"

"Yup dan mereka bilang kalo kita itu sasaran utama mereka."

"Huh?"

"Gua juga bingung, tapi gua ngerasa ini ada hubungannya sama FAU."

"Maksud lo?"

"Kalo emang kita sasaran utama mereka, pasti mereka anggap kita kelemahan utama dan kita adalah kelemahan utama FAU. Lo panglima dan gua pemimpin seluruh pasukan, coba bayangin kalo ga ada kita? Dalam sebuah organisasi pasti yang terpenting itu pemimpin sama wakil pemimpin, lo pemimpinnya dan gua wakilnya. Kita bagian terpenting FAU."

"Trus gimana?"

"Tenang semuanya udah ditangan papa sama uncle, jadi kita cukup ikutin alur main mereka aja."

avataravatar
Next chapter