1 About Us

Markas Besar FAU

Dor

Trang

Di lapangan luas yang tertutup rumput hijau segar, terlihat seorang anak perempuan berseragam militer lengkap dengan baju anti peluru tengah berdiri seorang diri dengan sebuah senjata api di tangannya. Sudah hampir dua jam dia berada disana, melontarkan peluru-peluru senjata yang dipegangnya, tapi ia sama sekali tidak menampilkan wajah lelahnya.

Dor

Trang

"Lee.", suara berat seorang pria memasuki indra pendengarannya dan berhasil mengalihkan atensinya dari sasarannya jauh didepan sana.

"Hm?", balasnya dengan muka kebingungan.

"Kau tidak lelah bermain terus?".

"Tidak. Kenapa?".

"No, nothing..", anak perempuan itu menggidikkan kedua bahunya lalu kembali fokus pada kegiatannya yang tertunda tadi.

Dor

Trang

"CL!!", sebuah teriakan nyaring mengalihkan atensi kedua orang yang berada di lapangan itu. Ya, anak perempuan itu ada Causa Lee atau sering dipanggil CL.

Pelaku teriakan tadi ternyata adalah Alex Frankie, putra dari asisten ayah CL yang bernama Mr. Joel Frankie. Alex bergabung menjadi anggota FAU satu tahun lebih lama dari CL dan dia adalah sahabat CL di sekolah, mereka masih duduk di kelas pertama Sekolah Menengah Atas. Alex memegang jabatan sebagai pemimpin seluruh pasukan di FAU.

Alex menghampiri anak perempuan yang tadi dipanggilnya. "Oh Mr. Graham kau ada disini juga.", ucapnya lalu membungkukkan badan. Mr. Graham mengangguk tersenyum kepadanya, lalu mengusap kepala Alex.

"Baiklah, saya pergi dulu.", Mr. Graham pergi dari sana dan menyisakan kedua anak tersebut.

"Ngapain?", tanya CL.

"Ngapain? Lo nanya gua ngapain kesini?", CL menganggukan kepala dengan matanya yang membulat lucu. "Liat jam noh udah jam berapa?!", anak perempuan itu pun mengikuti arahan Alex melihat jam tangannya dan benar saja sekarang sudah jam setengah dua belas siang, sudah lewat jam makan siang.

"Ngerti kan?"

"Iya iya bentar gua rapiin ini bentar." Alex memperhatikan CL yang pergi menuju tempat penyimpanan senjata dan mengisi ulang amunisi senjata yang tadi dimainkannya. "Ayo!"

Mereka berdua pergi menuju kantin yang berada di lantai dua. Selama di perjalanan banyak orang yang membungkukkan badan kepada CL sebagai tanda penghormatan. Sebenarnya, CL tidak menyukai hal tersebut karena dia adalah anggota paling muda disana, tapi orang-orang itu masih saja melakukan hal tersebut dan membuat CL pasrah dengan tindakan mereka. Alhasil CL hanya membalasnya dengan anggukkan kepala dan senyuman manisnya.

Sesampainya di kantin CL menyuruh Alex untuk memesan makanan sedangkan dia mencari tempat duduk. Suasana di kantin sangat ramai sehingga CL membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan tempat duduk. Akhirnya dia menemukan dua kursi dengan satu meja yang berada di ujung.

"OI BANTUIN!!!", CL terperanggat dari lamunannya karena teriakan tiba-tiba Alex, bahkan ada beberapa orang yang menolehkan kepalanya karena ikut terkejut.

"Ga usah teriak bisa ga sih hah?!"

"Iya iya maap, udah ini bantuin takut jatoh.", CL pun berdiri dari kursinya dan mengambil dua gelas minuman yang dibawa Alex.

"Yeh anjir cuma diambil minumannya doang!"

"Berisik lo monkey! Masih mending gua bantuin."

Setelah berdebat, mereka berdua melahap makanannya. Makanan setiap anggota FAU tidak ada yang dibedakan sedikit pun dan menunya sudah ditentukan oleh pengurus kantin. Setiap para anggota diberikan makanan empat sehat lima sempurna untuk menjaga kesehatan. Mau tidak mau, suka tidak suka semua anggota harus memakannya dan tidak boleh ada yang tersisa, ya karena itu juga demi kesehatan mereka bukan?

"Btw gan, pelantikan anggota dua minggu lagi kan?", tanya Alex ditengah-tengah kegiatan melahap makanannya.

"I don't know.", jawab CL singkat yang membuat Alex jengah karena setiap ada kegiatan apapun CL selalu mengacuhkannya.

"Gimana sih, kan lu yang bakal mimpin acaranya nanti!", ucap Alex kesal seraya memukul kepala sahabatnya.

"Anjing! Ya mana gua tau, papa kagak ngasih tau gua!"

"Apa lo bilang? Belom dikasih tau? Heh! minggu kemaren pas rapat kan bahas masalah ini."

"Trus kalo lo udah tau ngapa masih nanya gua?", skakmat, Alex terdiam dengan jawaban anak perempuan yang ada didepannya.

"I-iya sih.", CL memutarkan bola matanya malas dan melanjutkan makan siangnya yang tertunda akibat pertanyaan bodoh sahabatnya.

"Eh iya, sepupu lo keterima?", tanya CL tiba-tiba teringat dengan sepupu Alex yang diceritakan oleh anak laki-laki itu, mendaftar sebagai anggota FAU.

"Beuh keterima dong, tinggal nunggu jabatan aja."

CL dan Alex selesai dengan makan siangnya lalu pergi ke ruangannya masing-masing, ruangan mereka berdua lebih tepatnya. Ruangan mereka sangatlah luas bahkan dapat menampung 3 ruangan yang diberi batas tembok tipis. Awalnya ruangan itu dikhususkan untuk CL, tapi karena anak perempuan itu merasa kesepian dan cepat bosan, akhirnya dia meminta izin kepada ayahnya untuk mendekorasi ruangan luas tersebut menjadi 3 ruangan yang sama besar dan memindahkan ruangan Alex menjadi di samping ruangannya.

Ruangan pertama ditempati oleh CL, ruangan ke dua ditempati oleh Alex, dan ruangan ketiga masih kosong. Isi ruangan mereka tentu saja ada meja kerja, satu buah televisi, rak buku, sofa untuk bersantai, dan masih banyak lainnya.

Keduanya sekarang sibuk memeriksa berkas-berkas yang belum dibaca dan memeriksa jadwal mereka minggu ini. Semua kegiatan mereka sudah selesai minggu ini dan sisanya adalah hari dimana mereka akan mengikuti kelas beladiri serta kelas latihan lainnya.

"Oi!", panggil Alex yang sudah berada di depan pintu ruangan CL.

"Hm?"

"Besok ke pantai yuk!", CL yang masih sibuk membaca berkas di atas meja pun mengangkat kepala lalu menatap sahabatnya heran.

"Pantai?"

"Iya."

"Ngapain?"

"Jualan baju! Ya liburan lah!"

"Tumben?", Alex memutar bola matanya malas lalu duduk di sofa.

"Lu ga liat jadwal?"

"Belom, ngapa?"

"Huuhhh…. Minggu depan free, lu ga mau refreshing dulu gitu?"

"Eh masa?"

"Makanya jangan sibuk sama berkas doang!"

"Bacot monkey!", ketus CL seraya mengambil buku jadwalnya. Benar saja, satu minggu kedepan dia tidak memiliki jadwal apapun.

"Bener kan?", CL pun menganggukkan kepalanya.

"Tapi besok sama lusa ada kelas latihan kan?"

"Itu mah urusan nanti, bilang bokap lo biar dia yang minta izin ke coach."

"Dih maunya lo itu mah!"

"Ya, daripada kagak izin trus nanti ditanyain gimana? Mau bersihin WC lagi lo?", dulu pernah dua minggu berturut-turut mereka tidak hadir di kelas latihan, alhasil mereka disuruh membersihkan WC oleh pelatih mereka.

"Yaudah nanti gua bilang papa."

"Nah gitu dong.. ajak nyokab bokap?"

"Boleh."

"Yaudah gua ke ruangan bokap gua dulu.", Alex pergi meninggalkan ruangan CL menuju ruangan ayahnya. CL pun tak jauh berbeda, dia merapikan berkasnya lalu pergi menuju ruangan ayahnya juga.

Tok tok tok

"Masuk.", CL membuka pintu ruangan tersebut dan melihat ayahnya yang sedang sibuk dengan berkasnya.

"Pa?", orang yang dipanggilnya pun mengangkat kepalanya yang tadi menunduk, membaca berkas miliknya.

"Oh kau, kemari!" ayahnya menepuk pahanya menyuruh putrinya duduk dipangkuannya. CL pun mengikuti arahan ayahnya.

"Ada apa Lee?", orang-orang terdekat CL biasanya memanggil anak perempuan itu dengan panggilan 'Lee', karena itu lebih mudah diucapkan.

"Besok ke pantai ya?"

"Loh tumben kamu mau ke pantai, biasanya kalo diajak liburan suka nolak."

"Alex yang ajak. Katanya dia mau liburan terus ngajak aku."

"Oh boleh, ajak mama juga?", CL menganggukkan kepalanya semangat sambil tersenyum manis ke arah ayahnya.

"Yaudah nanti kita ngomong sama mama."

"Tapi pa, besok sama lusa kan ada kelas latihan."

"Terus?"

"Ya papa izinin aku sama Alex ya?", Mr. Graham yang selalu merasa gemas pun menduselkan hidung mancungnya ke pipi putri kesayangannya. CL yang diperlakukan seperti itu pun tertawa kegelian.

"Ahahaha papa udah ih geli!", mendengar itu, Mr. Graham menghentikan aksinya.

"Yaudah nanti papa ngomong sama coach."

"Yeay, thank you papa." ucap CL bahagia seraya memeluk erat leher ayahnya yang langsung dibalas tak kalah erat oleh ayahnya.

"Anything for you sweetie."

Ketika keduanya sedang asik bercanda ria, suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk.", titah Mr. Graham. Pintu itu terbuka menampilkan sosok sahabat sekaligus asistennya dan putranya.

"Oh Joel. Silahkan duduk.", ya, sosok itu adalah Mr. Joel Frankie bersama putranya Alex Frankie. Mr. Joel duduk di sofa diikuti Alex.

"Hai uncle Joel!", sapa CL.

"Hai little Lee!"

"Ada apa Joel?", tanya Mr. Graham.

"Begini, tadi Alex memberitahuku bahwa dia ingin pergi ke pantai besok, kau mau ikut?"

"Ah itu, tadi juga CL memberitahuku masalah ini. Iya tentu saja aku akan ikut, dan ya jangan lupakan istrimu."

"Tentu, tentu saja.", setelah membicarakan masalah liburan besok, Mr. Joel izin undur diri untuk mengerjakan beberapa berkas lagi.

"Oh ya satu hal lagi. Bawa keperluan kalian untuk satu minggu ke depan.", titah Mr. Graham sebelum sahabatnya itu pergi.

"Untuk?", tanya Mr. Joel terheran.

"Kita akan menghabiskan satu minggu disana.", CL dan Alex membolakan matanya karena terkejut dengan jawaban Mr. Graham.

"Papa, are you serious?", tanya CL memastikan.

"Ofcourse sweetie."

"Woah incredible.", kedua anak muda itu terkagum dengan jawaban Mr. Graham, sedangkan Mr. Joel hanya mendengus geli, dia tahu kebiasaan sahabatnya itu.

"Baiklah, kalau begitu kami pamit undur diri.", Mr. Joel dan Alex meninggalkan ruangan itu dan pergi ke ruangan mereka masing-masing.

"Bye uncle!"

"Bye.", setelah kepergian mereka, CL meminta izin kepada ayahnya untuk pergi bersama Alex ke pusat perbelanjaan.

"Untuk apa kau ke sana?", tanya ayah CL.

"Aku ingin bermain saja."

"Alright.", Mr. Graham merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya. CL tahu apa yang akan ayahnya keluarkan saat itu juga, kartu debit platinum unlimited. Excellent, tebakan CL seratus persen benar, ayahnya mengeluarkan kartu itu dan memberikannya kepada CL.

"Take this.", mata CL berbinar melihatnya, padahal sudah sering dia menggunakan kartu itu tapi, entah mengapa dia sangat senang jika ayahnya memberikan benda berbentuk persegi panjang kecil itu.

"Thanks papa.", saat gadis itu hendak pergi meninggalkan ruangan, dia berbalik lagi. "Oh ya, sekalian pinjem mobil ya?"

"Sure, minta kuncinya sama penjaga."

"Yeay, thank you papa.", ucap CL lalu pergi menuju ruangannya. Mr. Graham yang melihat tingkah anaknya hanya mendengus geli.

Keluarga CL atau Keluarga Lee memanglah berkecukupan dalam hal ekonomi, ah bukan bukan, tapi berkelebihan lebih tepatnya. Penghasilan Mr. Graham tidak hanya didapat dari pekerjaannya, tetapi dia juga menanam saham pada perusahaan-perusahaan ternama di Amerika Serikat, dan jumlah penghasilan dari saham itu sangat besar. Dari setiap perusahaan dia bisa mendapatkan penghasilan sekitar 10-15 juta USD. Bayangkan seberapa banyak dia mendapatkan penghasilan dari setiap perusahan yang dia tanamkan saham lalu penghasilan dari pekerjaan sebagai pimpinan FAU. Semua uang tersebut tentu tidak dia gunakan sendiri, dia suka menyumbangkan hampir setengahnya kepada orang-orang atau negara-negara yang membutuhkan bantuan tersebut.

"ALEX!!", CL berteriak sangat kencang saat dia sudah sampai di pintu utama ruangan, padahal dia hanya perlu berjalan beberapa langkah lagi untuk sampai di ruangan Alex. Alex yang sedang tertidur di sofa pun terkejut hingga dia langsung berdiri dalam hitungan detik.

"A-."

"Apasi?!", Alex yang sudah merasa kesal pun membentak CL yang sudah sampai didepan ruangannya, sedangkan pelakunya hanya menyengir tanpa dosa.

"Ada apa hah?!"

"Wes… santai gan."

"Santai your head."

"Ehehehe. Mall yuk?"

"Ngapain?"

"Ngemis.", jawab CL asal.

"Duit lu udah banyak, masih mau ngemis?"

Bugh

CL memukul kepala Alex tanpa perasaan.

"Lu bego atau gimana si? Ya kali gitu ke mall cuma buat ngemis, noh dipinggir jalan juga bisa!"

"Terus ngapain?", CL mengusap wajahnya menahan kesal. Sahabatnya benar-benar bodoh, untung saja masih dianggap sahabat olehnya, kalau tidak sudah hilang kepala Alex dari tempat yang seharusnya.

"Ya main lah nyet!"

"Ah elah males gua.", Alex kembali berbaring di sofa dan menutup matanya.

"Gua traktir.", anak laki-laki yang ingin tertidur tadi pun langsung berdiri semangat.

"Bentar gua siap-siap dulu."

"Tai!", CL pun pergi dari sana ingin bersiap-siap juga.

Sepuluh menit kemudian mereka telah siap dan sedang berjalan menuju basement.

"Naek apaan?"

"Mobil bokap gua."

CL pergi menuju pos penjaga untuk meminta kunci mobil ayahnya dan setelahnya dia memberikan kunci tersebut kepada Alex, menyuruh anak laki-laki itu menyetir. Sebenarnya CL bisa saja mengendarai mobil, tapi dia sedang malas saja, mumpung ada sopir. Mereka berdua masih dibawah umur dan belum mempunyai surat izin mengemudi, tapi mereka sudah dibolehkan mengendarai kendaraan apa saja tanpa ada halangan sedikit pun, bahkan polisi tidak bisa menilang mereka.

Setelah menghabiskan tigapuluh menit perjalanan, sekarang mereka sudah berada di pusat perbelanjaan. CL mengajak sahabatnya itu untuk pergi ke toko baju terlebih dahulu, dia ingin membeli hoodie, kaus oblong, topi serta mini ransel untuk menambah koleksi pakaiannya. Koleksi pakaian CL bukanlah koleksi pakaian wanita pada umumnya, tapi koleksi pakaian CL didominasi oleh hoodie, celana jeans, dan kaus oblong layaknya koleksi pakaian pria.

"Mau beli yang mana lo?", tanya Alex.

"Gua mau beli tiga yang samaan."

"Buat?"

"Gua, lo, sama sepupu lo."

"Ngapain sepupu gua dibeliin?"

"Entar juga tau.", Alex hanya pasrah dengan sahabatnya, toh bukan dia yang bayar.

CL berakhir membeli banyak pakaian serta sepatu, dan semuanya sama. Untung saja mereka menggunakan trolley, jadi mereka tidak kesusahan membawanya.

"Katanya mau beli dikit.", sindir Alex.

"Brisik! Gua ini yang bayar dan lo cuma disuruh dorong trolley doang."

"Up to you. Mau kemana lagi ni?"

"Toko buku dulu gan."

"Buset mau ngapain lo?"

"Mau beli buku lah, masa mau numpang makan."

"Engga gitu. Kan buku lo udah banyak, bahkan perpustakaan di rumah lo udah penuh."

"Gua beli rak buku lagi."

"Gila lo! Ga sekalian aja lo buka perpustakaan negara kedua."

Ya, CL mempunyai perpustakaan besar yang didalamnya ada ruang kamar miliknya. Ruangan perpustakaan itu terpisah dengan rumah utama keluarganya, ruangan tersebut berada di belakang rumah utama yang hanya dipisahkan oleh kolam renang yang cukup besar. Ketika CL ingin pergi ke rumah utama dari ruangan perpustakaan atau sebaliknya, dia mengendarai scooter listrik miliknya karena jaraknya lumayan jauh.

"Bawel lo! papa sama mama aja ga masalahin ini.", akhirnya Alex pasrah untuk kedua kalinya dan hanya mengikuti kemauan sahabatnya itu.

CL masuk ke toko buku dan meninggalkan Alex di luar agar anak laki-laki itu tidak banyak bicara. Sebenarnya banyak buku yang sangat ingin dibeli oleh CL, tapi anak perempuan itu sedang malas untuk membeli banyak, jadi dia hanya membeli beberapa saja.

"Udah?", CL menganggukkan kepalanya seraya memasukkan buku yang tadi ia beli ke dalam trolley.

"Mau kemana lagi?"

"Lo maunya kemana?"

"Ya gua mah ikut lu, kan lu yang bayarin."

"Hmm."

Akhirnya mereka berdua memilih pergi ke tempat bermain. Sudah lama mereka tidak mengunjungi tempat itu karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan sekolah mereka, jadi, jarang ada waktu luang. Mereka bermain sangat lama sampai hampir lupa waktu.

"Oi udah sore, pulang yuk!", ajak CL yang langsung disetujui Alex.

Mereka merasa sedikit lelah karena bermain sampai lupa waktu seperti tadi, untung saja tidak kebablasan hingga malam hari. Selama di perjalanan CL mengantuk dan ingin tidur, tapi ketika dia tidak sengaja melihat toko mainan dan dia jadi teringat sesuatu.

"Eh iya, udah lama ga ke panti."

"Iya ya, mau mampir dulu bentar?"

"Boleh."

Jalan menuju panti dan jalan pulang itu berlawanan arah, jadi, mau tidak mau mereka memutar arah.

Alex dan CL suka mengunjungi panti asuhan dan panti jompo, karena sungguh, bermain bersama anak-anak dan mengurus orang tua disana sangatlah menyenangkan, bahkan sesekali mereka menginap disana. Melihat senyum dan tawa mereka membuat kedua anak itu merasa sangat bahagia, karena, semua beban yang berada pada diri mereka terasa hilang begitu saja saat melihatnya.

"Mampir toko kue dulu!", Alex mengiyakan ajakan CL. Alex memberhentikan mobil di depan toko kue terdekat dan membiarkan anak perempuan itu yang pergi membeli beberapa kue didalam sana.

Tidak ada duapuluh menit, CL sudah kembali dengan membawa banyak box kue. Setelahnya mereka langsung pergi ke panti agar tidak terlalu malam mereka pulang.

Drrt drrt

Handphone milik CL bergetar dan menampilkan panggilan dari ayahnya. Dengan segera dia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Halo Lee, kau dimana?", ucap Mr. Lee disebrang sana.

"Ah aku sedang diperjalanan menuju panti."

"Kau pergi ke panti?"

"Iya bentar aja, abis udah lama ga kesana."

"Oh yasudah. Nanti pulang kalian ke restoran ya.", restoran yang dimaksud adalah restoran milik ibunya dan ibu Alex.

"Ngapain?"

"Mama dan ibu Alex ingin makan bersama."

"Oh oke, nanti kita langsung kesana dari panti."

"Alright, be carefull."

"Sure.", setelah mengatakan itu, CL langsung memutuskan sambungan telepon itu dan memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas.

"Who's that?", tanya Alex.

"Papa."

"What did he say?"

"Abis dari panti ke restoran."

"Huh?"

"Our mom wants us to having dinner together.", Alex menganggukkan kepalanya.

Sesampainya di panti, mereka langsung memberikan kue yang tadi dibeli dan sedikit menyapa anak-anak dan orang tua disana. Setelahnya mereka berpamitan kepada ibu pengasuh dan bergegas pergi dari sana. Jarak dari panti ke restoran sangat jauh dan membutuhkan waktu satu sampai dua jam untuk sampai, itu juga kalau tidak macet.

Setelah lamanya perjalanan mereka akhirnya sampai pada tempat tujuan. Para pelayan disana langsung mengarahkan kedua anak itu ke meja orang tua mereka yang berada di luar ruangan.

"Itu mereka!", ucap Mrs. Frankie ketika melihat kedua anak tersebut yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.

"Hai uncle, aunty!", ucap CL ramah kepada orang tua Alex sambil mengambil posisi duduk di antara kedua orang tuanya dan Alex juga melakukan hal yang sama dengan CL.

"Hai sweetie!"

Malam itu dihabiskan dengan canda tawa kedua keluarga kecil itu, mereka sudah seperti saudara. Keluarga Alex dan CL sudah dekat sejak ayah kedua anak itu masih menjadi anggota biasa FAU, dan setelah ayah CL menjadi pimpinan, pria itu mengangkat ayah Alex menjadi asistennya.

Mereka membahas tentang rencana liburan besok agar semuanya sesuai harapan dan tidak ada sedikit pun kekurangan.

Setelah puas berbincang-bincang kedua keluarga tersebut saling mengucapkan salam perpisahan. Sebenarnya mereka masih ingin membicarakan banyak hal, tapi, hari sudah sangat malam.

"Lee, kunci mobil mana?", tanya ayah CL.

"Ini.", CL memberikan kunci mobil yang tadi dipinjamnya sekaligus memberikan kartu debit ayahnya. "Papa emang ga naik mobil sendiri?"

"Engga, tadi dijemput sama sopir keluarga Alex.", anak perempuan itu menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Keluarga Lee akhirnya sampai di rumah. CL yang sudah merasa sangat lelah menyuruh salah satu maid pria disana untuk membawa barang belanjaannya dan menaruhnya di ruangan perpustakaannya, sedangkan ia ingin beristirahat sebentar di ruang keluarga.

"Lee.", panggil Mrs. Lee.

"Ya?"

"Siapkan barang-barangmu yang perlu dibawa dan jangan ada satupun yang tertinggal, atau kau akan tau akibatnya!", ancam Mrs. Lee.

"Yes ma'am."

CL mengambil scooter listriknya dan langsung pergi ke kamarnya. Anak perempuan itu langsung membersihkan badan dan setelahnya merapikan barang-barang belanjaannya tadi.

Tok tok tok

Saat anak perempuan itu sedang sibuk merapikan barang-barangnya, suara ketukan pintu masuk ke indra pendengaranya.

"Come in!", titahnya.

"Nona Lee, ini segelas susu untuk mu.", ternyata pelaku ketukkan pintu tadi adalah salah satu maidnya yang membawakan segelas susu untuknya. CL selalu minum segelas susu sebelum tidur. Agar lebih cepat tidur, katanya.

"Simpan saja di meja!", maid itu mengangguk dan menaruh gelas itu di meja dan langsung pergi dari sana, tidak lupa menutup pintu ruangan tersebut.

CL mengambil salah satu buku pelajarannya di rak dan segera duduk di meja perpustakaan. Dia membaca buku itu sambil menikmati susunya. Dengan seksama dia memahami materi-materi yang berada didalam buku itu. CL terkadang tidak masuk sekolah karena pekerjaan sebagai bagian dari FAU, jadinya dia membaca buku pelajaran di rumah kalau ada materi yang tertinggal, untung saja IQ nya diatas rata-rata, jadi dia dengan mudah memahami materi pelajaran yang tertinggal bahkan tanpa penjelasan guru.

Setelah puas membaca bukunya, dia pergi ke balkon perpustakaan dengan membawa susunya yang belum habis. Menikmati pemandangan malam hari sangatlah nyaman, rasanya menenangkan saja dan dia seakan lupa dengan beban serta keluh kesahnya. Saat berada disana, dia selalu merasa rindu pada seseorang, tapi, entah siapa orang itu, dia juga tidak tahu mengapa dia bisa seperti itu.

"Huuhh why?", tanyanya pada diri sendiri sambil menatap langit. Dia ingin semuanya normal saja, tapi terlalu sulit menghilangkan perasaan itu. Aneh.

CL sudah merasa puas berdiri di balkon itu dan segera masuk ke dalam ruang kamarnya. Sebelum masuk, dia menaruh gelas susunya di meja perpustakaan dan membiarkan maid yang menaruhnya kembali ke tempat asalnya.

"Oh iya belom beresin barang!", hampir saja dia lupa dengan pesan ibunya tadi.

Yang awalnya dia ingin cepat tidur harus tertunda karena lupa mempersiapkan barang-barang untuk dibawa besok. Untung saja dia tidak terlalu khawatir dengan pakaian, karena sudah dipastikan dia akan membawa pakaian yang mana saja, semua bajunya sama saja tidak ada yang berbeda. Setelah memasukkan baju ke dalam tas, dia memasukkan dompet, headphone, powerbank, kabel data, dan ipadnya.

"Beres!"

Ting

Sebuah notifikasi pesan mengalihkan perhatian CL dari tasnya. Disana tertuliskan nama Alex.

Alex

|Oi doggy.

21.45

??|

21.45

|Bokap lo udah izinin belom?

21.45

Lah iya gua belom nanya ke papa.|

21.46

|Fuck!

21.46

Iya maap maap.|

Tapi udah malem, gimana?|

21.46

|Bokap lu punya hp kagak?

21.46

Oh iya ya, lupa gua.|

21.47

|-_-

21.48

Iya bentar gua tanyain.|

21.48

CL keluar dari chat roomnya dengan Alex, lalu membuka chat room dengan ayahnya.

Papa

Pa?|

21.49

|Apa Lee?

21.50

Papa udah izinin aku sama Alex ke coach?|

21.50

|Iya sudah kok.

21.50

Ok, thanks pa!|

21.50

|You're welcome

21.51

Anak perempuan itu kembali membuka chat roomnya dengan Alex.

Alex

Udah kata papa.|

21.51

CL langsung mematikan handphonenya lalu menghubungkan kabel pengecas. Dia berbaring diatas kasurnya dan menarik selimut lalu memejamkan matanya.

Tak

Saat sedang berusaha untuk tidur, tiba-tiba suara jendela kamarnya berbunyi, seperti dilempari batu. CL yang terkejut pun bangun dari kasurnya lalu mengecek sumber suara itu, dia membuka tirai yang menutup jendelanya. Benar saja ada sebuah batu yang berukuran cukup besar yang tergeletak di lantai luar kamarnya. Disitu hanya ada batu dan tidak ada apapun selainnya, tidak ada yang aneh bukan? Tapi, waktu dan suasananya lah yang membuat semua ini aneh. Malam-malam begini, di tempat yang sepi ada yang melempari batu ke jendelanya.

"Huh?", CL merasa heran, siapa yang dengan jailnya melempari batu sebesar itu.

Tidak mau ambil pusing, akhirnya CL membuang batu itu asal dan masuk ke dalam kamarnya lagi. Saat hendak menutup tirai, matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang bersembunyi di balik pohon yang tidak jauh dari sana. Dia memperhatikan dengan seksama sosok itu, takut dia salah melihat.

Tok tok tok

"Lee?", itu suara ibunya.

"Come in!", pintu terbuka dan menampilkan sosok ibunya yang tersenyum.

"What's wrong mom?"

"Tidak ada, hanya ingin memastikan kau sudah tidur atau belum."

"Huh? Tumben?"

"Mama tau kamu sering bergadang, makanya pas kamu dibangunin pagi, kamu malah ngedumel. Jadi mau mastiin kamu ga bergadang biar besok pas mama bangunin ga ngedumel lagi.", CL menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum canggung.

"Hehe.. iya maaf."

"Yasudah, cepat tidur dan jangan bergadang! Night Lee."

"Sure, Night mom.", Mrs. Lee keluar dan menutup kembali pintu kamar anaknya.

Bukannya pergi tidur, anak perempuan itu malah kembali melihat keluar jendela. Sosok itu sudah hilang entah kemana dan membuat CL terkejut sekaligus heran.

"Siapa deh?", CL malah bertanya kepada dirinya sendiri. "Dah lah bodo amat, mau tidur.", akhirnya anak perempuan itu beranjak ke kasurnya dan pergi ke alam mimpi.

Keesokan harinya…

"Morning Ma! Pa!". sapa CL pada kedua orang tuanya yang berada di ruang makan.

"Morning Lee!", ucap ayahnya.

"Baru mama mau samperin ke kamar, eh kamunya udah siap.", tambah ibunya.

"Ehehehe."

"Udah ini sarapan dulu, bentar lagi berangkat."

"Ayay captain!"

Pagi itu dimulai dengan perbincangan hangat keluarga. Walaupun sedang makan, tapi tidak pernah satu kali pun keluarga itu absen pembicaraan kecil. Saat sedang bercengkrama, tiba-tiba salah satu maid datang.

"Permisi tuan. Keluarga Frankie sudah datang.", ucap maid itu dengan sopan.

"Suruh mereka masuk!", maid itu membungkukkan badannya sebelum pergi. Selang beberapa menit, Keluarga Frankie hadir ikut bercengkrama dengan Keluarga Lee.

"Hai Lee. Sudah siap?", ucap Mr. Joel seraya duduk di salah satu kursi.

"Sudah, tinggal bersiap diri.", Mr. Lee memanggil salah satu maid dan menyuruhnya untuk memasukkan barang-barang mereka ke dalam mobil.

"Kalau begitu ayo kita berangkat!"

"Kalian duluan saja pergi ke mobil, aku ingin mengambil tas ku di kamar.", ucap CL lalu meninggalkan ruang makan.

Semua orang telah pergi menuju mobil, sedangkan CL pergi ke kamarnya untuk mengambil tas yang sudah disiapkannya kemarin malam. Selagi mengambil tasnya, dia kembali melihat sosok yang semalam ia lihat. Terkejut? Tentu saja dia terkejut, siapa yang tidak terkejut akan kehadiran sosok yang tidak diinginkan kehadirannya. Perlahan-lahan kaki CL melangkah mendekati jendela kamarnya untuk meyakinkan bahwa itu adalah sosok seseorang.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat anak perempuan itu menolehkan kepalanya cepat.

"Who's that?", tanyanya pada orang yang berada diluar.

"Permisi nona, Mr. dan Mrs. Lee serta Keluarga Frakie telah menunggu anda."

"I'm coming!"

CL menolehkan kepalanya ke jendela untuk melihat sosok itu lagi, tapi nihil sudah tidak ada apapun disana. Dia mengerutkan keningnya sambil berjalan keluar kamar, dia hanya terheran kenapa sosok itu tidak pergi selagi dia terlihat olehnya, apa dia memang sengaja melakukan itu? Maksudnya, kalau memang sosok itu adalah mata-mata, kenapa dia tidak pergi begitu saja saat kehadirannya telah diketahui dan dia malah pergi saat CL memalingkan wajahnya dari jendela. 'Apa hanya halusinasiku saja?'

Tidak terasa dia sudah sampai di halaman rumahnya, karena dia terlalu sibuk dengan pikirannya. Pandangan CL menunjukkan kebingungan sehingga Mr. dan Mrs. Lee yang memandangnya ikut bingung, karena ekpresi anaknya terlihat seperti orang yang sedang kesal. Mata yang memincing, alis yang tertekuk tajam, dan dahi yang dipenuhi kerutan.

"Lee, kau baik-baik saja?", tanya Mr. Lee. Seketika ekspresi CL berubah menjadi terkejut.

"Y-yes I'm fine, why am I?", ucapnya sambil tersenyum canggung.

"You look annoyed."

"N-no, I-I'm not pissed off, cuma kesilauan aja."

"Alright, come on."

Akhirnya perjalanan pun dimulai, semuanya terlihat baik-baik saja. Mereka menaiki mobil milik Keluarga Lee atas kemauan sang kepala keluarga.

avataravatar
Next chapter