1 One

Namaku Ayunda Pratiwi. Biasa dipanggil Ayu. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Aku memiliki 2 orang adik. 1 perempuan dan 1 laki-laki. Papa ku seorang polisi berpangkat AKP, sedangkan mama seorang pensiunan perusahaan bumn. Mama pensiun diusia produktif kerja karena beliau lebih memilih untuk fokus mengurus kami.

Keluarga kami hidup berkecukupan dan harmonis. Saat akhir pekan kami akan menghabiskan waktu bersama, entah itu pergi makan di mall atau jalan-jalan ke pantai, atau hanya sekedar duduk di teras sambil mengobrol dengan sepiring pisang goreng hangat ditemani sambal roa & secangkir teh.

Tapi semua itu sudah berakhir ketika orang tuaku memutuskan untuk bercerai.

Papa ternyata memiliki wanita lain dan itu membuat mama terpukul. Padahal selama ini mereka berdua terlihat baik-baik saja. Sesekali bertengkar tapi setelah itu berbaikan lagi.

Aku dan adik-adikku pun tak kalah terkejut saat mendengat keputusan mereka berdua. Saat itu aku baru lulus kuliah. Adik perempuan ku, ananda fitria, baru masuk kuliah. Sementara adik laki-laki ku, Wahyudi putra, masih duduk di bangku kelas 3 smp.

Saat itu kami bertiga pasrah. Tidak tahu harus berbuat apa agar orangtua kami tidak berpisah.

Mama memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, di Manado, salah satu ibukota provinsi di Pulau Sulawesi.

Nanda, adikku, memilih bertahan di Kota Jember untuk kuliah. Jadi hanya aku dan wahyu yang ikut mama.

Papa benar-benar berubah. Dulu bagiku papa adalah papa terbaik di dunia. Tapi setelah kejadian ini aku jadi berubah pikiran.

Aku benar-benar sedih.

Aku pernah dengar kalau anak pertama selalu memiliki tempat special di hati orang tuanya. Begitu juga dengan papaku, sebelum dia mengenal perempuan itu.

Aku selalu menjadi anak kesayangannya. Apalagi jarak usiaku dan adik-adikku cukup jauh. Aku mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari mereka berdua, khususnya papa. Bisa dibilang papa sedikit over protektif padaku.

Contohnya, saat aku bilang aku mau menginap di rumah teman saat weekend, papa tidak mengijinkan aku pergi.

Alasannya takut aku akan kena pergaulan bebas karena kalau aku menginap di rumah teman maka tidak ada yang mengawasi.

Tapi saat nanda ijin untuk pergi berlibur dengan teman-temannya ke bali selama 3 hari 2 malam, papa mengijinkan.

Hhh... kalau mengingat itu rasanya sesak. Apalagi papa sekarang sudah tidak pernah menghubungi kami lagi.

Setelah kepindahan kami ke Manado, kami tinggal di rumah peninggalan kakek nenek.

Rumah sederhana yang catnya sudah pudar termakan usia dan bocor di beberapa tempat. Tapi kami bersyukur karena masih memiliki tempat tinggal.

Di kota ini, aku mulai mencari kerja. Aku yakin dengan IPK ku yang cukup tinggi, 3.97, aku bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

Tapi kenyataan selalu tak sesuai harapan. Mendapatkan pekerjaan ternyata tidak semudah yang kubayangkan.

Setelah menganggur sekitar setengah tahun akhirnya aku diterima di salah satu perusahaan ternama.

Bekerja di perusahaan besar bukan berarti kehidupan kami membaik. Aku diterima bekerja sebagai admin dengan status outsourcing. Yah, tahu sendiri bagaimana karyawan dengan status itu.

Meskipun beban kerja ku sama dengan karyawan lain berstatus kontrak & tetap, tapi gaji ku jauh di bawah mereka. Padahal biaya hidup di kota ini terbilang cukup tinggi.

Tapi bagiku itu tak masalah. Asalkan aku sudah punya penghasilan sendiri dan bisa membantu mama aku sudah senang.

Mama yang pintar memasak memulai usaha nasi kuning kecil-kecilan. Sebenarnya aku ingin mama tidak usah bekerja, karena kondisinya kurang baik setelah perceraian itu. Tapi mama tidak mau hanya duduk diam dan membiarkan aku sendiri banting tulang untuk menghidupi kami.

Setahun setelah perceraian orang tuaku, Nanda memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya dan memilih untuk menikah. Dia menikah bukan karena hamil duluan, tapi untuk meringankan beban kami. Biaya kuliah memang cukup menguras kantongku.

Ya, sejak bercerai, papa sudah tidak mau menafkahi kami, bahkan untuk biaya pendidikan adik-adikku pun tidak ada.

Sebenarnya aku tidak mau kalau sampai nanda harus berkorban seperti ini. Sebagai kakak, aku jadi merasa tidak berguna. Tapi nanda menenangkanku. Dia bilang tak apa-apa. Dia masih bisa kuliah lagi nanti.

Mama pun hanya bisa menangis mendengar keputusan nanda. Tapi mau bagaimana lagi. Kondisi kami masih terpuruk.

Wahyu,adik laki-lakiku tetap melanjutkan sekolahnya. Dia masuk ke STM. Jurusan listrik. Aku & Mama memiliki harapan besar padanya. Sebagai anak laki-laki dia bisa menggantikan posisi papa, untuk mencari nafkah setelah lulus sekolah. Setidaknya untuk membantu mama.

Tapi (lagi-lagi) kenyataan tak sesuai harapan. Sebenarnya saat sekolah wahyu cukup berprestasi. Dia lulus dengan nilai yang cukup baik. Hanya saja dia salah memilih pergaulan.

Dia mulai mengenal alkohol dan pergaulan bebas. Setelah lulus sekolah dia memilih untuk menganggur.

Dia sudah tidak mau lagi shalat. Keluar malam hari dan pulang dalam keadaan mabuk berat sudah jadi kebiasaannya.

Saat mabuk, dia akan mengamuk dan melempari rumah dengan batu. Hasilnya kaca-kaca jendela di rumah banyak yang pecah. Aku dan mama belum punya uang untuk membetulkannya.

Yang membuatku semakin sakit hati saat dia pulang ke rumah dengan kondisi mabuk berat dan mengamuk minta uang. Dia sampai memukul mama. Ya Allah.. kenapa cobaan ini datang bertubi-tubi? Batinku. Airmataku mengalir tak terbendung.

Aku memeluk mama. Mencoba menenangkannya.

"Sudah ma. Biarkan saja dia. Ga usah peduli lagi. Dia udah keterlaluan."

Mama menatapku. Matanya sembab, wajahnya basah dengan air mata. Aku tak pernah melihat mama seperti ini.

"Tapi dia anak mama. Bagaimana pun dia anak mama. Mama yang salah sampai dia jadi kayak gitu yu. Mama yang salah.."

Aku tak mampu berkata-kata. Jadi seperti ini kasih sayang seorang ibu. Bahkan setelah diperlakukan dengan sangat kasar oleh anaknya dia masih menyayanginya.

Sejak kejadian itu aku jadi menjaga jarak dengan wahyu. Aku tak mau tau lagi. Terserah dia mau bagaimana. Dia hidup atau mati aku tak peduli. Ingin rasanya pergi dari rumah tapi aku tak tega meninggalkan mama sendiri.

Apalagi wahyu semakin berulah. Dia keluar masuk penjara karena sering berbuat onar di lingkungan tempat kami tinggal.

Kasian mama yang harus menanggung malu karena perbuatan wahyu. Parahnya lagi, dia sampai menghamili anak orang.Astagfirullah.. entah apa lagi ini.

Malam itu pamanku menelpon. Aku sedang menonton tv. Mama sudah tidur. Aku menjawab telpon dengan hati-hati.

"Assalamualaikum.. yu, udah tidur?"

"Belum paman. Ada apa?" Jawabku pelan

"Mama kamu tidur?"

"Sudah." Jawabku penuh tanda tanya. Kenapa pamanku sampai bertanya seperti ini.

"Paman sekarang ada di puskesmas. Pacarnya wahyu mau melahirkan tapi dia ga punya uang. Kamu ada uang 250ribu?"

Aku terdiam. Mencoba mencerna kata-kata pamanku. Apa ini? Apa maksudnya? Dia menghamili anak orang dan sekarang mau melahirkan? Kepala ku terasa pusing.

Jantungku berdegub kencang tak menentu. Ku tatap mama yang tidur lelap disampingku. Apa yang akan terjadi kalau mama tahu soal ini?

"Mmm.. aku ga ada uang. Suruh dia urus sendiri."

Aku mengakhiri pembicaraan dengan pamanku. Kuletakkan handphone ku di meja di dekat tempat tidur. Kutarik nafas dalam-dalam.

Sesak sekali rasanya..

Keluarga ku yang dulu harmonis sekarang jadi kacau balau tak karuan.

Kalau sudah jadi seperti ini tidak tahu harus menyalahkan siapa..

Kepalaku terasa berputar. Dadaku sesak...

avataravatar
Next chapter