8 Tawaran

Quva terbangun dengan tubuh sedikit lemas, otot - otot tubuhnya terasa nyeri seperti sehabis olahraga Tampa henti selama 12 jam.

Kepalanya terasa sakit, tubuhnya terikat di kasur (pake sabuk yang biasa di pakai di rumah sakit jiwa, yang tau namanya komen ya biar nanti di ganti:'v)... ia melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa ia tidak sedang di tempat tinggalnya.

Ia mencoba memberontak namun seluruh tenaganya belum pulih, ia pun hanya pasrah dan melihat langit - langit kamar dan kembali memejamkan mata.

'aku di culik...'

Pessh–

Gon datang membawakan sarapan untuk adiknya, ia menaruh makanan itu di meja dekat Quva berbaring.

"selamat pagi, bagaimana keadaanmu?" Tanya Gon sambil tersenyum mengelus lembut kepala adiknya itu.

Quva melirik Gon dengan tatapan datar lalu berkata "Kau tau? rasanya seperti di rumah sakit jiwa, singkirkan tanganmu dariku dan lepaskan aku".

Gon hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Quva di ruangan itu sendiri, tak lama kemudian Ayato dan Gon datang ke kamar Quva lalu memeriksa keadaannya.

Quva: "lepaskan aku, aku tidak sedang sakit"

Ayato: "Quva tenanglah, maafkan kami... kami tidak bisa melepaskanmu sekarang, kami tidak akan melakukan apapun padamu kami hanya akan menjagamu... tenanglah"

Quva yang mendengar itu hanya merespon dengan lirikan datar, namun tanpa ia sadari sekilas iris Cyan miliknya menyala membuat Ayato merasa sedikit tertekan.

"Kami akan kembali, istirahatkan tubuhmu dan cepatlah sembuh adikku" ujar Gon sambil mengecup kening adik perempuannya itu lembut, Ayato juga sempat mengelus wajah adiknya sebelum ia pergi meninggalkan ruangan itu.

.

.

.

.

.

Ikatan Quva sudah terbuka, kini ia sudah bisa bergerak bebas namun tidak bisa keluar dari ruangan itu untuk sementara.

Ia menatap langit malam penuh bintang dari jendela kamarnya dengan tatapan kosong, fikiran dan hatinya yang kosong menghantui hidupnya selama bertahun - tahun.

Hal itu membuatnya merasa sangat terganggu, namun ia tidak bisa meminta tolong pada siapapun karena yang bisa menolongnya adalah dirinya sendiri.

Pssh–

Pintu kamar terbuka menandakan seseorang masuk ke dalam ruangan itu, ya benar... Zo, dan ke 3 saudaranya memasuki ruangan itu dengan niat tertentu.

Ayato: "Quva..."

Quva: //menoleh

Zo: "bagaimana keadaanmu?"

Quva: "langsung saja pada intinya"

Gon, Ataro, dan Ayato duduk di sofa di ruangan itu membiarkan Zo yang menjelaskannya kepada Quva.

Zo: "Sebenarnya... kami ingin menawarkan sesuatu padamu..."

Zo: "Tinggal lah dengan kami lagi di sini... kami tidak bisa membiarkanmu berada di luar sana sendirian, itu sangat berbahaya—"

Belum lagi Zo menyelesaikan kalimatnya Quva berjalan kearahnya pelan, hal itu tentu membuat semua orang yang berada di ruangan itu menjadi waspada terutama Zo.

"hentikan ini... keluarkan aku dari sini..." Ujar Quva dengan tatapan sayu

"aku tidak ingin menyakiti kalian semua lagi jadi tolong... berhentilah... biarkan aku sendiri... setidaknya itu lebih baik untuk kalian semua, aku menyayangi kalian" sambungnya sambil menatap seluruh saudaranya satu persatu dengan tatapan kosong namun berkaca - kaca.

Deg–.

"KAK MENJAUH!!!"

BLAR!!!

.

.

.

.

.

°—>××××<—°

avataravatar