5 Bangkai bangunan

nyut–

Quva merasa ada sesuatu yang menancap pada bahunya, darahnya sudah banyak keluar namun ia tak merasa sakit. dengan wajah datar ia menyingkirkan pisau tersebut dari bahunya, ia melihat ada kertas yang tertempel di pisau itu.

"LS_OVZ Temui aku besok jam 12 malam, bangkai bangunan di depan apartemen Blufa

–DQ1ds7"

'malas sekali...' batin Quva lalu menaruh pisau itu di nakas kamarnya.

.

.

.

.

"Quva, bangun... hey... Quva..."

Seseorang mengguncang tubuh Quva, hal itu mengganggunya dan ia pun terbangun, ia melihat semua saudara saudaranya mengelilinginya.

"ada apa ini? kalian sedang apa?"

Tanya Quva sambil mengucek matanya, lalu menatap kakak kakaknya satu persatu dengan kebingungan.

Ayato duduk di bibir kasur lalu menunjukkan pisau dengan surat yang mereka temukan tadi pagi di meja dapur, mereka bertanya siapa orang ini dan apa yang terjadi dengan bahu kirinya.

Quva menyembunyikan kebenarannya dari saudara - saudaranya dan mengabaikan mereka lalu pergi ke kamar mandi, seluruh saudara saudaranya terlihat begitu menyayangkan adik mereka yang satu ini karena perasaannya belum kembali seperti sedia kala, mereka beranggapan bahwa perasaan itu akan datang dengan sendirinya dan mereka hanya bisa menunggu waktu itu terjadi.

Beberapa saat kemudian, Zo memanggil semuanya untuk makan siang bersama. Setelah Quva menyelesaikan makan siangnya ia bertanya kepada saudara - saudaranya, kapan mereka akan pulang.

Ayato: "Kami akan menetap di sini untuk beberapa bulan, lagipula kami tidak harus pergi ke kantor karena pandemi ini jadi santai saja"

Situasi kembali hening, hanya terdengar suara Cliz yang sedang bermain dengan mainannya.

[alles lebengie—]

"Halo?"

Ponsel Gon berdering, ia mengangkat panggilan itu dan menghentikan makannya, orang di sebrang sana seperti mengatakan sesuatu yang genting yang membuat Gon menjadi panik dan langsung bersiap siap pergi.

Ataro: "hoy mau kemana? makananmu belum habis!!"

Gon: "nanti saja, aku sedang ada urusan mendesak"

Melihat adiknya panik seperti itu, Zo langsung membuka ponselnya lalu menyuruh salah satu anak buahnya untuk mencari tau apa yang terjadi dengan Gon. Zo menyuruh orang suruhannya itu membawa senjata untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi.

[ting!]

[ting!]

Ponsel Zo, Dan Ayato berbunyi bersamaan. sebuah pesan masuk ke ponsel mereka, mereka membaca pesan itu kemudian bergegas pergi dengan alasan yang sama dengan Gon.

Quva hanya menatap mereka datar, ia membawa piringnya ke dapur lalu membasuhnya. Diiringi Ataro yang membawa piringnya dan kakak kakaknya untuk di basuh, Ataro menaruh piring itu di samping Quva seperti menyuruhnya untuk membasuh piring mereka.

Quva hanya berlalu dan mengabaikan Ataro seolah olah tidak ada siapa siapa di situ, ia duduk di ruang tengah sambil bermain game moba-nya dengan tenang.

.

.

.

.

.

11:30pm dan para saudaranya itu belum kembali kerumah sejak makan siang, Quva bersiap pergi ke minimarket untuk membeli minuman sekaligus pergi ke bangunan itu.

Tepat jam 12 malam ia sampai di bangkai bangunan itu, ia berjalan masuk dan mendapati seorang pria berjaket hitam dengan tinggi sedang namun memiliki tubuh yang kekar sedang menunggunya di sana, aura mencekam mengelilingi mereka bahkan sampai membuat para hewan tidak berani mendekati mereka.

Orang itu melempar sebuah kotak kecil pada Quva sambil berjalan mendekatinya dan berkata.

"Jangan di habiskan, gunakan secukupnya... aku memberimu lagi karna kasihan padamu, jangan membuatku menyesali keputusanku"

SYUUT–

Sebuah peluru mengenai pipi kirinya membuat kupluk jaket yang menutupi kepalanya terbuka, tanpa fikir panjang pria itu langsung melempar bom asap ke tanah tepat di antara dirinya dan Quva berdiri dan pria itu menghilang.

Quva menoleh ke arah peluru tadi datang dan melihat seorang pria dengan mata merah menyala mengamatinya dari gedung tersebut, pria itu masuk kedalam gedung hingga tak terlihat lagi.

Quva dengan santai pulang ke rumah dan di sambut oleh—

avataravatar
Next chapter