2 B. mengenalmu perlahan

perkenalan ku dengan lelaki yang sempat membuatku syok itu berawal dari bimbel bahasa Inggris yang harus aku ikuti. menjalani hidup tanpa kendali rasanya begitu menyesakkan. banyak hal yang aku sukai yang tak bisa aku lakukan..

aku ingat betul. sama seperti pertemuan pertama kami. hujan menjadi saksi pertemuan kami yang ketiga itu. dengan kemeja merah yang aku pakai dan celana hitam panjang aku niatkan untuk menghadiri pesta ulang tahun temanku bernama ariana.

sialnya kali ini aku justru terjebak di halte seorang diri. tak satupun yang berniat untuk berteduh ditempat yang sama denganku. itu jelas saja karena jalan itu jarang sekali ada yang melewati. handphone susah dapet signal ditambah beberapa persen lagi akan mati. rasanya kesialan tidak pernah pergi dalam hari hariku.

saat badanku mulai menggigil, dia datang membawa kehangatan. namun, saat itu yang ada dibenakku hanyalah pertanyaan demi pertanyaan, sambil memandangi wajahnya aku bertanya pada diriku

"kenapa selalu dia? apa tidak ada yang lain... kok bisa bisanya selalu dia..?"

tak lama kemudian dia duduk disampingku sambil memberikan sebuah jaket hitam. dan dengan nadanya yang dingin dia berkata

"pakai ini... "

aku pun memalingkan wajahku darinya tanpa menyentuh jaket yang ia tawarkan padaku

"gak ah.... aku gak butuh... jangan fikir kamu bisa menyogok ku dengan ini... "

lagi lagi jawabannya membuatku terkejut, ntah bagaimana lelaki yang sama sekali tak aku kenal ini tahu apa yang selalu membebaniku

"seharusnya kamu gak lari... "

"maksudmu...? lari? lari dari apa? jelas jelas aku duduk disini bareng kamu.. "

" seharusnya kamu jujur dengan dirimu sendiri... sperti hujan.. meski harus jatuh berkali kali ia tetap memilih untuk berjuang... "

"hello... it is my life.. so.. terserah aku dong... lagi pula aku gak lari kok... hidupku biasa biasa aja.. "

"mamamu hanya ingin kamu bahagia... tapi sayangnya dia tidak tahu cara untuk mengekspresikannya... "

ok. awalnya aku masih bisa santai menanggapi apa yang dikatakannya. tapi setelah mendengar kata mama... spontan respon ku menjadi berbeda.

"kamu tahu apa tentang mamaku.. kamu tahu apa tentang hidupku.. kamu itu cuman orang aneh yang kebetulan selalu bertemu denganku... "

"kamu.... aku gak tahu apa yang kamu rasakan. tapi hidup ini singkat... setidaknya berbahagialah... "

kemudian dia berdiri dan sepertinya berniat untuk pergi, dan anehnya, tanganku dengan cepatnya menarik kemeja putih yang dipakainya sambil berkata

"jangan pergi... " ntah mengapa air mataku mengalir begitu saja. mungkin karena aku merasa kenapa harus lelaki aneh yang sama sekali gak aku kenal lah yang mengerti perasaan dan apa yang selalu aku fikirkan. kenapa bukan mama ku orang yang paling dekat denganku. kenapa bukan sahabatku sendiri... kenapa harus dia...?

merasa nyaman karena masih ada yang memahamiku, aku berusaha untuk tahu lebih siapa sebenarnya dia..

"namaku alysa Adriana Abigail..."

aku mencoba untuk memulai dengan awal yang baik, aku ingin menjalin hubungan dengannya.

dia tersenyum padaku lalu menghapus air mataku, cukup tidak sopan untuk perkenalan yang aku tawarkan pada dia saat itu.

"abrysam rainanda.. panggil aku abry... "

"abry.. thanks buat kata demi katamu... berkat kamu aku merasa lebih baik.. "

"yang terpenting jangan menangis... karena disini aku hadir untuk mengubah air mata itu menjadi bahagia... karena aku adalah... "

dia memotong kata kata selanjutnya dan berhenti cukup lama dan setelah beberapa saat dia berkata

"karena aku adalah.. teman.. "

ntahlah, saat itu bagiku kata teman hanyalah lima huruf yang tak bermakna, tapi ternyata bagi abry kata itu segalanya baginya.

avataravatar