webnovel

Awal mula

Alkisah tinggalah seorang anak bernama Asep. Ia pemalas dan selalu bermimpi untuk menjadi kaya raya, bergelimang harta, dan terkenal.

Suatu ketika Asep dan ayahnya berada diteras saat tengah malam. Kebetulan saat itu Ayahnya sedang kesal karena suatu alasan.

Asep saat itu sedang melamun entah memikirkan apa. Tiba-tiba ia bergumam

"Aku pengin kaya"

Ayahnya yang sedang kesal mendengarnya dan berkata 

"Asep dengerin ya, kalau kamu ingin kaya kamu harus bekerja! Dasar pengangguran benalu sialan!"

Entah mendengar apa yang ayahnya katakan atau tidak, ia lanjut bergumam

"Aku pengin dapet pekerjaan yang gajinya gede banget tapi pekerjaannya minim banget"

Kesal dengan tanggapan Asep ayahnya membalas. 

"Ngimpi!"

"Pak, kenapa Bapak kayaknya kesel banget dengerin cita-cita Anakmu ini?" tanya Asep

"Pake nanya, kamu kalo Ngimpi jangan tinggi-tinggi nanti giliran jatoh nangis lu" Jawab ayahnya Asep dengan kesal

"Bapak gak percaya kalau aku bisa meraih cita-cita ku untuk menjadi orang yang sangat teramat kaya?" tanya Asep keheranan

"Jangan ngadi-ngadi dah lu, jelas kagak! Lu nyuci baju aja kagak bisa" tegas ayah Asep

Ayahnya Asep masuk kedalam rumah meninggalkan Asep sendirian diluar bersama dengan mimpinya yang tidak masuk akal untuk diraih itu.

Asep membuka Handphone nya, melihat berita tentang pemerintahan. Tapi yang ia lihat hanyalah orang dari pemerintahan yang pamer harta.

Asep sedih dan kesal, ia mengambil kunci motornya dan pergi keluar untuk mencari angin atau mungkin ia pergi untuk melarikan diri dari fakta bahwa sudah menjadi takdir nasibnya terlahir miskin.

Saat sedang asik kebut-kebutan bensin motornya habis. Terpaksa motornya harus didorong ke pom-bensin terdekat.

Lelah mendorong, Asep duduk di trotoar dan merenung.

"Andai menjadi orang kaya semudah meminjam uang... "

"Tunggu kenapa aku tidak meminjam uang saja"

"Oh iya aku mana mungkin bisa mengembalikan uang pinjaman itu"

"Tapi bagaimana kalau uang pinjaman itu kugunakan untuk investasi?"

"Apa aku jago main investasi?"

"Bentar, kan ada yutub harus nya bisa sih"

"Tapi minjem uang nya dimana, dan emang waktunya cukup?"

"Tinggal cari pinjaman yang batas waktunya dua tahun aja, emang ada?"

"Ya jual tanah warisan"

"Oke rencana nya siap, tinggal melaksanakannya, aku pasti akan kaya"

Asep pun mendorong kembali motornya.

-

Sementara itu ditempat yang lain tinggalah seorang anak yang miskin dan baik hati bernama Arifin. Hidup dia sama susahnya dengan Asep atau malah lebih susah.

Ia hanya tinggal bersama adiknya yang masih kecil dan neneknya. Berbeda dengan Asep yang benalu, Arifin adalah tulang punggung keluarga ini hanya dengan bekerja sebagai satpam.

Berbeda jauh dengan Asep yang ingin jadi kaya tanpa bekerja, Arifin ingin menjadi seorang yang berperan penting dalam perkembangan bagi negara.

"Arif cucuku kamu harus istirahat dulu meskipun sebentar saja, bukankah sudah cukup pekerjaanmu menjadi satpam, kenapa kamu malah jadi tukang ojek online begini?"

"Nenek, pekerjaanku sebagai satpam memang sudah cukup, tapi aku itu shift malam dan siangnya aku kosong bukankah lebih baik mencari uang tambahan untuk mengisi kekosongan itu"

"Apakah kamu tidak ingin menghabiskan waktu bersama adikmu?"

"Tidak apa adikku itu harus mandiri agar ia tidak kesusahan saat sendiri atau saat besar nantinya."

"Arif cucuku memang bijak pilihanmu, baiklah tapi jangan salahkan dirimu saat adikmu mulai membenci dirimu"

"Tentu, aku tahu konsekuensi itu"

"Baiklah Nek aku pamit ya"

"Ya, hati-hati"

Arif pergi keluar, menyalakan mesin motornya. Tepat saat mesin motornya nyala, Arif dihampiri adiknya yang baru saja pulang sekolah dan ditanya.

"Abang, Abang mau kemana?"

"Abang mau kerja dek."

"Ngga mau main dulu, Bang?"

"Nggak dulu abang mau kerja, kamu main sama temenmu aja ya"

Arif mencoba untuk pergi. Namun dihadang oleh adiknya.

"Bental dulu Bang, adek masih pengen nanya"

"Adek kalo pengin nanya, tanya ke nenek aja ya. Dah abang pamit dulu ya dek"

"Tapi bang-"

Vroom

Bunyi motor Arifin yang meninggalkan adiknya dalam keadaan bertanya-tanya.

⁠⁠⁠⁠⁠⁠"Nenek kenapa Abang gak mau main sama aku, apa abang benci sama aku?"

"Nggak kok dek, abang mu⁠ bukan gak suka sama kamu Abang mu itu hanya sibuk bekerja, agar kamu tetap bisa makan"

"belalti Abang begitu untuk dede yak"

"iya, begitu dek"

Sementara itu Arifin yang sedang bekerja juga sedang merenungi nasib dirinya dan keluarganya yang sedang menunggu di rumah.

Saat perjalanan pulang Arif secara tidak sengaja melihat temannya yaitu Asep yang sedang mendorong motornya. Dan tentu saja Arif menolongnya. Dengan cara sedot bensin.

"Makasih ya Rif, dah nolongin gw"

"gapapa kok, sekarang kerja apa kau Asep?"

"hehe... Masih nyari"

"owh gua ada lowongan kerja nih mau kaga"

"Mau dong"

Arif pun menjelaskan lowongan kerja yang dimaksud, dan dengan sedikit diskusi akhirnya Asep menolak pekerjaan yang ditawarkan oleh Arif.

Kenapa? Tentu saja karena Asep malas. Namun Asep menyembunyikan fakta itu. Dengan berdalih ingin belajar investasi.

"Wah keren, mainnya investasi. Emang beda ya pekerjaan anak yang rangking satu dari awal masuk sampe lulus."

"hehehe… Jelas dong"

***

Akhirnya Asep pergi dan akan terus mengingat jasa Arif hari ini

Asep segera pergi ke pegadaian dengan membawa surat tanah warisan dari kakeknya.

Setelah mendapat uang Asep pergi ke warnet untuk menonton video yang terkait dengan investasi. Ia pergi ke warnet karena sinyal dirumahnya sangat jelek dan ia malas dicaci keluarganya sendiri.

Esok harinya ia mencoba mulai berusaha, ia tidak berharap lebih dari awal agar tidak syok nantinya jikalau rugi. Dan ternyata rugi sahamnya turun melebihi perkiraan Asep.

Asep syok ia melihat total kerugiannya. Ia akhirnya mencoba saran yang ia lihat dari yutub yaitu sabar dan tunggu besok.

Akhirnya ia menonton kembali seluruh pengetahuan yang ia pernah dapat dari yutub.

Keesokan harinya ia melihat harga saham yang telah ia beli kemarin.

Asep tak menyangka balik modalnya ternyata tidak main-main. Asep bahagia bukan main melihat keuntungannya sebesar 49,7% jumlah yang lumayan itu berhasil membuat Asep syok kembali.

***

Waktu tlah malam namun ia masih bingung harus dikemanakan uang yang banyak itu. Asep duduk di taman mencoba berfikir.

Saat sedang berfikir Asep dihampiri seorang Gelandangan. Gelandangan itu duduk di samping Asep yang sedang berpikir.

"Anak muda tampaknya kau sedang kesusahan ya!…"

"Huh darimana kau membuat kesimpulan seperti itu?"

"Dari gaya duduk mu saja sudah kelihatan hahaha"

"Huh begitu ya"

"Anak muda, apa kau tahu mengapa pemerintah kita sangat rakus?"

"… Tidak"

"itu karena pemimpin adalah perwakilan dari rakyat. Misalnya saja saat pemilihan ketua RT ada yang datang dengan ide briliannya, dan ada yang datang dengan membawa uang dan memberi sedekah kepada yayasan tertentu. Dan kamu juga mendapatkan uang darinya"

"Kira-kira siapa yang kamu pilih anak muda?"

"yang bersedekah" Jawab Asep

"Tentu semua orang akan begitu dan tidak ada yang salah dengan pilihan itu. Tapi sudah pasti mereka(yang bersedekah) itu pasti kehabisan uang bukan?"

"ya… Lalu" jawab Asep kebingungan

"Mereka tidak akan pernah puas hanya dengan menjadi yang terpilih. Karena itu mereka pasti akan mencari modal untuk memberi, lalu terpilih lagi begitu terus sampai salah satu dari mereka menjadi pemimpin"

"Kenapa mereka begitu? Karena mereka tidak ingin uang mereka habis hanya untuk digunakan untuk orang miskin seperti kita ini."

"Jika kamu menyangkal nya sekarang begini saja. Kamu bekerja selama 24 jam digaji dengan satu koin emas lalu kamu melihat seorang gelandangan seperti diriku ini meminta satu koin emas itu sementara kamu punya anak dirumah, apa kamu akan memberinya?"

"Tidak… tapi tunggu apa yang diincar mereka itu?" tanya Asep yang keheranan

"kekuatan absolut dan kekayaan tanpa batas"

"Tapi bagaimana?" lanjut Asep

"Dengan memberikan kesan baik kepada si pengemis dan juga cerita yang mendorong si pengemis untuk mendukungmu dengan niatan si pengemis akan mendapat ganjaran setimpal, Dan merasa terwakili(Padahal ditipu) dengan begitu si pengemis akan selalu mendukungmu. Intinya kamu hanya perlu memberikan kesan baik dan membuat 'Pengemis' merasa terwakili"

"Oh tambahan tergantung seberapa banyak hadiah mu untuk si pengemis, maka si pengemis akan selalu mendukungmu meskipun diberikan fakta. Namun ini hanya berlaku kepada si miskin akan ilmu bukan si kaya akan ilmu. Tapi ini bisa ditutupi dengan memberi hadiah kepada orang yang berpengaruh dalam ilmu"

"Kenapa para pengemis bisa menjadi seperti itu?"

"Karena pada dasarnya kebanyakan orang menjadi pengemis karena Pemikiran mereka dan Keadaan mereka. Itulah yang membuat mereka menjadi pengemis pada akhirnya"

"bisakah kamu berikan contohnya?" tanya Asep

"jika kamu sedang butuh uang lalu datang caleg yang membawa uang apakah kamu akan menerimanya?"

"Tentu saja" tegas Asep

"Apakah kamu akan balas budi, jikalau kamu bisa?"

"ya" jawab Asep

"Bagaimana caranya?"

"Tentu dengan memilihnya" sambung Asep

"dan itulah yang dialami oleh para 'Pengemisʼ itu. Namun ada banyak varian lain tapi ini yang paling sering terjadi"

"owh baiklah aku paham" ujar Asep

"hmm baiklah sepertinya aku harus pergi, senang bisa berbincang-bincang denganmu anak muda"

"ya aku juga senang bisa berbincang dengan mu"

"Baiklah sampai jumpa anak muda"

"ya sampai jumpa"

"kalau ada yang bertanya jawab saja tidak!"

"Yaa,… Tunggu apa maksudnya 'tidak' itu"

Setelah si gelandangan itu pergi, dari lawan arah tempat gelandangan itu pergi muncul seseorang yang berpakaian hitam baju nya seperti tentara. Entah bagaimanapun melihatnya pakaian itu terlihat keren.

Seseorang itu berlari seperti mengejar sesuatu. Ia melihat Asep dan mulai menghampirinya.

Dengan kelelahan ia bertanya kepada Asep

"Apa kamu baru saja melihat seorang pengemis lewat sini?"

"Mungkin ini yang ia maksud dengan menjawab tidak" pikir Asep

"Tidak" Jawab Asep

Pria itu mengeluarkan uang dari sakunya dan memberikannya kepada Asep

"Terima uang ini dan lupakan perbincangan ini oke?"

"Tentu"

"Baiklah semoga harimu menyenangkan!"

.

.

.

Asep pulang kerumah di tengah malam. Ia berbaring di kasur merasa tidak terima dengan dunia. Namun sejenak ia berpikir "Bagaimana kalau uang itu ku gunakan untuk menjadi Perwakilan dari si pengemis ini? Bukankah itu menguntungkan sekaligus membuatku terkenal?".

Akhirnya ia memutuskan akan menjadi penolong palsu untuk si pengemis itu dan mendapatkan keuntungan darinya.

Ditengah malam dikamarnya yang gelap ia tertawa. Seakan ia adalah seorang penjahat, orang tuanya mendengar itu langsung menghampiri Asep dan memarahinya. Selesai dimarahi Asep masih tetap tersenyum bahkan dalam tidurnya.

Dan itulah awal mula datangnya penyelamat palsu untuk seluruh negeri Archipelagozx.