4 Bab 4. Identitas Arthur

Dalam perjalanan panjang yang memakan waktu tiga jam lamanya perjalanan menuju pusat. Dengan pakaian mengenaskannya dan juga aroma tubuh yang bahkan lalat akan setia menempel padanya seperti lem. Earl langsung berhambur masuk menuju ruangannya dengan ekspresi wajah yang tegang.

"Astaga! Bau busuk apa ini?" Pekik Duke kaget dan menutupi hidungnya. 

Earl dengan cuek berjalan lalu duduk di kursi kerjanya dan menyalakan komputer. Tidak ada waktu untuk membahas aroma yang menyejukkan di ruangan mereka. Tugasnya saat ini jauh lebih penting dan tidak ada waktu untuk menjelaskan. 

"Aku bahkan belum menyentuh sarapanku... tuhan...." Ujar Finni sambil menatap Earl dengan pasrah.

Tidak perlu menebak lebih jauh lagi dengan kedatangan Earl pagi ini dengan aroma menyegarkan hidung. Bahkan hingga meresap ke dalam perut sampai merasa kenyang sepanjang waktu. Tom berusaha mengabaikan aroma itu dan bertanya pada Earl yang sudah sibuk dengan dunianya. 

"Earl. Kau tidak kembali bersama Mike?" Tanya Tom yang meletakkan dokumen di atas meja kerjanya.

Earl terus mengklik mouse itu dengan kasar dan bergumam tidak jelas. Seperti seseorang tengah kerasukan setan. Finni pun menghampiri meja Earl dan menatap layar komputernya. Rupanya Earl tengah meretas. Sungguh luar biasa, meretas data lewat komputer pusat. Earl memang sudah gila.

"Finni, bukankah kita punya beberapa foto dan data diri tentang Arthur?" Tanya Earl tanpa menghentikan aktivitasnya. 

"Kita punya. Tapi semua file tertumpuk di berangkas ruang kerja bos. Aku bahkan sangat yakin bahwa tidak ada yang benar dari semua file itu. Arthur sangat hati-hati tentang identitasnya... Kau lebih tahu dariku Earl." Ujar Finni sambil menaikkan kedua pundaknya sekali dan menatap Earl dengan alis terangkat.

Earl terdiam sebentar. Tidak sadar jika diamnya Earl membuat suasana menjadi tegang.

"Aku telah bertemu dengannya semalam." Ujarnya kemudian dan tentu suasana menjadi hening beberapa detik.

Finni dan dua orang lagi di dalam ruangan itu langsung berhenti bergerak seakan waktu memang sedang berhenti tiba-tiba. Tidak bisa menduga bahwa penyelidikan yang selama ini mereka lakukan akhirnya sedikit menemukan titik terang.

Mereka semua langsung dengan otomatis duduk mendekat pada meja Earl. Finni dengan segera mengambil dokumen data diri dari brangkas dan menyerahkan setumpuk besar map pada Earl. Membiarkan Earl memeriksanya satu persatu.

"Dan itulah sebabnya kau terpisah dari Mike hari ini?" Tanya Duke tidak sadar jika senyumannya terlihat menyeringai senang. 

Earl mengangguk. Ia seperti tampak familiar dengan wajah itu. Earl seperti pernah bertemu dengannya entah sekali atau berkali-kali. Earl sangat ingat, hanya saja ingatannya buram sekali.

"Perhatikan wilayah yang dekat dengan distrik K mulai saat ini. Aku dan Mike terpisah dan terpaksa meninggalkannya disana. Distrik itu terlalu misterius sampai aku terlalu santai selama disana. Semua data di kota itu telah disadap oleh anak buah Arthur. Banyak kamera pengintai agar mereka mudah mengenali orang baru yang masuk ke dalam distrik." Earl menjelaskan dan menatap serius rekan timnya satu per satu.

Finni mengangguk paham dan mencatat. Sama seperti kedua orang yang lainnya.

"Apakah ini akan menjadi titik terang kita mulai sekarang?" Tanya Duke yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Earl. Mereka tidak tahu saja bagaimana paniknya Earl selama di distrik K.

"Aku bahkan tidak menyangka Arthur bisa terendus setelah cukup lama kita mencari." Tom bergumam sambil menerawang jauh. Jujur saja berita ini cukup melegakan pada akhirnya.

"Bagaimanapun juga, Arthur adalah penjahat diatas penjahat. Banyak kasus yang ia lakukan. Penyeludupan senjata ilegal, merusak sistem dan mengacak-acak dokumen negara. Jaringan kriminal internasional. Tentu saja sulit menemukannya dengan riwayat kriminal yang tidak terhitung banyaknya." Ucap Finni menggelengkan kepala tidak habis pikir berapa tahun penjara jika manusia itu tertangkap.

Earl mengangguk membenarkan perkataan Finni. Rekan satu timnya telah bekerja keras selama ini. Sama sepertinya. Pergi menyamar dan mengawasi pergerakan jaringan berbahaya ini. Dulu rasanya tidak mungkin manusia bisa mampu melakukan begitu banyak hal dalam satu waktu. Entah seberapa pintar Arthur, Earl berharap ia tidak terlihat bodoh sekarang.

Earl hanya bisa menahan nafasnya ketika kasus mengenai Arthur sampai di meja kerjanya dan tak terhitung dari setiap negara dengan berbagai kasus. Amerika, Inggris, jelas dia penjelajah Eropa.

Tapi bagaimana mungkin ia singgah di negara berkembang seperti negaranya. Apa yang ia cari? Masih menjadi misteri sebenarnya. Untuk apa Arthur melakukan semua hal bodoh itu jika hanya untuk matrealistis seperti uang.

Dengan kasusnya seperti sekarang mungkin seluruh negara akan memajang tubuhnya di musium dan memasukkannya ke dalam sejarah dunia sebagai kriminal paling berbahaya di dunia.

Earl memijat kepalanya sakit. Tubuhnya sangat lelah saat ini tapi pikirannya terus melayang memikirkan pertemuan romantis mereka. Ia tidak akan pernah bisa tidur dengan nyenyak mulai dari sekarang. Earl, ucapkan selamat tinggal pada jiwa tenangmu.

-Di suatu tempat-

"Aku tidak percaya bahwa kau minum anggur bersama seorang perwira menengah. Apakah kau sudah bosan hidup, Arthur?" Sebuah suara menginterupsi. 

Sesosok pria duduk dengan tenang di sofa berwarna marun dan menyesap rokok.

Dengan sikap tenangnya, pria yang tengah menatap riuhnya kesibukan kota dari lantai dua puluh tujuh hanya tersenyum kecil. Tangannya memegang gelas anggur yang belum ia sesap sedikit pun. Ia Arthur, menatap Jason dan dengan raut wajah angkuhnya.

"Aku akhirnya bisa bertatap muka dengannya Tidak bolehkah aku sedikit senang sekarang?" Tanya Arthur memandang Jason dengan tatapan sinisnya. Ia pun mulai meminum anggurnya kemudian mengambil botol anggur dan membaca labelnya disana.

Jason mendengus jengah dan memutar matanya tidak peduli. Ia kemudian menghisap rokoknya lagi sambil memandang Arthur dengan tatapan menerawang.

"Seumur hidup kita berada di satu lingkungan yang sama. Apa baru kali ini kau antusias dengan sesuatu?" Tanya Jason yang terdengar tidak tertarik mendengar jawaban dari Arthur. 

Arthur tertawa kecil.

"Aku akui." Jawabnya singkat. Jason tersenyum mencemooh.

"Oh haruskah aku memberimu selamat dan membawanya padamu sekarang?''

"Tidak perlu... biar aku sendiri yang menjemputnya. Mungkin di dalam mimpi buruknya." Ucap Arthur tersenyum misterius. Jason yang mendengarnya hanya bisa terkekeh kecil sambil menghembuskan asap rokoknya dengan sedikit keras.

"Dasar psikopat setres." Ejeknya kemudian. Tapi pria yang diejeknya itu malah tersenyum senang. 

"Terima kasih pujianmu, Jason. Aku sangat senang." Ucap Arthur tidak dengan nada dibuat-buat. Sungguh, Jason langsung kesal hanya karena melihat senyuman Arthur.

"Persetan." Ucapnya jengkel.

Jason mematikan rokoknya dan kemudian berbaring di atas sofa. Menggunakan kedua lengannya sebagai bantal dan memejamkan mata. Arthur pun meletakkan gelas anggurnya dan kembali menatap keluar jendela dalam diam.

Itulah yang Jason perhatikan sejak dulu. Arthur adalah pria berkomitmen tinggi. Ia jenius dan mampu mengatur segalanya dalam sekejap mata. Berhasil melakukan tindak kriminal di seluruh negara. Menjadi buronan kelas international yang saat ini buronan itu tengah bersantai menatap keluar jendela.

Siapa yang sangka bahwa semua yang dikerjakan Arthur berawal dari keisengan belaka. Jason tidak habis pikir. Dulu sewaktu mereka masih muda, Arthur memintanya untuk membantu dan bergabung di timnya untuk meretas sistem pertahanan Jerman. Jason tekankan, mereka saat itu hanya sekedar melepas rasa bosannya. Bodohnya, Jason malah menurutinya dan ia sekarang seperti tidak bisa lepas dari sosok Arthur.

Ia tidak pernah meminta orang lain untuk terlibat dalam aksinya selain Jason seorang. Sampai pada akhirnya Arthur memiliki satu tujuan penting yang dimana Jason sendiri tahu seberapa bahayanya tujuan itu. Dan sekarang mereka sedang di tengah jalan menuju akhir dari tujuan Arthur. 

Dan baru kali ini Arthur begitu melayani usaha keras seorang perwira menengah negara kecil ini untuk bertemu pandang dengannya. Lucunya, Arthur benar-benar mengakui jika ia menyukai wanita itu. Demi tuhan, Jason hampir gila memikirkan Arthur yang jatuh cinta dengan gadis militer. Walaupun gadis militer itu memang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Dan memang dari pengamatannya, ia baru pertama kali menemukan wanita dengan bakat seperti itu. IQ-nya jelas tinggi, fisiknya kuat bagai kuda. Kepintarannya pun Jason tidak meragukannya. Apakah karena itu Arthur memperhatikannya dengan begitu spesial?

"Aku hanya bingung, di dunia ini banyak sekali wanita yang akan menyembahmu jika kau ingin. Tapi kenapa harus perwira menengah? Dan kau bertemu dengannya berbicara seperti sepasang manusia berbicara mengenai ramalan cuaca. Sungguh beritamu menyebar hingga ujung dunia sekarang. Mungkin kau akan jadi artis sebentar lagi." Ujar Jason frustasi mendengar kehebohan hari ini. 

Arthur hanya diam dan membuat Jason menghela nafas lelah.

"Yaa setidaknya kau laki-laki normal sejauh ini. Aku tidak perlu khawatir tentang orientasi seksualmu mulai dari sekarang." Lanjut Jason tersenyum begitu tenang. 

Arthur melirik tajam Jason. Mulutnya kadang bisa sejahat ini juga. Ia lalu berjalan dan duduk di kursi kerjanya. Semalaman memikirkan Earl membuat suasana hatinya tidak terlalu buruk walaupun Jason mengejeknya beberapa kali.

"Hanya Earl yang mampu bersanding denganku saat ini. Hanya saja, aku masih belum menemukan apa firasat spesialku tentang Earl. Mungkin saja selama ini ketertarikanku padanya memang tanpa alasan." Kata Arthur mulai menyentuh pekerjaannya kembali.

Jason mendengus saja dengan senyuman kecil. Arthur sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Dan sekarang adiknya itu sedang jatuh cinta walaupun ekspresinya itu tidak menggemaskan sedikit pun. 

"Kau mungkin harus sesegera mungkin mengklaimnya dengan kejantananmu sebagai lelaki. Hingga wanita itu membuka hatinya dan memberimu segala yang ia punya seperti wanita pada umumnya." Jason berkata santai sambil memiringkan posisi tidurnya dan menopangkan kepala dengan sebelah tangannya. Arthur melirik Jason sebentar.

"Sayangnya Earl tidak seperti wanita pada umumnya. Kau akan tau saat kau bertemu dengannya secara langsung." Ujarnya percaya diri sekaligus bangga dengan wanita pilihannya ini. 

"Tidak, terima kasih. Aku tidak ingin merebut target saudaraku sendiri." Ujar Jason bercanda dan terkekeh kemudian. Tapi melihat ekspresi Arthur yang menatapnya meremehkan membuat Jason sedikit keki. 

"Aku hanya bermurah hati membiarkanmu menyelidiki sendiri Earl, Jason. Aku selalu memanjakanmu bukan?" Tanya Arthur dengan nada yang terdengar penekanan ketimbang bertanya. 

"Ck! Sial." Jason membuang muka dan memilih kembali berbaring. Dan Arthur kembali mengetik sesuatu di keyboardnya, mulai bekerja kembali.

"Aku tidak heran makhluk sepertimu jatuh cinta pada makhluk yang sama anehnya sepertimu." Kata Jason memejamkan matanya. Berusaha untuk tidur setelah semalaman melewati malam yang aneh.

Kali ini Arthur tidak menanggapi perkataan Jason. Imajinasinya kembali terngiang wajah kaget Earl. Ia pun tersenyum kecil dan kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi.

"... Earl Camilia." Gumamnya pelan.

avataravatar
Next chapter