webnovel

1

"Maaf pak, saya tidak sengaja." Gita sungguh tak menyangka karena kecerobahannya ia menabrak seorang lelaki dan parahnya kini baju lelaki itu basah karena tumpahan kopi panas yang dia bawa. Gita segera merogoh tasnya mencari tisu dan mencoba untuk membersihkan noda pada pakaian lelaki tersebut, namun dengan kasar tangan Gita di tampik lelaki tersebut.

"Jauhkan tangan anda dari pakaian saya!" ucapnya tegas, Gita menundukan kepalanya takut. Pasalnya ini adalah kesalahannya karena tidak bisa hati-hati.

Lelaki itu memperhatikan penampilan Gita dari atas turun ke bawah lalu kembali lagi ke atas tepat di wajah gadis gendut itu, apa gadis ini bolos, dasar anak jaman sekarang bisanya hanya membuang uang orang tua, mereka beralasan sekolah tapi kenyataannya malah mejeng di cafe.

Lelaki itu tersenyum meremehkan, "Bolos, lalu pergi ke cafe? Dasar anak sekolah jaman sekarang." Gita mengangkat kepalanya dan menatap tajam lelaki yang sepertinya berusia 22 tahun ini, sungguh wajah pria ini sangat tampan dan berwibawa tapi semua itu hilang begitu saja dengan sikapnya yang menyebalkan.

"Maaf pak, tuan, mas, apalah itu. Kalau anda tidak tau permasalahan saya sebaiknya anda jangan sembarangan berbicara tentang saya. Memangnya anda siapa berani komen tentang kehidupan saya. Dan untuk baju anda saya akan ganti rugi, tapi tidak sekarang karena saya harus segera pergi." sungguh Gita sudah telat ke tempat kerjanya, tadi dia mampir ke cafe x hanya untuk membelikan titipan temannya yang sedang menunggunya di tempat kerja.

Gita memilih pergi dari sana karena dia sudah semakin telat, namun langkahnya terhenti karena tangannya di cekal oleh pria tersebut. Gita menoleh, "Nanti kita selesaikan tuan. Tapi saya benar-benar harus pergi." ah dia benar-benar telat kali ini, dia tak ingin di pecat karena masalah sepele ini. Sungguh kenapa pria ini tak mau melepaskannya.

"Your phone." dia menengadahkan sebelah tangannya meminta ponsel. Gita yang tak mau ambil pusing pun segera merogoh kantong seragamnya lalu menyerahkan ponsel tersebut.

"Okay, sekarang saya harus pergi." kali ini Gita benar-benar pergi, dia berlari mengejar bus di depan sana, dengan tubuh gempalnya untung saja dia masih bisa mengejar bus tersebut.

Gilang hanya memperhatikan kepergian gadis SMA itu hingga masuk ke dalam bus dan hilang karena bus yang berlalu.

------------***--------****----------

Setelah turun dari bus Gita segera masuk ke tempat kerjanya dengan sedikit berlari tanpa berbasa-basi dia langsung berganti pakaian, nafasnya tersengal-sengal, "Kamu kenapa Git." tanya Ayu teman Gita di tempat kerja, ya Ayu adalah teman yang sangat mengerti dan selalu saja menolong Gita di saat seperti ini. Ah bersyukur sekali dia memiliki teman yang sangat baik seperti Ayu.

"Tadi ada problem sedikit tapi it's okay udh clear ko." ucap Gita kemudian berlalu untuk melakukan pekerjaannya.

Gita bekerja di salah satu rumah makan terkenal di Jakarta, rumah makan bernuansa Jepang ini menyajikan berbagai hidangan ala negri sakura itu. Tapi tak hanya itu, nuansa di sini di buat agar kita berasa sedang berlibur ke negara aslinya. Entahlah siapa pemilik restoran ini tapi dia bersyukur bisa bekerja disini.

Kali ini restoran tampak ramai. Dan Gita tak hentinya melayani setiap pengunjung yang datang, walau memiliki badan yang gempal namun dia adalah pekerja yang sangat gesit dan juga terkenal murah senyum terhadap setiap pelanggan.

Melakukan pekerjaan seperti ini memang harus dia lakukan apalagi saat ini dia hanya tinggal bersama sang ibu di Jakarta, dan itu membuat dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga pengobatan sang ibu yang sedang sakit, Gita bersyukur sekali Allah memberikan kesehatan kepadanya sehingga dia bisa bekerja di tempat ini.

Dulu Gita adalah anak perempuan dari keluarga yang berkecukupan namun saat kematian ayahnya dan sang ibu yang sakit. Dia harus menopang beban kehidupan keluarganya dan dia harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan teman sebayanya.

Tapi tak apa, dia senang bisa membantu sang ibu yang sedang sakit.

Waktu terus berjalan dan tak terasa kini jarum jam sudah menunjukan pukul delapan malam, itu berarti waktu kerjanya telah usai. Gita pun segera bergegas merapikan diri dan pulang. "Langsung pulang Git?" Tanya Ayu yang sedang memasukkan baju kotornya ke tas. Gita mengangguk, "Aku duluan."

"Hati-hati." Ayu memandang Gita dengan senyum yang mengembang, dia benar-benar bangga dengan Gita terutama dengan semangat juang yang dimiliki gadis itu.

Di luar hujan terus saja turun tak hentinya, pikirannya khawatir terus menyelimuti Gita, bagaimana keadaan ibu dirumah. Gita merogoh tasnya mencari ponselnya untuk menghubungi sang ibu di rumah, namun naas ponselnya tak ada dan dia baru ingat bahwa ponselnya sudah jadi barang jaminan.

Gita yang kesal karena tidak bisa menghubungi ibunya hanya dapat memandang suasana kota yang ramai. Gita selalu berharap akan ada keajaiban suatu hari nanti memiliki kehidupan yang layak dengan ibunya kelak.

Ia menghela nafas, meratapi nasib kehidupannya. Tak berapa lama hujan pun reda berganti dengan rintik-rintik air hujan yang lebih pelan. Gita pun menerobos hujan dengan tas yang ia taruh di atas kepala agar tak membasahi tubuhnya. Namun semua sia- sia karena ukuran tubuhnya yang gempal hal hasil dia hanya dapat menyelamatkan kepalanya, setidaknya dia tidak akan pusing karena rintikan hujan yang mengenai langsung ke kepalanya.

Gita menunggu bus yang sedari tadi tak menampakkan dirinya di halte bus, dan sekarang dia harus menahan sakit di perutnya akibat dia telat makan. Gita merogoh tasnya mencari obat pereda asam lambung yang selalu setia berada di dalam tas, dia pun meminjmnya, Gita memejamkan matanya setelah minum obat setidaknya itu akan membuatnya lebih baik. Setelah menunggu beberapa menit bus pun datang, dengan cepat Gita menaiki bus tersebut dan duduk di pinggiran kaca sambil memperhatikan kehidupan malam di kota Jakarta yang amat padat ini.

Tak terasa kini Gita telah sampai di depan rumahnya. Gita tak sabar untuk membilas badannya dengan air hangat lalu segera merebahkan dirinya di atas kasur, sungguh hari ini adalah hari yang melelahkan baginya.

Tapi saat semakin dekat dengan rumah, Gita di buat bingung pasalnya ada sebuah mobil yang terpakir di halaman rumahnya. Mobil siapa gerangan.

Tak mau semakin penasaran Gita pun masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum bu.. " ucapnya dari luar, Gita melepas sepatu dan menaruhnya di rak yang terdapat di sana. Dan kenapa banyak sekali sepatu dan sendal, apa ada tamu? Tapi siapa? Hmm mungkin teman ibu kali ya.

"Wa'alaikumsalam nak.. ko baru pulang?" ibu menyambut Gita di depan pintu, tumben sekali.

"Iya tadi kejebak hujan, terus busnya lama." Jawab Gita, Gita menatap sang ibu, memegang tangan ibunya yang terasa dingin.

"Ibu ko di sini? Angin malam tidak Bagus, nanti kalo ibu sakit gimana? Lain kali ibu ga boleh nunggu Gita di depan pintu." Gita mengomeli sang ibu, namun ibunya malah tersenyum mendapati sang Putri yang memarahinya.

"Ibu ko malah senyum sih?" Gita mengerutkan keningnya dengan sikap sang ibu malam ini. "Oh iya bu, itu mobil siapa? Ada tamu?"

"Ada yang mau ibu kenalin sama kamu. Ayok mereka sudah menunggu." ibu sangat semangat dan terlihat di wajah ibu yang begitu senang.

Di lihat ruang tamu yang sedikit ramai, disana ada seorang wanita paruh baya namun terlihat masih cantik dan bergairah, sedangkan di sampingnya seorang lelaki paruh baya juga namun tetap gagah dengan pakaian mewah yang melekat pada mereka.

"Kinan ini anak ku, namanya Gita andita." ucap ibu memperkenalkan ku, dan kedua orang itu tersenyum ramah, lalu sang wanita paruh baya itu menghampiriku dengan senyum yang amat cantik.

"cantik seperti mu." Ucap wanita cantik di hadapan Gita, "...Kenalin tante adalah tante Kinan bundanya Gilang. Itu ayahnya Gilang. Kami sahabat lama ibu kamu." Gita menganggukan kepalanya dan tersenyum ramah.

"Salam kenal tante, saya Gita. Maaf tante Gita bau keringat nih, baru pulang kerja." Ucap Gita tidak enak.

Tante Kinan tampak terkejut saat mendengar penuturan Gita. "Kamu anak yang baik. Lestari pasti bangga memiliki anak yang cantik dan pekerja keras sepertimu." Tante Kinan tersenyum lagi kepadaku.

Asik mengobrol, seorang pria datang di sela obrolan mereka, "Maaf tante tadi Gilang pakai toilet cukup lama." ucap suara dari arah dapur. Tunggu suara itu, kaya pernah denger, Gita menoleh dan mendapati lelaki yang ditemui saat di cafe tadi.

Sontak mereka berdua terkejut karena bertemu di tempat ini, bahkan lebih parahnya di rumah Gita. "Kamu..." ucap Gita dan Gilang bareng dengan ekspresi bertanya-tanya. Sedangkan tante Kinan yang melihatnya hanya tersenyum kecil.

"kalian sudah saling kenal? Kalo gitu Bagus kan, jadi perjodohan kalian akan di percepatan."

"What.." ucap mereka dengan kompak, sambil menatap kearah Kinan dengan terkejut.

"Wah kalian kompak sekali, ternyata kalo jodoh emang ga kemana ya."

"No.. " ucap Gilang.

Next chapter