3 Zulen dan Uchiwa (chapter 3)

...

'' hah???????!'' saking terkejutnya Arisa, dia tak bisa mengatur volume suaranya. meski tak pandai berakting , dia tetap anak teater.

Zulen mundur satu langkah kebelakang sambil menutup telinganya yang sensitif.

'' astaga! Bisa budek aku"

Arisa yang merasa tak enak, langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang bebas. Zulen sekali lagi memberikan pandangan dalam kepada Arisa.

'' kau, jangan dekat-dekat, aku nggak tau tuh, kita pacaran'' Arisa memberi peringatan, ia menyadari gerik Zulen yang bermaksud lebih dekat dengan dirinya.

Zulen menaikan satu alisnya. Sambil memiringkan kepala sedikit.

'' ha.. apa yang salah jika aku ingin dekat dengan pacarku?'' ujar Zulen sambil menghela napas.

'' ap.. apa kau bilang?...''

Arisa yang bertepuk sebelah tangan selama ini mendengar ucapan Zulen yang demikian itu, tak mungkin bisa memungkiri bahwa kata-kata tersebut membuatnya lemah.

" Hentikan... '' tangan Arisa berusaha menutupi wajah nona nya yang memerah.

Zulen kembali berkata-kata.

"Arisa apa ada yang salah dengan kepalamu? Bagaimana bisa kau bilang tak tau? Kau tak ingat, kita sudah pacaran selama 3 bulan lebih ha...'' Zulen mencubit kulit diantara alisnya.

Mendengar kata-kata itu, Arisa merasa di provokasi, bagaimana bisa ingat, kalau hal tersebut memang tak pernah terjadi sebelumnya.Namun dia memilih diam. Zulen yang memperhatikan itu pun merasa tak perlu membahas hal tersebut lagi.

'' ah, maaf... Kata-kataku pasti kelewatan lagi" Zulen mengusap kepala Arisa berharap gadis itu merasa lebih baik.

Belum sempat Arisa merespon usapan lembut di atas kepalanya, Zulen mendorong Arisa sedikit sehingga Arisa masuk lebih dalam ke celah tangga.

" A.. a... A...'' Arisa gugup luar biasa, Zulen begitu dekat dengannya, sampai ia bisa merasakan hangat tubuh Zulen di permukaan kulitnya.

'' shuuush... Diam. Ada yang datang'' perintah Zulen tanpa melihat ke arah Arisa. Arisa terpaku melihat wajah Zulen yang tiba-tiba berkilauan.

Derap kaki menuju lantai 2, jadi jelas kemungkinan, itu teman-teman perempuan di kelas Arisa. Suara langkah pun menjauh. Zulen terlihat lega.

" Apa yang kau lakukan, mesum! Sengaja ya! " Arisa mendorong Zulen dengan keras meluapkan rasa malunya melalui tindakan itu

'' ow.. kenapa lagi? '' Zulen kembali bingung

'' kenapa kau lakukan itu?....'' wajah Arisa memerah , dia sangat malu , terlihat seperti mau menangis, tapi di detik yang sama reaksi itu sangat imut.

Zulen, melebarkan pengelihatannya. Dia pun ikut malu.

'' .... A.. anu, kita kan pacaran diam-diam, jadi teman kelas tak ada yang tau... Jadi maksudku.. .. a.. maaf kalau kau terkejut'' Zulen menjawab sambil mengatur rambutnya yang bahkan tidak berantakan.

Arisa membuat ekspresi marah bercampur malu, sambil menggempal kelima jari dan meletakkannya di dekat bibir, sehingga Zulen semakin gelagapan.

'' ka.. kau tau , aku anak laki-laki paling dibenci sekelas. Kalau mereka tau, kau mungkin tidak akan nyaman oleh mereka"

Pernyataan Zulen membuat Arisa kesal

'' tapi! aku dan Uchiwa tidak membencimu, jadi bukan sekelas'' spontan Arisa menyanggah

Zulen diam, namun kemudian Zulen menghadiahkan senyum hangat ke arah Arisa. Arisa yang tak tahan dengan serangan mendadak itu, berusaha kabur, namun malang karena dia orang yang ceroboh dia tersandung kaki sendiri.

BRUAK...

Keduanya diam.

" Fhhtt.... ''

'' Kau tertawa?'' kedua lutut Arisa masih di atas lantai

'' hah? '' Zulen pura-pura tak tahu

''ck... Uh...''

Arisa berdiri perlahan kemudian lari secepat kilat.

" ... Ha.. ini sulit '' ujar Zulen

...

Arisa berlari ke arah halaman depan penginapan. Suasana sepi karena anak-anak kelas semua berkumpul ke halaman belakang. Arisa berlari sambil menutup matanya rapat-rapat, dia sesekali mengeram karena kesal telah menunjukkan sisi memalukan dirinya di depan Zulen.

BRUAK...

Lagi-lagi Arisa jatuh.

''uh.. ini pasti mimpi'' rengek Arisa sambil menahan nyeri pada kedua lututnya yang lecet.

Arisa berhenti mengkhawatirkan lututnya ketika melihat sebuah sosok, terlihat mendekat. Halaman depan penginapan yang sepi, dan suasana malam yang mencekam ditempat asing membuat Arisa harus waspada. Dia siap-siap lari kembali ke dalam penginapan.

'' ah . Tunggu! '' teriak sosok itu.

Siapa yang mau. Pikir Arisa yang tetap menggerakan langkahnya.

'' Aku akan mengeluarkanmu dari tempat asing ini! '' teriaknya lagi, membuat Arisa menghentikan kedua kakinya.

"..... '' Arisa yang seharusnya merespon dengan pertanyaan sungguh? Tak bisa mengatakan itu.

Klek. klek. Klek. Sisi-sisi rubrik yang tidak tersusun itu berputar tiga kali sehingga membuat beberapa sisi balok menjadi teratur.

" Ah, bunyi apa itu? '' Arisa mencari-cari sumber suara. Ditengah kebingungannya sosok itu lari ke arah Arisa dengan kecepatan luar biasa, Arisa yang terlambat menyadari itu, dan baru saja ingin lari kembali, tak berkutik ketika pergelangan tangannya di genggam erat.

" Zulen?... '' ucap Arisa perlahan, tapi ada yang berbeda, sosok Zulen yang ada di depannya ini terlihat lebih dewasa, berambut putih dan berkulit pucat. bila melihat matanya, maka akan tergambar rasa lelah yang menerpanya.

" Zulen.. rambutmu kenapa?!''

" Shut up idiot, or I break your wrist ''

Arisa cepat-cepat mengangguk. Mari lupakan soal rambut itu.

Setelah tenang, Zulen memberikan isyarat kepada Arisa untuk mengikutinya.

Tapi Arisa menolak.

" Nggak'' Arisa menggeleng takut-takut

Zulen yang ini menatap tajam ke arah Arisa yang tak mengindahkan perintahnya, sungguh nostalgia.

'' wow, ini beneran Zulen yang aku tau'' ia senang namun hatinya tak bisa berbohong kalau itu tindakan Zulen menyakitinya.

'' Apa sih yang kau lakukan disini?!'' Zulen menaikan nada suaranya.

Arisa yang tiba-tiba di bentak, merasa tak pantas mendapatkan itu. Ia bahkan tak mengerti kenapa dirinya bisa sampai kesini.

" maaf.. ''

Arisa mengangguk menerima permintaan maaf itu.

'' Arisa... kau pasti menyadari bahwa kejadian disini berbeda dengan yang pernah kau alami sebelumnya ya kan?, Ini dunia paralel ,artinya ini seperti sisi dunia yang lain yang memiliki cerita sendiri ''

Arisa merapatkan kedua bibirnya dan sedikit memiringkan kepalanya, dengan mata yang disipit-sipitkan, ia tak mengerti. Zulen tak menghiraukan hal itu dan tetap menjelaskan.

'' di dunia ini juga ada Arisa yang lain, jika kau terus disini... dirimu yang ada di dunia yang seharusnya kau berada akan lenyap''

'' apa? Terus kenapa kau bisa kesini?''

Zulen tak menjawab.

" Ayo pergi, Uchiwa in trouble when you not there. Im in trouble too''

'' What did just you say?'' sesuatu menghujam ke perasaan terlemah yang Arisa miliki.

Arisa mengatur napasnya, mengatur rasa kecewanya. Menyerahkan senyuman terakhir yang selalu menjadi tameng pelindung hatinya selama ini ke arah Zulen. Untuk pertama kali, dia ingin menyakiti hati Zulen seperti Zulen yang menyakiti hatinya.

'' Aku tak ingin kembali, ke tempat yang menyiksaku. Aku muak dengan Zulen dan Uchiwa di tempat aku berasal''

Air mata Arisa tak bisa terbendung lagi.

avataravatar
Next chapter