2 Realized (chapter 2)

Pembicaraan mereka bertiga semakin jauh, mengenang perjalanan saat bertiga saat mengikuti eskul teater yang hampir tutup serta usaha mati-matian demi mempertahankan klub itu.

Uchiwa dan Zulen pembicara terbanyak, dan Arisa kembali menjadi pendengar dan penengah yang baik seperti biasa.

" Saat itu kau bilang aku yang paling jelek diantara kita bertiga'' ujar Uchiwa sambil menunjuk ke arah Zulen

Zulen tak berdalih dan mengakui kalau memang dia menyatakan itu pada Uchi

Hah? bukannya Zulen bilang begitu padaku? Pikir Arisa

Arisa merasa perkataan itu diutarakan padanya saat pentas pantomim untuk perpisahan kelas XII tahun lalu. Ingatannya tidak akan salah. Arisa yakin itu.

" Bukannya Aku yang bertanya siapa yang paling jelek di antara kita ,terus kau bilang bahwa aku yang terjelek sambil menunjuk begini'' Arisa menirukan tindakan Zulen saat itu

Zulen menggeleng dan tersenyum ke arah Arisa dengan lembut.

" Nggak, Aku bilang Uchiwa yang jelek dan kau yang paling cantik saat itu''

'' apa -apaan, sejak kapan Zulen berkata manis padaku?'' pikir Arisa ,namun yang paling menganggu adalah perasaan dingin yang muncul seketika senyum Zulen terukir.

Arisa tak membalas malah tersenyum ke arah Uchi, lalu berkata-kata.

" Saat itu, bagiku Uchiwa yang paling cantik"

" Nggak!'' sanggah keduanya

Arisa semakin mematung.

"Sejak kapan ,keduanya bisa berbicara kompak? ''

Arisa mengingat mereka yang selalu berdebat dan merasa aneh karena kekompakan mereka. Arisa menyadari ada sesuatu yang ganjal sampai -sampai membuat tengkuk lehernya terasa pegal. Diwaktu yang sama pula Arisa merasa kesal dengan kejadian yang dilihatnya barusan. Dia cemburu, tapi dia tak menyadarinya.

" Oh..'' kataku akhirnya.

Mereka terdiam mendengar reaksi Arisa, namun pura-pura tak merasa terganggu dengan hal itu. Tak lama setelah kejadian itu, tugas mereka pun selesai. Sambil bergegas mengangkat rebusan jagung-jagung hangat itu, ketiga muda-mudi itu menyajikan kepada teman-teman mereka.

'' kalian ini bisanya makan aja, nggak tau apa susahnya Arisa biar kalian bisa maka enak'' celutuk Uchi Karena merasa tak adil

Karena ucapan Uchiwa , konsentrasi teman-teman tertuju pada Arisa

''Heh?''

" Makasih ya Arisa .. maaf ya, kami nggak tau'' jawab salah satu teman Arisa yang bernama Nurul sehingga yang lain pun ikut-ikutan.

Bagaimana bisa tak tau pikir Arisa yang membuatnya merasa tak di hargai.

" Er..., tak apa. Aku dibantu Zulen dan Uchiwa juga'' jawab Arisa sambil merapatkan jari-jarinya

Arisa yang tak pandai membawa situasi menjadi ceria karena jawaban yang senada dengan suasana hatinya membuat udara menjadi berat.

Suasana pun mencair ketika Bu Rose datang. Arisa perlahan diam-diam menyingkir ketika suasana mulai meriah. Dia ingin beristirahat, dan suasana ramai bukan suasana yang tepat untuk menghilangkan capek.

Tanpa mengajak Uchi, dia pun duduk di balik tangga penginapan tepat di bawah tangga menuju lantai dua. Tempat anak perempuan tidur nanti.

Gadis itu duduk, memegang kedua tempurung lututnya, kemudian meletakan dahinya. Entah kenapa perasaannya menjadi sedikit hampa.

'' aah.. ini momen penting kenapa kau jadi sedih begini sih. Harusnya kau bisa manfaatkan acara ini biar lebih dekat dengan Zulen '' celoteh Arisa pada dirinya sendiri.

Seketika Arisa merasa kecil hati.

" What? '' Arisa menyadari ada sesuatu melingkar di lehernya.

Kalung? Sejak kapan aku memakai yang beginian? Ini punya siapa? Hah?

Arisa menyadari bentuk mata kalung yang melekat padanya, seperti sesuatu yang dia kenal.

" Kubus Rubrik? Apa sih? Kenapa banyak sekali hal yang tak sama dengan ingatanku..''

Arisa berhenti berbicara, sebuah pernyataan yang diucapkan beberapa saat lalu oleh dirinya sendiri membuatnya bungkam.

Ingatan-ingatan melintas dalam pikiran Arisa, acak...dan tak terdefiniskan. Kemudian apa yang barusan muncul itu terasa tak asing baginya.

Dengan hati-hati dia berbicara dengan penuh keraguan bercampur rasa cemas

'' aku ...sebenarnya ada di mana? '' instingnya memberitahu kalau penginapan itu bukan yang ada dalam ingatannya dahulu.

Belum sempat untuk menenangkan diri.

Dia menyadari namanya dipanggil berulang kali, Arisa yang mendengarnya itu pun menyahut.

"Ya'' Arisa keluar dari persembunyiannya, mendapati sosok yang membuatnya tadi merasa kecewa.

Mata kedua orang itu bertemu.

'' Zulen, kau kah yang manggil?'' Arisa bertanya sambil menelan rasa gugup. Dia berusaha biasa.

'' sudah kuduga kau disini. Aku payah mencari'' jelas Zulen

'' mencari? Aku? Kau ? Kenapa?'' Arisa merasa tak percaya, wajahnya nampak bodoh.

Zulen menatap tajam ke arah Arisa.

'' ya elah, ini kan kemah. Tentu saja mau menghabiskan waktu denganmu''

Arisa melongo, sejak kapan Zulen begini.

" Ada apa sih?'' tanya Zulen sambil menunjukkan wajah tak suka, sebab reaksi yang diberikan Arisa menyakiti perasaannya.

Lagi-lagi rekaman ingatan Arisa melintas dengan cepat sehingga membuat Arisa merasa pusing.

Dalam ingatannya itu, dirinya yang mencari Zulen, dengan kondisi wajah memerah ia menyapa Zulen. Bukan hal yang menyenangkan yang ia selanjutnya dapatkan. Zulen malah pergi dengan hardikan yang sangat mengecewakan.

" Kau kenapa perhatian padaku?'' Tatapan tajam menusuk jantung Arisa.

Arisa diam, ingin sekali dia menjawab tapi rasa malu membuatnya mengurungkan niatnya.

" Nggak usah sok baik'' tambahnya yang kemudian pergi tanpa menoleh

Kata-kata itu sudah sering di dengar oleh Arisa namun entah kenapa bila Zulen yang mengatakannya Dadanya terasa sangat sakit.

" apa hal yang barusan itu?'' rintih Arisa menahan nyeri di kepalanya, ia linglung.

'' kau kenapa?'' Zulen mendekati Arisa yang tiba-tiba pucat.

'' Ah! Kau kenapa sih?! kenapa kau tiba-tiba perhatian padaku! Kau tak pernah begini'' teriak Arisa sesaat Zulen ingin membopong Arisa yang hampir saja jatuh.

Arisa mengatakan hal yang sama, hal yang selalu dikatakan oleh Zulen dahulu.

Tak lama kemudian, nyeri di kepalanya reda. Arisa mematung berusaha mengatur memorinya yang berantakan. sehingga membuat Zulen khawatir.

Ini tidak benar, pikir Arisa. Soal kita bertiga memasak jagung itu sampai selesai juga kebohongan, kita tidak bisa menyelesaikannya. Kita meninggalkannya, karena teman kelas tiba-tiba mengambil tugas itu. Kita juga tak bisa menyelesaikan obrolan kita seperti yang kita inginkan.

'' ini nyata , atau ingatan itu yang fiksi belaka?''guman Arisa

" Kau juga pasti Zulen palsu'' ujar Arisa dengan suara lemah. Dia benar-benar kebingungan.

Zulen diam. Lalu dia memutuskan untuk menjawab.

''Ucapan macam apa itu? Tentu saja aku Zulen''

" dan Aku ini ... pacarmu"

'' Hm? tunggu kau pacarnya siapa?'' Arisa merasa salah menyimak

'' kamu!'' tunjuk Zulen kearah Arisa

'' pacarku'' telunjuk itu balik menuju arahnya.

'' haaaahhhhh?????''

Bunyi Klek terdengar. Satu sisi kubus pada mata kalung berbentuk Rubrik yang ada di leher Arisa berputar.

avataravatar
Next chapter