15 #15

Mereka berjalan menyusuri lorong menuju UKS yang lumayan jauh karena sekolahan mereka yang hampir mencapai 34,762 M² membuat mereka harus bersabar untuk berjalan kesana,sesekali Syafid melihat Putri yang masih diam menghadap depan.ia tak menyangka akan ada orang yang mengetahui bagaimana kondisinya saat sedang jatuh sakit walapun ia berbohong kalau ia sehat,memang beberapa bulan yang lalu Putri juga sangat perhatian padanya saat sedang sakit,Putri memberikan perhatian yang penuh seperti menyuruhnya makan,meminum obat dan istirahat,namun ia selalu saja mengabaikan perhatian dari Putri hingga sekarang ia baru sadar betapa senangnya ia jika ada yang sangat peka terhadapnya.

"kok kamu tahu kalo aku bohong? " tanya Syafid sambil memandangi Putri yang masih saja menghadap ke arah jalan.

"kan aku pernah bilang sama kamu, mau seberapa keras kamu nyembunyiin apapun dari aku.aku pasti tau karena mata kamu nggak bisa bohong walaupun mulut kamu berbohong,tapi mata nggak akan pernah bisa bohong" ujar Putri yang kini terhenti sambil menatap Syafid yang kini menatap ke arah lain untuk menghindari Zina mata.

"tau dari mana kamu? " tanya Syafid.

"kalau kamu mau tau orang itu jujur tau nggak,kamu lihat matanya,karena mulut bisa saja berdusta,namun mata nggak akan bisa berdusta" ujar Putri dengan ekspresi yang sangat memiliki arti,namun Syafid tak tau apa itu.

"tapi nggak semua orang kayak kamu,punya rasa peka yang tinggi"

Putri tak menjawab perkataan dari Syafid karena mereka sudah tiba di UKS,ia membaringkan Syafid di kasur lalu pergi mencari orang yang berjaga disini.Hasilnya nihil,ia tak menemukan satupun orang yang berjaga disana.Ia terpaksa harus merawat Syafid karena takut demamnya akan semakin parah.

"aku iri sama kamu" ujar Syafid.

"iri soal apa? " tanya Putri sambil meletakkan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat ke dahi Syafid.

"kamu kuat,nggak kayak aku yang sering sakit-sakitan" Ujar Syafid sambil memandangi langit-langit.

"kita itu sama.kita sama-sama punya penyakit mag,darah rendah, mudah kelelahan lalu jika terlalu lelah pasti kita kena tipes.tapi menurutku kamu lebih sehat dari pada aku" ujar Putri yang duduk disamping Syafid sambil membaca novel.

"maksud kamu kamu punya penyakit lain, apa put?" tanya Putri yang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Putri tadi.

"kamu nggak perlu tau" jawab Putri dingin.

"aku inget pertama kali aku sakit waktu masuk SMK ini saat kita sedang kemah,magku kambuh saat hampir api unggun" ujar Syafid sambil memandangi Putri yang sedang fokus membaca buku.

"sebentar,kamu cowok yang waktu itu tiduran di kasur UKS? " akhirnya Putri angkat kata karena ia penasaran dengan apa yang dikatakan Syafid.

"iya.waktu itu aku liat cewek yang sama kayak aku lagi sakit mag,guru ambilin aku sama dia makanan tapi aku bilang udah makan.aku nggak tau cewek itu yang harus ngabisin itu semua,padahal aku lihat itu banyak banget.trus aku minta ijin guru buat ikut api unggun,yah tinggal dia sendirian deh disana,kamu tau aku di UKS dari mana? "ujar Syafid yang terlihat girang seakan sangat senang setelah menceritakan kelakuan jahilnya.

"cuman nebak" jawab Putri singkat lalu mengambil handphonenya,ia mencoba mengirim pesan kepada seseorang yang Syafid tidak mengetahui siapa orang itu.

"kamu chat sama siapa? " tanya Syafid yang saat ini tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi,tak biasanya ia penasaran dengan urusan perempuan lain selain keluarganya.

"Rama,aku minta tolong setelah istirahat ke sini buat nemenin kamu" jawab Putri sambil mengembalikan pandangannya kepada novel yang ada ditangan.

"oh" jawab Syafid yang entah kenapa sangat sebal dengan sifat Putri yang tiba-tiba saja dingin.

"pulang nanti makan yang banyak,terus minum obat yang udah aku taruh di loker kamu,kalo udah istirahat".

Entah ada apa gerangan jantung Syafid seakan sedang berdering dengan kecangnya,ia tak pernah mengalami perasaan seperti itu sebelumnya.ia tau dibalik dinginnya Putri ada kehangatan yang tak semua orang bisa merasakannya,seperti hati Syafid yang bagaikan es kini telah perlahan mencair karena usaha Putri.

avataravatar
Next chapter