webnovel

KARIN SANG PENAKLUK

"Kamu telah menyakiti hatiku Karin!" serak suara Aska dengan tatapan mata yang terluka.

"Aska? apa maksudmu? Ya Tuhannnn! kamu telah salah paham!" ucap Karin masih sedikit bingung bagaimana Aska bisa di hadapannya. "Dan kenapa kamu bisa sampai di sini? bukannya kamu harusnya di kantor?" tanya Karin beruntun.

"Apa kamu bingung karena aku bisa sampai di sini, dan mengetahui kebohongan yang kamu lakukan?" tanya Aska dengan wajah memerah. Karin menatap Aska tajam, mendengar tuduhan Aska yang tak mendasar.

"Issssshhhhhh kamu! apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan!" Gemas Karin menatap Aska, kemudian beralih menatap ke arah jalanan, sambil berpikir bagaimana cara menjelaskannya pada Aska. Edo yang menunggu lama di dalam, terpaksa keluar untuk mengetahui apa yang terjadi hingga Karin lama masuknya ke dalam mobil. Wajah Edo nampak terkejut saat melihat Aska yang sudah di hadapan Karin, dengan wajah yang memerah padam.

"Karin, apakah Aska salah paham, apa aku harus menjelaskannya padanya?" tanya Edo yang bisa membaca suasana dan wajah Aska yang terlihat cemburu.

"Tidak perlu, kamu tetap lah di dalam Do. Aku mau bicara denganmu sebentar." sahut Karin pada Edo, kemudian menatap dalam ke wajah Aska

"Aku minta kamu jangan kemana-mana, aku harus bicara dengan Edo sebentar. Ingat Ka! jangan kemana-mana!" pesan Karin dengan wajah yang serius. Karin membuka pintu mobil dan segera masuk.

"Apa yang terjadi Rin, seperti Aska salah paham dengan kita?" tanya Edo yang merasa tidak enak.

"Dia memang salah paham, tapi jangan di pikirkan. Sekarang masalahnya kue tart ini harus sampai di rumah tanpa Aska tahu. Apakah kamu bisa membantuku untuk mengantar kue tart ini ke Mommy?" pinta Karin penuh harap. Dan aku juga minta tolong, sampaikan pada Mommy untuk menyimpan kadoku ini. Bagaimana Do? apa kamu mau membantuku?"

Edo tersenyum kalem,

"Aku akan membantumu, jangan kuatir. Kue tart dan kadonya akan sampai pada Mommy Aska. Sekarang redamkan amarahnya Aska,

kasihan jika di salah paham." ucap Edo dengan senyum yang masih tersimpan.

"Hem, terimakasih banyak ya Do." ucap Karin sambil menepuk pundak Edo, kemudian bergegas keluar dari mobil.

Karin melihat Aska masih berdiri di samping pintu mobil dengan tatapan yang rumit, wajahnya terlihat memerah sekaligus bercampur pucat.

Karin menghela nafas panjang sambil memijit pelipisnya. Sungguh hari ini hari yang sangat melelahkan.

"Ayo ikut aku." ajak Karin menggandeng tangan Aska dan menggenggamnya erat. Aska yang tak mengerti dengan tujuan Karin, hanya bisa menatap Karin tak berdaya.

"Karin, pak Damar menunggu di sana." ucap Aska sambil menunjuk mobil yang terpakir di ujung jalan.

"Biarkan saja pak Damar pulang, kita naik taxi saja." jawab Karin tanpa melihat Aska.

Masih dengan mengenggam jemari Aska, Karin menyetop taxi yang kebetulan lewat.

"Ayo masuk." Karin masuk ke dalam taxi lebih dulu kemudian menarik lengan Aska agar segera masuk.

"Ini mau kemana mbak?" tanya sopir taxi melihat Karin dari kaca spion depan.

"Ke Taman Sanduri pak." jawab Karin singkat.

Karin melirik ke wajah Aska yang lagi terpejam bersandar, nampak wajahnya terlihat lelah.

"Kamu lelah?" tanya Karin memegang kening Aska kuatir jika Aska demam. Aska memiringkan kepalanya ke kiri membalas tatapan mata Karin yang kuatir.

Aska menghela nafas panjang mencoba membuang rasa kecewanya.

"Bisa kamu menjelaskannya sekarang?" tanya Aska dengan perasaan kecewa yang masih menggayutinya.

"Di rumah nanti aku akan menjelaskan semuanya, sekarang aku hanya bisa katakan, aku dan Edo tidak ada apa-apa. Dan apa yang kamu pikirkan jika itu negatif, maka itu tidak benar! kamu percaya padaku kan?"

tatap Karin lembut.

Aska menatap bening mata Karin, mencari apa ada kebohongan di sana, namun tetap seperti dulu, hanya sebuah kejujuran dan ketulusan yang nampak terpancar di mata bening Karin.

"Emm, aku percaya padamu." jawab Aska ringan, dengan hati yang mulai lega, walaupun tanpa tahu lebih dulu ceritanya.

"Oppa yang tampan." puji Karin dengan tersenyum manis, saat Aska bilang telah percaya padanya.

"Kita ke Taman Sanduri sebentar ya? ada kolam ikan yang indah di sana dan kelebihannya di sana kita masuk ke dalam kolam itu, kamu pasti suka melihatnya,." ujar Karin dengan antusiasnya.

Askapun tersenyum tipis melihat Karin yang nampak terlihat senang.

"Sudah sampai mbak." ucap pak sopir memberitahu jika tempat yang di tuju sudah ada di depan mereka.

"Ayo turun Ka." ucap Karin pada Aska yang tertidur saat dalam perjalanan. Askapun terbangun dan mengikuti Karin yang turun dari taxi.

"Hhhuuuuaaaahhhh." Karin menghirup udara yang terasa sejuk dan nyaman,

"Di taman ini banyak sekali pohon besar yang rindang, jadi kamu tidak akan merasakan panas di sini." terang Karin pada Aska yang berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam kantong celananya

"Ya...di sini sangat nyaman, seperti berada di dalam hutan buatan." ucap Aska menimpali.

"Apakah kamu suka?" tanya Karin menatap Aska dalam.

"Sangat suka." jawab Aska tersenyum kalem

"Kita ke kolam ikan yuk, aku ingin melihatmu masuk ke dalamnya." ucap Karin dengan mata yang berbinar-binar.

"Terserah maumu, apa yang kamu suka saja." sahut Aska mencubit hidung Karin gemas.

Karinpun membalas cubitan Aska dengan mengecup bibir Aska secara kilat.

Aska menyentuh bibirnya dengan ibu jarinya, kemudian tersenyum nakal pada Karin.

"Lagi." pinta Aska, menahan tangan Karin yang akan manjauh darinya. Tubuh Karin berbalik sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Tidak sekarang." cicit Karin di sela-sela mulutnya yang tertutup. Karin berjalan cepat menuju ke kolam ikan yang sudah terlihat.

Aska berjalan pelan di belakang Karin dengan memegang dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri dan sakit. Namun di tahannya saat Karin memanggilnya.

"Askaaaa, ayo cepat kemari." teriak Karin yang sudah berdiri di pinggir kolam. Aska pun tersenyum mendekati Karin.

"Indah tidak pemandangannya Ka?" tanya Karin sambil menatap keindahan sekeliling kolam.

Aska yang berdiri di samping Karin, merengkuh pundak Karin.

"Sangat indah, seindah wajahmu." jawab Aska ikut memandang sekeliling kolam yang di kelilingi bunga mawar beraneka warna.

Selang beberapa waktu, Aska dan Karin duduk bersama, menikmati suasana yang nyaman dan damai di taman itu.

"Rin, kita pulang ya? aku sedikit mengantuk." ucap Aska yang sebenarnya mulai merasakan sakit pada dada dan perutnya.

Karinpun mengangguk, sambil melirik ke wajah Aska yang sedikit pucat.

"Ya Tuhan jangan lagi Aska kesakitan lagi di hari ulang tahunnya ini." jerit Karin dalam hati.

Sambil menggandeng tangan Aska.

Karin menelpon Pak Damar untuk menjemputnya di depan Taman Sanduri.

Selang beberapa menit menunggu, akhirnya dengan naik mobil Pak Damar, Aska dan Karinpun pulang ke rumah.

Dalam perjalanan pulang Aska tidur bersandar di pundak Karin dengan sedikit gelisah. Beberapa kali, memegang dadanya yang terasa sakit seperti di tusuk-tusuk belati.

Sampai di rumah, Karin membangunkan Aska dengan pelan.

"Aska bangun sayang, sudah sampai." ucap Karin sambil mengusap lembut pipi Aska.

"Hemm." Aska berlahan membuka matanya, sedikit menggerakkan lehernya sedikit, kemudian bergerak turun dari mobil.

Karin memegang lengan Aska, saat mereka berdua memasuki rumah, Rumah nampak sepi seperti biasa.

"Rin, langsung ke kamar saja aku mau istirahat sebentar, dan ingat Rin kamu masih punya janji padaku, aku ingin mendengarnya sekarang." ucap Aska masih menutupi rasa sakitnya dari Karin.

Karin mengangguk pelan sambil menggenggam jemari Aska, berjalan menyusuri anak tangga menuju ke kamar Aska.

Aska berlahan membuka pintu kamarnya, nampak tetlihat gelap.

"Rin apa lampu kamarku mati? tadi pagi masih nyala." ucap Aska pada Karin yang menatapnya tak berkedip.

"Ayo masuk saja Ka, biar aku panggil pak damar nanti." balas Karin menarik pelan tangan Aska agar masuk ke dalam kamar.

"Selamat Ulang Tahun Aska." tiba-tiba terdengar suara Amirah bicara dengan di iringi lampu menyala dan balon meletus tepat di telinga Aska.

Nampak Aska benar-benar kaget dan tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Nampak kamarnya sangat terlihat lucu, namun sangat indah di mata Aska. kamarnya yang di hiasi beberapa renda, dengan balon-balon yang berterbangan di atas langit kamar, serta tulisan happy birthday di dinding kamarnya. Terlihat Amirah berdiri di hadapannya dengan kue tart besar berada di atas meja kecil. Amirah menghampiri Aska, mengecup kening dan membelai rambut Aska.

"Selamat ulang tahun ya sayang, semoga usiamu panjang umur, dan akan selalu sehat hilang segala penyakitmu. Apapun yang kamu inginkan semoga terwujud ya sayang." ucap Amirah menitikkan airmata saat mengucapkan doa untuk putranya.

Aska hanya bisa terdiam seumur-umur saat dia sudah beranjak dewasa baru kali ini, di hari ulang tahunnya di rayakan seperti pada umumnya pesta ulang tahun anak kecil, dan hal ini adalah kejutan yang luar biasa bagi Aska. Hati Aska sangat terharu dan benar-benar bahagia.

"Trimakasih Mom, Mommy selalu yang terbaik di hati Aska." balas Aska memeluk Amirah dengan sangat erat.

"Karin kamu tidak ingin memgucapkan sesuatu buat Aska?" tanya Amirah pada Karin.

"Nanti saja Mom, sekarang bagaimana kalau Aska mulai tiup lilinya dan make a wishnya?" ucap Karin menatap Aska dan Amirah.

Aska dan Amirah mengangguk bersamaan, Aska pun meniup lilinnya di sertai ciuman yang di dapat dari Amirah dan Karin. Kemudian Aska menunduk dengan mata terpejam, berdoa dengan segala keinginannya.

Met pagi kk

Happy reading kk

Selamat beraktifitas

Selalu semangat dan selalu happy y

Tetap sll stay di sini

dengan Aska dan Karin

Tak lupa sll sy ucapkan trimaksih atas suport kk semua yang tlah memberikan semangat pada sy, trimakasih atas votenya, koment serta bintangnya

luv u all kk

NicksCartcreators' thoughts
Next chapter