webnovel

Slow Kill Party - Pertemuan pertama

Di siang hari yang panas, Cherry berjalan di koridor sambil membawa bekal makannya. Ia berjalan kesana kemari mencari bangku dibawah pohon yang kosong untuk beristirahat setelah seharian keliling akademi. Setelah menemukannya, ia segera duduk disana, bersembunyi dari panasnya cahaya matahari. Ia membuka bekal makanannya, dan terlihat tidak sabar untuk segera menyantapnya. Saat ia sedang makan, terdengar suara langkah kaki dari belakang yang mendekatinya.

"Boleh aku makan disitu?" ucap seorang gadis berambut merah, dan seragam yang berwarna kombinasi antara hitam dan merah.

"Tentu saja. Hari ini sangat panas, jadi kau pasti ingin berteduh juga." Cherry bergeser, membuat ruang bagi gadis tersebut untuk duduk.

Mereka berdua menyantap makan siang tanpa berbicara satu sama lain. Tanpa sadar, Cherry memperhatikan gadis tersebut. Penampilan yang serba merah, wajahnya yang imut terlihat seperti sedang serius memikirkan sesuatu, dan senjatanya pun tidak diketahui apa, karena ia tidak terlihat membawanya. Ketika mereka sudah selesai makan, Cherry mencoba memulai percakapan dengannya.

"Apakah kamu seorang Mage? Hanya mage yang tidak terlihat membawa senjatanya kemana-mana," tanya Cherry sambil melihat gadis tersebut, mencari tahu senjata yang digunakannya.

"Ya, benar."

"Hebat! aku penasaran bagaimana rasanya menggunakan sihir yang sangat banyak sepertimu."

Sambil menutup bekalnya, gadis tersebut menjawab, "Tidak begitu spesial, kecuali kau sudah sangat ahli dalam sihir."

Gadis itu melirik ke arah tombak milik Cherry. "Kalau kau sudah sangat ahli dalam menggunakan tombak, maka kau juga akan merasakan sesuatu yang spesial saat menggunakannya."

"Benar juga. Lebih baik aku berfokus pada keahlianku saat ini, daripada memikirkan sesuatu yang tidak ku kuasai." Cherry menatap langit, memahami apa yang gadis tersebut katakan.

"Lebih baik begitu."

"Omong-omong, siapa namamu? Aku Cherry dari kelas 1-D."

"Akane, kelas 1-A."

"Apa kau sudah memiliki party?"

"Belum, aku hanya menonton mereka yang sudah memiliki party sejak pagi."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita membuat party?"

"Eh, kenapa?"

"Karena akademi memberikan waktu satu bulan untuk para murid baru membuat party, dan party itu akan bertahan sampai lulus."

"Maksudku, kenapa aku harus bergabung dengan party mu?"

"Tentu saja karena kau adalah seorang mage, maka prorate kita akan menjadi seimbang."

"Aku tahu soal itu, maksudku adalah, apakah kau setara untuk satu party denganku?" jawab Akane dengan senyum yang menandakan keraguannya terhadap Cherry.

Cherry yang merasa tertantang berdiri dari bangkunya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kau lihat kemampuanku di ruang latihan?"

Akane tertawa kecil melihat reaksi Cherry. "Boleh, kuharap kau tidak membuang waktuku."

Mereka berdua menaruh kembali bekal makanan di kelas masing-masing, dan pergi ke arena latihan. Disana, tersedia berbagai jenis target yang bisa dijadikan sebagai latihan. Para murid juga bisa meminta pengatur latihan untuk memanggil monster latihan sesuai yang mereka inginkan. Karena Cherry tidak bisa membuktikan kemampuannya jika melawan langsung Akane, ia meminta pengatur latihan disana untuk menciptakan sebuah monster latihan.

Untuk membuktikan kemampuannya, Cherry meminta Akane untuk mengatur seluruh stat dan jenis monster latihan yang akan dipanggil. Setelah Akane selesai mengatur, Cherry mengubah stat physical defense monster tersebut ke posisi maksimal dan meminta pengatur latihan untuk memanggilnya. Akane sedikit tertarik melihat kepercayaan diri Cherry yang mengatur stat hingga maksimal. Pengatur latihan kemudian menanyakan kembali kepada mereka soal stat monster yang akan dipanggil, dan menyiapkan pemanggilannya.

"Lihat ya, aku akan meyakinkanmu untuk bergabung denganku!" ucap Cherry sambil mengambil posisi dengan tombaknya.

Akane tersenyum dan mundur untuk menyaksikan aksi Cherry dari jarak aman.

Setelah monster tersebut dipanggil, Cherry segera memakai skill yang membuat gerakannya menjadi sangat cepat, Godspeed. Akane semakin tertarik dengan Cherry, karena kemampuan aktifasi Godspeednya yang langsung ke titik maksimal, tapi itu masih kurang untuk meyakinkannya. Cherry melanjutkan langkah awalnya dengan menghindari seluruh serangan monster tersebut dengan sangat efektif, sekaligus meletakan Decoy, yang menandakan kalau sebentar lagi ia akan melakukan serangan beruntun.

Akane menantikan serangan beruntun seperti apa yang akan Cherry lakukan, karena monster dengan stat seperti itu memerlukan sebuah trik untuk dapat dikalahkan. Kemudian, Cherry membakar dirinya sendiri, dan menciptakan serangan seperti sihir berbentuk jarum yang menusuk monster tersebut beberapa kali. Ia memulai serangan beruntunnya setelah monster tersebut terganggu dengan cahaya yang ditimbulkan. Ia melompat ke monster tersebut, dan menusuknya sebelum ia melompat kembali ke titik awal. Serangan tersebut dilakukan berkali-kali sampai monster tersebut mati dan menghilang dari arena. Pengatur latihan memberikan tanda bahwa monster tersebut benar-benar sudah mati.

Cherry menghampiri Akane yang sedang duduk memperhatikannya. "Bagaimana? Keren bukan?" ucap Cherry sambil tersenyum bangga akan kemampuannya.

"Mengabaikan stat defense, dan serangan fisik secara beruntun. Apakah hanya itu kemampuanmu, partner?"

Cherry sangat senang mendengar jawaban Akane yang menerima ajakan partynya. Ia mengepalkan tangannya kepada Akane, mengajaknya untuk melakukan tos. "Tentu saja tidak, partner!"

Akane membalas ajakan tos Cherry dan berkata, "Kalau begitu, aku menantikan yang lainnya."

Fallen Orions Spin Off

-Slow Kill Party-

Pertemuan kedua

"Hahhh ... 49 detik," ucap Akane sambil meregangkan tubuhnya setelah selesai mengalahkan monster latihan tingkat tinggi.

"Pencapaian terbaru kita!" ucap Cherry yang terduduk akibat kelelahan karena terus melompat.

Mereka berdua keluar dari arena latihan, dan berjalan di koridor akademi untuk mengambil bekal makan siang di kelas masing-masing.

"Luka critical pada serangan sihir, baru pertama kali aku melihatnya!" ucap Cherry dengan penuh semangat.

"Itu sudah menjadi hal biasa disini, kau belum pernah melihatnya karena kau bukan berasal disini," jawab Akane.

"Sayap mu juga keren Akane! Apakah sayap itu hanya muncul saat bertarung? Apa fungsinya?"

"Ya, sayap itu muncul ketika aku mengalirkan energi sihir dengan cepat. Sayap itu meningkatkan kecepatan rapal dan efektifitas sihirku."

"Sihir memang keren, tapi kalau tadi menggunakan tank betulan, mungkin waktu latihan kita akan bisa lebih cepat," ucap Cherry dengan nada sedikit lesu.

"Mencari tanker yang belum memiliki party itu sulit, jadi jangan salahkan Gesper, salahkan saja aggromu yang terlalu besar," jawab Akane.

"Tidak mungkin, karena pisau aggro ini adalah pemberian kakakku." Cherry mengeluarkan sebuah pisau dari kantungnya.

Akane menghela nafasnya, "Hahhh ... Jadi itu penyebabnya, pisau pemulih mana yang menambah aggro."

Tiba-tiba, seorang wanita mendadak muncul di sebuah persimpangan dari arah kantin akademi.

"Aduh." Cherry menabrak wanita yang sedang membawa makanan di sebuah nampan, menjatuhkan seluruh piring dan membuatnya pecah.

"Ahh ... Makananku ... " Wanita itu mengumpulkan pecahan-pecahan piring dan makanan yang jatuh.

Cherry meminta maaf dan segera membantunya membersihkan semua yang jatuh. Akane juga ikut membantu dengan menggunakan sihirnya dalam membersihkan lantai yang kotor. Ia kemudian mengganti makanan yang jatuh dengan membelikannya makanan tersebut lagi. Akibat kejadian ini, mereka berdua makan siang di kantin bersama dengan wanita itu.

Wanita itu memiliki rambut putih pendek, dan tubuh yang tinggi. Ia memakai seragam yang berbeda dari murid lainnya. Matanya ikut tertutup oleh sebuah kain yang menutupi hampir seluruh wajahnya, tapi ia seakan bisa melihat menembus kain tersebut.

"Anu ... sekali lagi, aku minta maaf!" ucap Cherry.

"Haha, tak masalah, lagipula kau sudah menggantinya."

"Omong-omong, seragammu berbeda, apakah kau bukan murid akademi ini?" tanya Akane sambil membuka bekal makannya.

"Ah, aku murid akademi ini kok, tapi aku baru masuk akademi, jadi aku memakai seragam lamaku."

Akane bertanya lagi, "Apakah karena itu kau juga tidak membawa senjata?"

"Aku bawa, tapi mereka bilang kalau aku boleh menaruhnya di tempat penitipan."

Cherry yang menyadari sesuatu dari perkataan orang tersebut langsung bertanya, "Penitipan? Apakah kau adalah seorang tank?"

Orang itu tertawa, "Haha, ketahuan ya? Ya, aku adalah seorang tank."

"Tentu saja, biasanya para tanker menitipkan peralatan mereka disana," jawab Cherry.

Akane kemudian bertanya, "Apakah kau sudah memiliki party?"

"Belum, aku bahkan baru masuk hari ini hehe," jawab wanita itu sambil menggaruk kepalanya.

Akane dan Cherry saling menatap dan tersenyum, karena kesempatan emas yang ada di hadapan mereka.

"Apakah kau mau bergabung dengan kami?" tanya Cherry.

"Bergabung?"

Akane menjelaskan, "Akademi mengharuskan kita membuat party dengan batas waktu satu bulan sejak hari penerimaan murid baru. Party yang dibentuk akan digunakan bagi para murid untuk mengerjakan berbagai hal sampai mereka lulus."

"Hmm," wanita itu berpikir setelah mendengar penjelasan Akane.

"Tentu saja sebagai tank kau mengharapkan anggota party yang kompeten kan? Bagaimana kalau kita coba melawan monster, dan kau yang akan menentukan sisanya?" ucap Akane.

"Ya, kita harus menunjukkan kemampuan kita kepadanya lebih dulu," ucap Cherry.

Wanita itu mengangguk, "Baiklah,"

Cherry dan Akane melakukan tos dengan kedua tangan mereka, memperlihatkan kesenangan mereka mendapatkan calon tank untuk party mereka.

"Oh iya, siapa namamu? Aku Cherry, dari kelas 1-D." Cherry menunjuk Akane, "Dan dia Akane, dari kelas 1-A."

"Aku Kurosaki, dari kelas 1-F, salam kenal."

Mereka menghabiskan makan siang dikantin dan kembali ke tempat latihan. Kurosaki mengambil peralatannya di tempat penitipan dan memakainya sebelum melawan monster bersama Cherry dan Akane. Ia menggunakan sebuah pedang dan perisai besar, kembali menjelaskan kalau ia adalah seorang tank.

Mereka meminta pengatur latihan untuk memunculkan monster latihan tingkat tinggi, dan memulai latihan bersamanya. Kurosaki segera mengambil posisi dan menarik aggro dari monster tersebut. Cherry mengaktifkan Godspeed dan meletakan decoy saat monster sedang dibuat pingsan oleh kurosaki, sementara Akane mempersiapkan buff dan rapalannya. Dengan cepat, Cherry melakukan serangan beruntun setelah membuat monster itu terganggu dengan skillnya. Akane yang berada di belakang Cherry juga terus merapalkan mantra dan menembakan energi sihir yang memberikan kerusakan sangat besar.

Monster itu akhirnya mati, tak lama setelah serangan beruntun party mereka dimulai.

"29 detik, benar kan ucapanku?" ucap Cherry sambil menyeringai kepada Akane.

"Tentu saja, tank bodyguard tidak bisa disamakan dengan tank yang asli," jawab Akane.

Mereka berdua kemudian menghampiri Kurosaki.

"Bagaimana? Apakah kau tertarik?" tanya Cherry.

"29 detik ... " Kurosaki berpikir.

Cherry dan Akane sedikit gugup, berpikir bahwa Kurosaki akan menolak ajakan party mereka.

"Tidak buruk," ucap Kurosaki sambil mengacungkan jempolnya kepada mereka.

Akane dan Cherry kembali melakukan tos setelah ajakan party mereka diterima oleh Kurosaki.

"Kalau begitu, selamat datang partner," ucap Cherry sambil memberikan kepalan tangannya untuk melakukan tos kepada Kurosaki.

"Mohon kerjasamanya." Kurosaki membalas tos dari Cherry.

Fallen Orions Spin Off

-Slow Kill Party-

Pertemuan ketiga, party penuh!

Beberapa hari telah berlalu sejak Kurosaki bergabung dengan party Akane dan Cherry. Mereka terus berlatih bersama setiap harinya, untuk meningkatkan performa tim mereka. Siang hari di kantin sekolah, Akane, Cherry, dan Kurosaki sedang makan siang bersama. Mereka baru saja selesai berlatih, dan beristirahat saat makan siang.

"Kurosaki, aku memiliki sesuatu yang ingin ku tanya sejak kemarin," ucap Cherry.

"Apa itu?"

"Kau menutup separuh wajahmu dengan kain, tapi bagaimana caranya kau bisa mengetahui sesuatu dengan akurat?"

"Ya, ya, aku juga penasaran dengan hal itu. Apakah kau menggunakan semacam sihir?" tambah Akane yang ikut penasaran.

"Haha, tidak, bukan sihir. Aku menggunakan penutup ini untuk melatih indra ku."

Akane dan Cherry saling menatap, mereka berdua tidak memahami maksud Kurosaki.

Kurosaki kemudian menjelaskan dengan rinci, "Menjadi seorang tank perlu reflek yang sangat tinggi, karena mereka berhadapan langsung dengan monster. Dengan menutup mata, aku dapat melatih indra ku yang lain dalam merasakan berbagai hal yang tidak kulihat."

Kurosaki mengambil beberapa alat makan dan gelas untuk menggambarkan penjelasannya. "Gelas ini adalah monster, dan sendok-sendok ini adalah kita. Kalian bisa berada dimanapun karena monster tidak akan menyerang kalian, kecuali memang monster tersebut memiliki pattern khusus. Tidak seperti kalian, aku pasti diserang habis-habisan oleh monster menggunakan seluruh kemampuannya, dan dari berbagai arah."

Akane dan Cherry memperhatikan penjelasan Kurosaki dengan sangat serius.

Kurosaki pun melanjutkan penjelasannya. "Jika aku mengandalkan pengelihatan, maka aku hanya bisa mengetahui serangan yang datang dari depan, sementara banyak monster yang bisa melakukan serangan dari berbagai arah sekaligus." Ia menggunakan garpu sebagai arah datangnya serangan monster.

"Dengan menutup mata dan melatih indra perasa, aku dapat merasakan segala serangan yang datang, dan bisa menahan ataupun menghindarinya, tanpa harus melihat datangnya serangan tersebut."

"Wooooow ... " ucap Akane dan Cherry secara bersamaan sambil bertepuk tangan setelah mendengar penjelasan Kurosaki yang panjang.

"Kukira kamu menutupnya karena memiliki sesuatu yang tidak ingin orang lain lihat," ucap Akane.

"Haha, tentu tidak. Kalian mau melihatnya?"

"Apanya?" tanya Akane.

"Wajahku."

"Eh boleh? Bukannya itu akan mengganggu latihanmu?" tanya Cherry.

Sambil membuka kain penutup wajahnya secara perlahan, Kurosaki berkata, "Jika hanya sebentar, tak masalah."

Akane dan Cherry terpukau melihat wajah Kurosaki yang sedang tersenyum secara penuh. Aura seperti wanita dewasa terpancar jelas dari Kurosaki. Tubuhnya yang tinggi, wajahnya yang sangat cantik, serta gaya bicaranya yang sangat sopan, membuat Kurosaki seakan berada di level yang sangat jauh jika dibandingkan dengan Akane dan Cherry.

"Ahhh ... Auranya terlalu mengintimidasi," ucap Cherry sambil menutup mata dengan kedua tangannya.

"Ya, tinggi dan menawan, serta wajah yang terlalu cantik, apakah dia benar-benar murid akademi seperti kita?" balas Akane sambil menutup matanya juga.

"Terimakasih, tapi kurasa kalian terlalu melebih-lebihkan." Kurosaki tertawa kecil dan memakai penutup wajahnya kembali.

"Kurosaki, bagaimana kau bisa se sempurna itu? Apa rahasianya?" tanya Cherry dengan semangat.

"Kurasa ini genetik, karena aku lahir dari keluarga tanker, jadi aku sudah seperti ini sejak lahir," jawab Kurosaki.

"Keluarga tanker ya, masuk akal kenapa wajahmu bisa sangat cantik, dan tubuhmu sangat sempurna. Stat mental yang turun temurun sangat mempengaruhi fisik dari keturunan para tanker," ucap Akane.

Kurosaki menjawab, "Kau terlalu melebih-lebihkan Akane, kau juga cantik dari sisi yang lain. Keturunan penyihir memiliki reputasi sebagai gadis yang imut bukan?"

"Hmm ... Jika diperhatikan, memang Akane terlalu imut untuk murid akademi." ucap Cherry.

"Benar kan? Seperti itulah keturunan penyihir," tambah Kurosaki sambil tertawa kecil.

Akane tersipu mendengar pujian dari teman-temannya. "Terimakasih, tapi aku masih belum bisa disamakan dengan penyihir-penyihir kelas tinggi dari keluargaku."

Akane melihat kearah Cherry, "Kau bagaimana Cherry? Bagaimana dengan keluargamu?"

Sambil berpikir, Cherry menjawab, "Ah ... Keluargaku adalah pengusaha biasa dari kerajaan yang cukup jauh."

Kurosaki ikut bertanya, "Pengusaha? Jarang sekali ada orang masuk ke akademi tanpa memiliki silsilah keluarga yang berkaitan dengan monster."

"Ya, aku tertarik dengan hal-hal seperti ini karena kakakku."

"Bagaimana dengan orang tua mu? Apakah mereka mendukungmu untuk masuk ke akademi?" tanya Akane.

Cherry kembali berpikir sebelum menjawab pertanyaan Akane. "Ah ... Mereka sudah tidak ada. Aku hanya tinggal bersama kakak sekarang."

Akane dan Kurosaki menyadari bahwa topik yang mereka bicarakan tidak terlalu cocok jika dilanjutkan.

"Maaf, aku tidak bermaksud ... "

"Ah tidak apa-apa, lagipula itu sudah berlalu sangat lama."

Kurosaki kemudian memulai sebuah pembicaraan baru untuk menyegarkan suasana. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita membahas ini. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian."

"Apa?" tanya Akane dan Cherry bersamaan.

"Aku tidak bermaksud menjelekkan kalian, tapi bukankah party kita seharusnya bisa lebih efektif lagi dalam mengalahkan monster?"

"Maksudnya?" tanya Akane.

"Party kita masih memiliki 1 tempat kosong, jadi kita bisa mengalahkan monster dengan lebih cepat jika party sudah terisi penuh. Kita juga bisa latihan dengan monster yang lebih sulit jika memiliki party yang penuh kan?"

Akane dan Cherry saling menatap kembali, memikirkan kebenaran dari kata-kata Kurosaki.

"Kau benar, tapi agak sulit menemukan dps yang setara dengan kita," ucap Akane.

"Kebanyakan orang sudah bergabung dengan partynya sendiri, menyisakan murid yang kurang kompeten," tambah Cherry.

"Begitu ya ... Kalau begitu kita harus terus bersabar sampai menemukan orang yang tepat."

Keesokan harinya, Akane dan Cherry sedang berjalan bersama di koridor akademi. Kurosaki izin datang terlambat hari ini, karena ia memiliki urusan keluarga, jadi mereka berdua tidak bisa berlatih sampai Kurosaki kembali. Saat mereka berdua sedang berjalan, Cherry melihat Kurosaki yang baru datang berjalan di koridor seberang.

"Kurosaki!" Cherry memanggil dan berlari menghampiri Kurosaki bersama Akane.

"Cherry, Akane, tepat sekali."

Terlihat seorang gadis tak dikenal sedang bersama dengan Kurosaki. Gadis itu memakai pakaian hitam putih, dan menggunakan jepit rambut berbentuk bunga di kepalanya. Tingginya sama dengan Akane dan Cherry, tapi aura yang dipancarkan olehnya berbeda, ia lebih terlihat seperti boneka dibandingkan dengan manusia. Ia juga membawa senapan di belakang tubuhnya, menandakan kalau ia adalah murid akademi pengguna senapan. Penampilannya yang tidak menggunakan seragam menjelaskan bahwa ia sama seperti Kurosaki, yaitu murid baru yang belum mendapat seragam akademi.

"Perkenalkan, dia adalah Reina. Aku bertemu dengannya saat berjalan ke akademi," ucap Kurosaki yang memperkenalkan Reina kepada Akane dan Cherry.

"Reina, yang memakai topi adalah Cherry, dan yang memakai seragam merah adalah Akane."

"Salam kenal Cherry, dan Akane," ucap Reina sambil bersalaman dengan Cherry dan Akane.

Mereka kemudian menuju ke kantin untuk melakukan sebuah diskusi disana. Akane dan Cherry memiliki perasaan bahwa Kurosaki mengajak Reina yang merupakan anak baru untuk bergabung dengan party, sebagaimana Akane dan Cherry mengajaknya saat ia baru masuk ke akademi.

Setelah duduk, Kurosaki berkata, "Apakah kalian setuju untuk mengajak Reina ke dalam party?"

Akane dan Cherry yang sudah memperkirakan hal itu memberi respon skeptis.

"Kita harus mengujinya terlebih dahulu," ucap Akane.

"Ya, aku setuju dengan Akane," tambah Cherry.

"Bagaimana Reina? Apakah kau mau? Kemampuan mereka benar-benar seperti yang kuceritakan, jadi kamu juga harus menunjukkan kemampuanmu pada mereka."

Reina mengangguk. "Ya, aku mau."

Mereka akhirnya pergi menuju arena latihan dan memulai latihan menggunakan set monster yang baru. Level kesulitan yang dipilih bertambah karena party mereka sudah full, jadi mereka harus lebih fokus dalam menghadapi monster baru tersebut. Monster kali adalah monster berelemen, jadi para dps mempersiapkan senjata mereka agar menjadi elemen yang cocok untuk melawan monster tersebut. Kecuali Akane, karena ia hanya perlu merapal mantranya dengan elemen yang berbeda untuk menyesuaikan tipe elemen dari sihirnya.

Mereka kemudian bersiap di posisinya masing-masing dengan senjatanya. Kurosaki berhadapan langsung dengan monster itu, bersiap menarik aggro. Cherry berada di samping Kurosaki, bersiap untuk mengaktifkan Godspeed dan meletakan decoynya. Sayap Akane muncul, menandakan kalau energi sihirnya sudah mengalir dengan cepat, bersiap untuk merapalkan mantra miliknya. Reina juga sudah berada di dekat Akane sambil mengarahkan senapannya kepada monster itu.

Segera setelan Kurosaki melakukan stun, Cherry mengaktifkan Godspeed dan meletakan decoynya. Ia segera mundur mendekati Akane dan Reina untuk mendapatkan buff Brave Aura dari Akane sebelum melakukan serangan beruntun. Serangan beruntun dari Cherry, Akane, dan Reina dilepaskan. Skill dari reina ternyata juga memiliki kemampuan yang mirip dengan Cherry, yaitu mengabaikan stat def monster, jadi mereka berdua menyerang tanpa bergantung pada skill Armor Break milik Akane.

Hp monster tersebut langsung tersisa sedikit setelah Akane melepaskan serangan Magic Cannon terakhirnya. Cherry segera melompat untuk menyerang, tapi serangannya menyisakan sangat sedikit hp monster tersebut.

"Reina!" ucap Cherry, menandakan kalau ia meminta Reina untuk melakukan serangan penghabisan.

"Serahkan padaku." Reina segera menggunakan skillnya. Ia bergerak dengan cepat menuju titik lemah monster itu, dan menembaknya.

Monster itu menghilang, dan pengatur latihan mengacungkan jempolnya, menandakan kalau latihan sudah berakhir.

"19 detik!" Cherry meloncat kegirangan, dan melakukan tos kepada anggota lainnya.

"Kemajuan yang lumayan," ucap Akane.

"Jadi bagaimana?" tanya Kurosaki.

Reina sedikit gugup menunggu jawabannya, seperti saat Akane dan Cherry menunggu jawaban dari Kurosaki. Akane dan Cherry saling menatap, dan berkata secara bersamaan, "Diterima!"

Cherry segera menghampiri Reina dan mengepalkan tangannya untuk tos lagi dengannya. "Selamat datang di party, partner!"

Reina mengangguk. "Ya, terimakasih, partner!"

Fallen Orions Spin Off

-Slow kill Party-

Party dibentuk!

Malam hari di rumah Cherry, ia terlihat sedang mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya. Dalam kertas-kertas tersebut, tertulis data diri dan tanda tangan dari Akane, Kurosaki, dan Reina. Cherry kemudian menulis data dirinya di sebuah lembaran kertas baru yang masih kosong, dan menandatanganinya. Kemudian, ia mengeluarkan kertas lainnya yang berisi lebih banyak kolom untuk ditulis dan ditandatangani. Kertas-kertas tersebut adalah berkas yang harus diserahkan kepada kepala sekolah untuk mengesahkan party akademi, jika anggotanya sudah mencapai 4 orang. Sebagai orang pertama yang membuat party, Cherry diberikan tugas untuk mengisi seluruh berkas untuk diserahkan esok hari.

Cherry mengisi seluruh kolom yang ada dalam kertas tersebut, kecuali satu kolom, yaitu nama party mereka. Ia memikirkan beberapa nama yang menurutnya cocok, tapi ia tidak berani untuk langsung menuliskannya tanpa memberitahu anggota party lainnya. Ia akhirnya memilih untuk tidur dan berdiskusi dengan yang lain besok, karena hanya tinggal kolom nama yang belum diisi.

Keesokan pagi, sebelum kelas pertama dimulai, Cherry segera memanggil seluruh anggota party ke kantin untuk mendiskusikan nama party mereka.

Cherry mengeluarkan salah satu kertas dan meletakannya diatas meja. "Aku butuh saran kalian untuk ini!" Ia menunjuk kolom nama party yang masih kosong.

"Kukira kau sudah memilih namanya," jawab Akane.

"Apa kau sudah punya nama yang bagus?" ucap Kurosaki.

Reina juga menjawab, "Aku terserah kalian saja."

Cherry berpikir sebentar mengenai nama yang telah ia pikirkan semalam dan berkata, "Aku punya sebuah nama, tapi kurasa nama itu terlalu nyeleneh untuk dipakai."

"Apa itu?" tanya Akane.

"Kau yakin? Nama ini tidak keren seperti Dragon Busters, cantik seperti Divine Archangels, atau mengerikan seperti Devil's Relics." balas Cherry.

"Memangnya apa?"

Cherry menjawab dengan suara yang lebih pelan dari biasanya, "Eh ... Slow Kill Party ..."

Yang lainnya tertawa mendengar nama yang lucu dari Cherry.

"Sudah kubilang kan, tapi hanya itu nama yang kurasa cocok."

"Hahaha, justru nama seperti itu sangat bagus menurutku Cherry," ucap Kurosaki.

"Ya, lagipula kita juga bukan party yang sangat hebat, jadi kita tidak perlu memiliki nama yang keren, atau sejenisnya," tambah Reina.

Akane kemudian berkata, "Slow Kill, nama yang berkesan negatif, tapi akan menarik jika kita bisa mengalahkan banyak monster dengan cepat dengan menggunakan nama tersebut."

Kurosaki menjentikkan jarinya. "Itu dia. memiliki nama yang sangat berlawanan dengan performa kita, pasti akan sangat lucu."

"Memang terdengar lucu, tapi lucu dalam arti yang positif," tambah Reina.

Cherry terdiam melihat respon anggota lain yang berbeda dari bayangannya. "Jadi, kalian setuju menggunakan nama ini?"

"Tentu," jawab Akane.

"Ya," jawab Kurosaki.

Reina menganggukkan kepalanya, menandakan kalau ia setuju dengan yang lain.

"Kalau begitu, baiklah!" Cherry menuliskan Slow Kill Party pada kolom nama kertas tersebut.

Cherry segera berlari menuju ke ruangan kepala sekolah sendirian, karena yang lain harus menuju ke kelas masing-masing. Jika anggota selain pemimpin party ikut, pasti mereka akan dianggap membolos, dan persetujuan partynya akan ditunda, karena hanya pemimpin party yang diperbolehkan untuk izin melakukan pendaftaran party saat jam pelajaran berlangsung. Setelah sampai di ruangan kepala sekolah, Cherry mengetuknya dan menunggu jawaban.

"Masuk," ucap Ardent, sang kepala sekolah.

"Pagi pak, saya Cherry dari kelas 1-D, ingin mengajukan permohonan persetujuan party."

"Ah, party ya. Sudah menemukan anggota yang cocok untuk party mu?"

"Ya pak, saya sudah melihat sendiri kemampuan masing-masing anggotanya."

Sambil membuka laci dan mengambil alat tulis, Ardent berkata, "Bagus, karena kalian akan terus bersama dalam mengerjakan berbagai hal sampai lulus dari akademi. Mencari orang yang sesuai dengan seluruh anggota party pasti agak sulit ya?"

"Benar pak, saya sedikit kesulitan menemukan anggota pada awalnya, tapi kami terbentuk secara tidak sengaja."

"Baiklah, saya baca terlebih dahulu seluruh berkasnya. Kamu boleh duduk di kursi."

"Baik pak, terimakasih." Cherry duduk di kursi, menunggu Ardent selesai membaca seluruh berkasnya.

Cherry sedikit gugup duduk di hadapan Ardent, sang kepala sekaligus pendiri akademi. Semua orang pasti akan merasa gugup jika berada di hadapan orang yang sangat hebat seperti Ardent, tidak hanya Cherry. Kekuatan yang luar biasa, kecerdasan tinggi, dan penampilannya, membuat siapapun yang melihatnya pasti merasakan hal yang sama.

Setelah membaca keseluruhan berkas, Ardent berkata, "Tank, 3 dps dengan 1 magical proration dan 2 physical proration. Tidak buruk."

"Terimakasih pak," jawab Cherry.

Ardent kemudian menandatangani kertas persetujuan party, dan melindungi kertas itu dengan sihir tingkat tinggi yang hanya bisa dilepas olehnya.

"Selamat atas terbentuknya party kalian, semoga beruntung," ucap Ardent sambil memberikan kertasnya kepada Cherry.

Cherry menerima kertas tersebut. "Terimakasih Pak!"

Dengan perasaan bahagia, ia keluar dari ruangan kepala sekolah dan berjalan kembali menuju kelasnya. Ia sangat senang karena akhirnya ia dapat bergabung dengan sebuah party, dan seluruh anggotanya menerima kehadirannya dengan tangan terbuka. Ia ingin segera menunjukkannya kepada yang lain, tapi ia harus menunggu sampai jam pelajaran telah berakhir.

Saat waktu istirahat tiba, Cherry kembali mengumpulkan semuanya di kantin, dan memamerkan kertas persetujuan party mereka sambil makan siang.

"Tadaaa, party kita sekarang sudah resmi!"

"Artinya kita sudah bisa melawan monster sebenarnya diluar sana sesekali," ucap Akane sambil melipat tangannya, dan membayangkan aksi party mereka yang melawan berbagai monster sungguhan.

Kurosaki meminum minumannya. "Haha, tapi jangan terburu-buru. Kita masih harus banyak latihan lagi."

"Kurosaki benar, kita masih harus melatih kerjasama tim agar menjadi party yang lebih efektif," ucap Reina.

Akane menambahkan, "Ya, kita juga harus menaikan level party kita, supaya diperbolehkan untuk melawan monster yang lebih kuat, dan membuktikan kepada yang lain bahwa nama Slow Kill Party tidak berarti kita benar-benar lambat dalam mengalahkan monster."

"Karena itu, mari kita latihan sekarang juga!" Cherry mengangkat tombaknya dengan semangat.

"Yah ... tidak sekarang juga sih, karena kita harus makan siang lebih dulu," ucap Kurosaki.

"Ah, kau benar, aku lupa."

"Hahhh .... Kau memang mudah sekali lupa Cherry. Sepertinya aku harus mengingatkanmu tentang segala hal, supaya kau tidak lupa." ucap Akane sambil menyantap makanannya.

"Kalau begitu, mohon kerjasamanya!" balas Cherry sambil tersenyum lebar.

Slow Kill Party terus berlatih bersama setiap harinya, untuk meningkatkan kerjasama tim dan kemampuan mereka masing-masing. Perlahan tapi pasti, mereka menunjukkan perkembangan yang signifikan dari latihannya. Meski posisi party mereka berada di tengah peringkat, tapi pencapaian mereka relatif cepat jika dibandingkan dengan party peringkat menengah dan keatas lainnya.

Nama yang unik, dan ciri khas masing-masing anggotanya, membuat orang-orang memberikan julukan kepada mereka. Julukan The Crimson Flame diberikan kepada Akane, karena ia sering menggunakan sihir api yang sangat memukau. Lingkaran-lingkaran sihir dari rapalan mantra yang diciptakan oleh Akane selalu bisa membuat orang yang menontonnya terkagum. Penampilannya Akane yang memakai seragam berwarna merah hitam dan sayap yang muncul saat bertarung juga semakin membuatnya mencolok dimanapun ia berada.

The Piercing Dragon diberikan kepada Cherry, karena ciri khasnya dalam menembus stat def monster. Cherry dapat melakukan lompatan unik untuk menusuk monster dengan mengabaikan pertahannya, dan melompat kembali ke titik awal sebelum ia melompat. Selain itu, gerakannya yang sangat cepat karena Godspeed entah bagaimana membuat Cherry terlihat seperti naga saat ia melompat, sehingga julukan The Piercing Dragon, atau naga yang menembus disematkan kepadanya.

The Immovable Fortress diberikan kepada Kurosaki, sebagai tanker Slow Kill Party yang sangat kokoh. Ia terlihat seperti benteng yang menahan seluruh serangan monster, dan sangat ahli dalam mengganggu serangan monster menggunakan serangan fisiknya yang mengakibatkan monster itu terjatuh, pingsan, atau bergidik. Sosok Kurosaki yang terus berdiri kokoh seperti sebuah benteng akhrinya membuat ia dijuluki sebagai The Immovable Fortress, atau benteng yang tidak dapat digerakkan.

Terakhir, julukan The Tactical Bullet diberikan kepada Reina. Kemampuan Reina dalam menggunakan skill di berbagai medan membuatnya sangat fleksibel dalam pertarungan. Gerakannya yang cepat dalam mengaktifkan sebuah skill juga tidak membuat tembakannya meleset satupun. Karena kelihaiannya dalam menggunakan berbagai skill di berbagai medan, orang-orang menjulukinya sebagai The Tactical Bullet, atau peluru taktis.

Next chapter