21 Fake Wedding: 18- Fake Wedding!

Siapa disini yang udah engak sabar mengetahui semua teka teki dalam.cerita ini? 🖕🖕, Ets tapi belum semua teka teki yang terungkap karena kalian belum tauh perasaan Jimin dan alasan dari Jimin melakuoan taruhan ini dan itu bakalan terungkao di bab-bab selanjutnya

Sebelum baca absen dulu yuk 😆😆

INI HADIA LEBARAN DARI AKU, Meskipun engak seberapa aku harap ini bakalan nemani hari lebaran kalian. 😊😊😊

****

Setelah melihat isi vidio itu aku sama sekali tak bisa berfikir jernih lagi. Bahkan untuk bertindakpun aku tidak bisa. Hatiku terlalu sakit untuk menerima semua kenyataan itu, dan yang bisa kulakukan hanyalah terdiam diatas kasur ini. Tanpa melakukan apapun. Yang ada hanya isak tangisku yang tak kunjung terhenti.

Pasalnya dividio itu, aku melihat Jimin sedang mengadakan rapat dengan ayah dan ibunya. Disana juga ada Hyejin dan juga kedua orang tuanya. Awalnya rapat itu hanya berjalan biasa saja seperti rapat pada umumnya. Tapi pada menit ke 10, Pembicaraan sesungguhnya dimulai.

Ayah Jimin membuat suatu permainan konyol tepatnya sebuah permainan perebutan harta. Dimana Jimin dan Hyejin yang menjadi pemain utama dalam permainan ini. Mereka diharuskan untuk menikah dan menjalani sebuah hunbungan dengan pasangan mereka masing-masing. Dimana yang diperebutkan disini adalah kekayaan yang dimiliki oleh PH Group yang merupakan perusahaan bisnis terbesar dikorea dan yang paling terkenal di korea.

PH Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keseluruhan mulai dari pelayaran, destinasi, pemasaran dan peindustriaan bukan hanya itu saja. PH Group juga bergerak dibilang fashion, Kuliner dan juga kosmetik. Jika dihitung-hitung jumlah kekayaan yang dimiliki oleh PH Group itu terbilang sangat besar.

Ditambah lagi dengan anak perusahaan yang bergabung dengan PH Group salah satunya perusahaan milik Jimin yang terdaftar sebagai anak perusahaan nomor satu yang berhasil menandingi 90% kekayaan dan kekuasaan dari PH Group.

PH Group sendiri merupakan gabungan perusahaan yang dibangun oleh Ayah Jimin dan Ayah Hyejin sejak mereka masih muda dulu. Bahkan H2. Kosmetik merupakan salah satu usaha milik Hyejin yang juga terbilang besar di perusaahn PH Group bahkan meraja lelah sampai ke dunia bagian Asia dan Eropa.

Bukan hanya sampai disitu saja informasi yang aku dapatkan tapi kenyataan bahwa sebenarnya Hyejin dan Jimin sebenarnya berpisah hanya untuk memenuhi persyaratan dalam taruhan itu.

"Jadi kalian berpisah hanya untuk melakukan taruhan ini?!"

Tanyaku dengan lirih.

Kulirik lebih jernih lagi vidio itu, disana tertulis tanggal dan jam kapan vidio itu direkam. Dan seketika aku membungkam mulutku saat aku tauh bahwa tanggal perekaman vidio itu hanya lewat sehari dari pertemuanku dengan Jimin.

Apa Jimin memang sudah merencanakan pernikahan ini?, Karena itukah ia memintaku untuk menikahinya secara terburu-buru dan bersikap manis padaku hanya untuk merebut hatiku?. Tapi kenapa harus aku!, Kenapa tidak wanita lain saja. Kenapa, Kenapa Jimin lakukan ini padaku.

Dipembahasan dalam vidio itu, Ayah Jimin memberikan waktu 1 minggu untuk menemukan pasangan masing-masing dan jika salah satu dari mereka bisa menikah sebelum batas waktunya maka mereka akan mendapatkan 80% Saham lawan di bidang perindustrian di negara Asia. Dan di vidio ini juga dijelaskan bahwa yang memenangkan taruhan itu adalah Jimin bahkan Jimin mendapatkan 40% dari kemenangannya itu.

"Jimin menikahiku tepat 3 hari setelah aku dan ia bertemu, karena itukah Hyejin membeciku?"

Tanyaku lagi dengan nafas tak teratur.

Hatiku rasanya sakit sekali, semakin kutoton vidio ini maka semakin tambah sakit hatiku. Tapi aku masih ingin mengetahui semua kebenarannya  yang ku sadari tak akan pernah Jimin beritahukan padaku, sekalipun aku bertanya padanya.

Selanjutnya, kulihat mereka mengadakan rapat kedua mereka tapi lain dengan rapat sebelumnya. Dirapat ini hanya ada Jimin dan kedua orang tuanya.  Dan sepertinya aku kenal dengan pakaian yang Jimin kenakan di dalam vidio itu. Karena aku sendiri yang menseterika dan memakaikan kemeja serta jas itu di tubuh Jimin. Dan itu tepat saat hari dimana aku pertama kali mendapatkan teror dari nomor yang tidak kukenal dan itu adalah hari ke 15 aku menikah dengan Jimin.

"Apa teror itu juga sebuah teruhan?!"

Ucapku sedikit kesal.

Jika memang teror itu adalah sebuah taruhan yang lagi-lagi memperebutkan harta. Maka Jimin telah berhasil membuatku setiap hari merasa ketakutan dan cemas bahkan hampir gila karena selalu saja diteror.

Air mataku kembali mengalir saat aku mendengar rekaman vidio itu yang mengungkapkan bahwa Jimin mengiginkan agar Nami Island menjadi taruhannya. Tidak dijelaskan kenapa Jimin mengiginkan Nami Island itu tapi yang pasti ada debat diantara mereka.

Dimana Jimin yang menginginkan agar Nami Island kembali menjadi miliknya begitupun dengan Ibu tiri Jimin yang juga mengiginkan Nami Island tetap menjadi milik dan atas nama dirinya. Disini Ayah Jimin membuat suatu taruhan besar dengan mengikut sertakan diriku sebagai bonekahnya.

Awalnya aku berharap agar Jimin tak menyetuji taruhan bodoh yang berniat menerorku hanya untuk menguji kesetian diriku, meskipun aku tauh bahwa jauh sebelum aku mengetahui semua kebenaran ini Jimin telah menyetujih semua taruhan itu.

Lagi-lagi aku tak dapat menahan air mataku, Isak tangisku yang tertahan pecah negitu saja. Dan itu berhasil membuat hatiku terasa sakit, sesak dan nyeri.

"Apa ayah mertuaku sendiri yang menerorku?, Jadi benar dia adalah pria kejam yang sifatnya juga menurun pada Jimin!"

Ucapku sinis.

Apa mereka tak tauh seberapa tersakitinya aku saat terus menerus mendapatkan teror itu. Dan itu artinya Jimin selama ini sudah tauh jika aku terus diteror tapi kenapa Jimin tak melakukan apapun?, Kenapa dia malah membiarkan aku selalu diteror bahkan dia berpura-pura tak terjadi apapun. Apa itu yang kau sebut dengan cinta Jimin?!

Apa harta dan kekayaan lebih penting dari diriku?. Tentu saja, itu sudah jelas tanpa kau perlu memberitauhkan kebenaranya padaku. Seharusnya aku tak percaya begitu saja padamu dan termakan begitu saja oleh cinta dan kata-kata manismu Jimin.

Kau bodoh Sena, sangat bodoh dan benar-benar bodoh. Tidak bisakah kau berfikir balang kali sejenak dengan otakmu itu. Secara logis saja, Jimin dan kau tak saling mengenal. Bagaimana ia bisa jatuu cinta begitu saja padamu?, Cinta pada pandangan pertama itu tidak akan sepernuhnya menjadi cinta.

Dan kau Kim Sena telah dibodohi oleh pesona Jimin. Yang sekarang tak akan menjadi apapun lagi dalam hidupmu. Jimin susah berhasil menyiksa diriku dengan cintanya. Dan membuatku terkesan bodoh di mata orang karena selalu bertahan dengannya.

Lalu apa arti dari penjelasanmu selama ini?, Apa semua itu hanya untuk membuatku bertahan lebih lama denganmu? Agar kau dapat memanfaatkanku lebih untuk mendapatkan semua harta dan kekayaan yang sekarang kau pertaruhkan?

Suara Jimin dividio itu membuat diriku kembali menoleh pada ponselku. Rasa penasaran dihatiku masih begitu kuat meskipun aku tauh rasa sakit itu akan kembali menyeruak dalam diriku tapi kau harus kuat Kim Sena, kau harus mengetahui semua sejelas jelasnya!.

"Akan kubuat istriku hamil lebih dulu darimu!"

Itu adalah sepata kata yang diucapkan oleh Jimin dividio itu.

Kulihat Hyejin sedang tersenyum sinis menagapi ucapan Jimin tersebut, Tapi setelahnya raut wajah Hyejin dan Jimin berubah menjadi serius saat Ayah Jimin menyetujui taruhan Jimin tersebut. Dan kali ini yang diminta oleh Jimin adalah 100% pemasaran yang ada di Asia dan Kanada dari masing-masing keluarga yang bertaruh.

Aku sudah bisa menebak jika taruhan yang diajukam oleh Jimin ini gagal karena aku mengalami keguguran yang aku sendiri tak tauh kapan malaikat kecil itu mulai berada diperutku.

Kuhelus perutku sedih. Ternyata Jimin tak pernah sungguh-sungguh dengan kehadiran anak yang ada diperutku. Karena semua itu hanya dilakukan Jimin untuk memenangkan taruhan.

"Aku tauh ternyata Jimin sama sekali tak mengiginkanmu malaikat kecilku yang telah pergi"

Ucapku lirih.

Seharusnya kau paham Kim Sena, Sejak awal Jimin tidak mencintamu, ia hanya melakukan semua itu demua taruhan. Pria itu terlalu berambisius memiliko segalanya. Ia terlalu tergila akan harta dan kekayaan tanpa tauh jika hatiku telah terluka dan sangat terluka.

Kacau, semuanya terasa begitu memusingkan. Aku tak sangup lagi menonton semua vidio ini karena semakin aku menontonya maka aku akan semakin tersakiti. Lebih baik aku berhenti dari pada aku harus mengorbankan perasaanku, cintaku dan rasa sakit dihatiku.

Karena aku sudah muak dengan semua ini, aku tak tauh saat ini perasaan seperti apa yang aku rasakan. Semuanya tercampur menjadi satu dari marah, kesal, kecewah, sakit hati. Dan kurasa aku tak butuh penjelasan lagi dari Jimin karena ini semua sudah menjelaskan segalanya.

Kuputuskan untuk pergi dari rumah ini. Karena aku tak mau lagi menjadi Ny. Park yang hanya dimanfaatkan oleh Jimin, aku juga tak mau menjadi wanita bodoh yang harus menutup telingah, mata dan hatiku padahal aku sudah tauh kebenarnya.

Aku mengambil semua pakaianku dan memasukkannya kedalam tasku. Setelahnya aku beranjak keluar dari kamar dan berniat untuk pergi dari rumah ini. Tapi niatku terhenti saat Bibi Sun menahan gerak langkahku.

"Ny. Ada apa dengan anda?"

Tanyanya kahwatir.

Aku tak bisa menjawab pertanyaan Bibi Sun, karena aku sendiri tak ingin membahas masalah ini lebih lagi. Lagipula tak ada untungnya bagiku menceritakan semua permasalahan ini kepada Bibi Sun, karena Bibi Sun tak akan bisa membantuku.

"Aku ingin pergi, Jadi kumohon lepaskan aku"

Ucapku seraya berusaha melepaskan gengaman tangan Bibi Sun yang begitu erat menahan kepergianku.

Selama ini aku mungkin terlalu bodoh dan terlalu mencintai Jimin. Sehingga aku tak sadar bagaimana Hae In berusaha untuk menjelaskan padaku bahwa Jimin bukanlah laki-laki yang baik dan pantas untuk mendapatkan cintaku.

Aku terlalu percaya pada Jimin, dan terlalu mencintainya. Tapi mulai hari ini dan detik ini juga tak akan ada lagi rasa cintaku padanya dan tak akan ada lagi rasa percayaku pada Jimin. Semuanya telah lenyap tak bersisah.

"Kumohon lepaskan aku Bibi Sun"

Teriakku seraya melepaskan gengaman Bibi Sun.

Tapi aku malah diseret oleh Jimin kedalam kamar saat aku sudah berhasil melepaskan diri dari Bibi Sun. Kenapa Jimin harus kembali sekarang!, Seharuanya ia kembali saat aku sudah pergi dari rumah ini.

"Lepaskan!, Lepaskan aku!!"

Teriakku sambil memukul lengan Jimin berkali-kali.

"Kau tak akan pernah pergi kemanapun dan tak akan kubiarkan kau pergi!"

Ucap Jimin dengan nada dingin bahkan tatapannya sangat dingin.

Apa Jimin sudah tauh bahwa aku mengetahui segalanya?, Kalau memang ia tauh segalanya kenapa ia tak mencoba menjelaskan semuanya seperti dulu. Memohon untuk aku percaya padanya dan menyuruhku mendegarkan penjelasannya.

Apa sekarang Jimin sudah menyerah?!, Tentu saja kalau aku jadi Jimin aku tak akan menjelaskan apapun lagipula aku tak akan mendegarkannya.

Kutatap Jimin dengan tatapan tajam, Aku tak pernah sekalipun menatap seseorang seperti ini. Bahkan saat kami bertengkar dulu aku tak pernah mematap Jimin seperti ini. Tapi hari ini aku sudah begitu muak pada Jimin.

"Kenapa kau menahanku?!"

Tanyaku sinis.

"Bukankah aku tidak berarti lagi bagimu?!, Apa yang kau harapkan dari wanita seperti diriku?!, Ah!, tentu saja aku pasti masih berguna bagimu iya kan?!"

Tanyaku dengan emosi yang meledak-ledak.

"Apa lagi yang ingin kau taruhkan sekarang!, Apa nyawaku!, atau hubungan pernikahan kita!, Apa mereka ingin melihat aku tersiksa dalam pernikahan ini!"

Tanyaku menatang.

Kulihat kedua lengan Jimin sudah mengepal keras begitupun denhan wajahnya. Jimin terlihat menahan emosinya yang mungkin akan meledak sewaktu-waktu. Tapi aku tak peduli itu bahkan sekarang aku sangat mengiginkan kehancuran Jimin.

"Kenapa kau tidak menjawab pertayaanku?!, Apa sekarang kau menyerah untuk menjelaskannya padaku?!"

Tanyaku lagi sambil menatap sinis kearah Jimin.

"Cukup Sena!"

Ucap Jimin akhirnya, aku bisa mendegar emosi yang tertahan dari diri Jimin.

Tapi aku tak mau mendegarkan ucapan Jimin barusan aku terus bertaya padanya sampai Jimin merasa geram sendiri. Bukannya memukulku untuk meredahkan emosinya ia malah melumat bibirku dalam dan penuh pemaksaan.

Berkali-kali aku mencoba  memdorong tubuh Jimin untuk menjauh dariku. Tapi aku tak bisa, bahkan Jimin bukan hanya melumat kasar bibirku tapi ia malah mengigitnya dan membuatku merintih kesakitan. Air mataku sempat keluar beberapa kali saat kurasakam ciuman ini menyakitiku.

Tapi tidak dengan Jimin ia malah semakin menciumku bahkan sekarang Jimin mendorongku ke pembatas kasur dan dengan kasarnya mendorongku ke kasur alhasil tubuh Jimin menimpah tubuhku. Ciuman itu tak mau berhenti sampai aku kehabisan nafas dan tak tahan lagi kupukul keras dada bidang Jimin dan itu berhasil membuatnya Jimin berhenti.

"Masih ingin bicara!"

Tanya Jimin dengan nafas yang tak teratur dan yang pasti dengan nada dingin.

Aku hanya bisa menangis. Dan setelahnya kurasakan jari tangan Jimin mengelus lembut wajahku mengapus setiap tetesan air mata yang mengalir di wajahku.

Kemudian ia berdiri dari tubuhku dan mengeluarkan semua pakaianku dari dalam tas dan meletakan pakaianku sembarangan di dalam lemari.

Tanpa berkata-kata Jimin langsung pergi dari kamar ini dan meninggalkan diriku yang masih menagis sejadi-jadinya.

Aku tak akan pernah bisa hidup dalam sebuah kebohongan terutama untuk sebuah cinta Jimin. Yang aku butuhkan sekarang adalah kau menjelaskan kepadaku bahwa vidio yang kulihat itu adalah salah. Tak ada yang benar dari vidio itu, 

Bahwa kau menikahi bukan untuk sebuah taruhan melainkan karena cinta.

Meskipun sulit untuk percaya semua itu, tapi setidaknya cobalah untuk menjelaskan padaku. Karena aku butuh penjelasan darimu Jimin, aku ingin kau seperti dulu. Memintaku untuk mendegar semua penjelasanmu dan memintaku untuk percaya padamu.

Aku hanya terduduk termenung di kasur ini, sudah hampir 4 jam sejak pertengkaran hebatku dan Jimin hari ini. Aku bahkan tak tauh kemana Jimin pergi setelah pertengkaran itu, aku juga tak mendegar suara mobil Jimin yang pergi meninggalkan rumah.

Lagipula aku tak ingin tauh mengenai itu, karena yang harus aku pikirkan adalah bagaimana aku menjalani hidup setelah ini. Mungkin aku sudah terlalu sering memikirkan semua ini disetiap kali pertengkaran dan masalah yang terjadi dipernikahanku dan Jimin.

Tapi aku tak sungguh memikirkannya dulu, karena meskipun aku tauh pertengkaran akan membuat hubunganku dan Jimin retak tapi aku tak pernah takut. Tapi hari ini, aku harus memikirkan segalanya matang-matang.

Sempat terlintas di benakku untuk meninggalkan Seoul dan menjalani kehidupan di sebuah desa kecil dipinggiran kota. Mungkin itu lebih baik. Selain aku tak dapat melihat Jimin lagi, aku juga tak akan merasakan sakit hati dan setidaknya akan mudah bagiku untuk melupakan semua ini.

Bahkan sekarang aku harus menata kembali kehidupanku, dimana aku akan tinggal, pekerjaan seperti apa yang akan kuambil nantinya dan bagaimana aku menjalani kehidupan setelah aku meninggalkan Jimin.

Karena kurasa itu akan menjadi hal yang terlusit yang membutuhkan perjuangan penuh. Meskipun memoriku ini tidak terlalu baik dalam mengigat setidaknya melupakan Jimin akan membutuhkan waktu yang lama. Mungkin 1 tahun? entahlah tapi yang pasti jika aku bertemu dengan pria seperti Jimin lagi maka aku akan menjauhnya sebisa mungkin.

Suara pintu membuat lamunanku buyar, bisa kuradakan sosok Jimin sekarang sedang berjalan kearahku sambil membawakan makan malamku. Kini sosok Jimin sedang duduk disamping diriku sambil berusaha menyuapiku.

Aku menolak dan beberapa kali memalingkan wajahku saat Jimin berusaha menyuapiku. Aku bahkan tak merespon saat Jimin memanggil namaku. Bahkan aku menutup telingahku karena rasanya aku benci mendegar suara Jimin.

"Apa kau ingin aku menciummu lagi agar kau mau makan?!"

Tanya Jimin seraya mengancam padaku.

"Jika itu yang kau inginkan"

Ucap Jimin lagi seraya mendekatkan wajahnya krarahku tapi buru-buru kudorong wajah Jimin itu.

"Jangan berani menyentuhku, setelah kau melakukan ini padaku!"

Pringatku sedingin mungkin.

Kudegar Jimin meletakan sendoknya kembali ke atas nampan dan sekarang Jimin menghembuskan nafasnya kasar.

"Berhenti menguji kesabaranku Sena!"

Printah Jimin dingin dan tegas.

"Jangan berani memanggil namaku, karena aku tak suka mendegarnya!"

Ucapku lagi tegas.

Jimin akhirnya bangkit dari duduknya. Kulihat ia mengepalkan tangannya lalu meninju kasar kearah dinding kasur. Awalnya aku sempat terkejut, tapi setelahnya aku tak peduli. Jika Jimin ingin marah karena sikapku sekarang, seharunya ia berkaca terhadap semua tindakannya padaku.

Jimin kemudian meninggalkan kamar ini dengan suasana hati yang tidak baik. Bisa kulihat dari sekeras apa ia menutup pintu. Lagi-lagi air mataku ingin sekali keluar.

"Aku merinduhkanmu ibu"

Ucapku lirih.

Aku butuh seseorang yang bisa memelukku saat ini dan menenangkanku, kudengar suara mobil Jimin telah pergi meninggalkan perkarangan rumah. Kulirik jam dinding saat ini, telah menunjukkan pukul 1 malam.

Aku tak mau tanya kemana Jimin pergi dan aku juga tak ingin peduli mengenai Jimin. Bahkan jika ia ingin pergi kerumah Hyejin dan menginap disanapun aku tak peduli Bahkan jika Jimin tak pulangpun aku tak akan peduli.

Karena paku yang telah tertanam di dalam hatiku sudah terlalu dalam. Dan sekalinya dicabut bekas paku itu tak akan bisa tertutupi lagi meskipun bertahun-tahun. Dan jangan tanya apakah aku akan memafkan Jimin atau tidak.

Karena aku tak tauh dan tak akan pernah ingin tauh!!!.

*****

Pertayaan buat kalian, Adakah dari kalian yang masih percaya dengan cinta Jimin?

Seberapa kangen kalian dengan novel ini? Yuk Coment

avataravatar
Next chapter