4 Pesan Terakhir

"Tolong gantikan posisiku untuk Ellaine, jadilah diriku untuknya"

Permintaan Varo sungguh konyol, bagaimana mungkin Kyano bisa menjadi Varo, bukan masalah fisik yang Kyano pikirkan, karena semua orang pun tahu kalau Kyano dan Varo adalah saudara kembar. Jika bukan keluarga sendiri akan sulit membedakan keduanya, mereka satu penampilan dengan dua karakter.

"Kamu gila ya? bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu? jangan konyol Ro" kata Kyano dengan wajah merah karena kaget campur marah.

"Kenapa tidak? hanya ini yang ku pinta Ky, tolong" kata Varo memelas.

"Ini sangat beresiko Ro, aku tak mengenalnya, bagaimana aku bisa menjadi dirimu kalau aku sendiri tak tau apa-apa tentang dia" Kyano mendesah. "Dan lagi, jika suatu saat dia tahu yang sebenarnya, apa yang bisa ku lakukan? apakah dia akan percaya kalau ini semua kamu yang merencanakan? pikirkan itu Ro" Kyano merasa kesal.

"Aku sudah memikirkannya dengan baik semalam, dan itu keputusanku".

"Kenapa tak katakan saja padanya apa yang sebenarnya terjadi? toh dia juga berhak tahu, dia pasti tak suka di bohongi, sama sepertiku" kata Kyano tegas.

"Aku melakukan ini bukan tanpa alasan Ky, coba kamu pikirkan, andai dia tahu keadaanku yang sebenarnya sudah pasti dia akan langsung terbang ke Indonesia, dia sudah 1 tahun menjalani pembelajaran, tinggal 2 tahun lagi dia akan berhasil, mimpinya adalah menjadi seorang desainer hebat, jika kamu ada di posisiku, kira-kira apa yang akan kamu lakukan?" tanya Varo.

Kyano diam, ia terlihat berpikir.

"Ky, aku melakukan ini bukan karena aku ingin menyembunyikan ataupun membohonginya, tapi aku tak ingin jadi kendala untuknya menjadi gemilang di masa depan, aku tak ingin dia gagal hanya karena diriku, aku sangat mencintainya Ky" kata Varo dengan mata berkaca-kaca.

Hatinya terasa begitu berat mengatakan itu.

Kyano melirik sekilas ke arah Varo, ia melihat betapa terlukanya saudaranya itu, Kyano tahu bahwa Varo sendiri tak ingin melakukan itu, menyerahkan kekasihnya pada orang lain. Sungguh, pilihan yang sangat sulit untuk Kyano, jika dia menolak itu akan membuat Varo semakin terluka, dia akan terus memohon padanya tanpa lelah. Tapi jika Kyano menerima, apa yang akan dia lakukan ketika menjadi orang lain? sifat dan karakter mereka berdua sangat berbeda, meskipun fisik mereka sama.

Kyano berpikir, andaikan Ellaine tahu suatu saat nanti bisakah ia menanggungnya? dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ketika sandiwara itu terungkap.

"Ky, jangan hanya diam saja, katakan sesuatu" Varo masih memohon.

"Ro, aku sendiri masih bimbang apa yang harus aku lakukan, bisakah aku melakukan itu?" tanya Kyano menerawang.

"Bisa Ky, asal dalam hatimu jangan ada keraguan" jawab Varo mantap. Tampak ada sinar bahagia di mata Varo ketika mendengar ada setidaknya sedikit harapan dari perkataan Kyano.

Kyano menatap Varo, ia tak tega melihat Varo seperti ini. Mungkin hanya ini yang bisa ia lakukan untuk saudaranya di saat terakhirnya.

"Baiklah, akan ku coba, tapi jika aku tak mampu jangan salahkan aku" kata Kyano.

"Oke, terima kasih banyak Ky" kata Varo tulus. Kyano hanya mengangguk tak sanggup lagi melihat sorot matanya yang penuh luka.

***

"Halo Ell, bagaimana harimu? apakah menyenangkan?" tanya Varo di ujung telepon. Meskipun kondisinya sangat lemah, ia tetap memaksakan diri untuk selalu menghubungi Ellaine agar wanita itu tak menaruh curiga. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Varo mencoba berbicara dengan Ellaine seriang mungkin.

"Sangat menyenangkan, kamu ingin tahu seperti apa hariku?" jawab Ellaine dengan sumringah.

"Apa itu? katakan, aku tak sabar mendengarnya" Jawab Varo juga ikut sumringah.

"Hari ini kelasku berjalan dengan sangat baik, dan apa kamu tahu apa yang membuatnya menyenangkan?" Ellaine tersenyum, "Aku dapat juara dalam kontes pembuatan desain terbaik seangkatanku, aku sungguh bahagia sayang" Kata Ellaine setengah berteriak, dia terlihat bahagia, andaikan saat ini Varo ada di sisinya mungkin ia sudah di hamburi dengan pelukan Ellaine karena saking bahagianya.

"Oh ya? selamat sayang, aku juga sangat bahagia mendengarnya, itu berarti kamu memang berbakat dalam bidang ini" puji Varo tulus.

"Semua ini tidak akan pernah terjadi jika bukan karena dukungan darimu, terima kasih ya, masih selalu setia menemaniku dan terus mendukungku untuk mencapai semua impianku" kata Ellaine lembut.

"Di antara kita tak perlu lagi ada kata itu, karena bagiku kebahagiaanmu adalah yang paling penting" kata Varo dengan tersenyum.

"Sayang, tunggu sebentar ya"

Varo menutup speaker suara di telepon menggunakan tangannya, ia berbisik kepada Kyano yang sejak tadi di suruh untuk mendengarkan percakapan mereka.

"Ky, cepat katakan sesuatu padanya, cobalah sekali kali selagi masih ada aku, agar kamu terbiasa, nanti aku ajari jika ada sesuatu yang mengganjal agar Ellaine tak curiga" kata Varo penuh harap.

"Apa yang harus ku katakan, jangan konyol Ro" Kyano masih merasa enggan. Ia merasa benar-benar tak bisa melakukannya.

"Tolong Ky, ada aku di sini, cobalah berinteraksi dengannya seperti aku tadi, hilangkan kegugupanmu, kamu pasti bisa" kata Varo meyakinkan. Ia tahu jika Kyano sangat gugup terlihat dari wajahnya yang agak merah.

Kyano dengan ragu menerima ponsel Varo, menempelkan benda kecil itu ke telinganya. Terdengar suara merdu seorang wanita yang tak lain adalah Ellaine, kekasih Varo yang Kyano sendiri belum pernah bertemu dengannya secara langsung.

"Halo, sayang? ada apa? kenapa diam?"

"Halo, Varo? kamu masih di sana kan?

"Varo, katakan sesuatu, jangan membuatku khawatir"

Pertanyaan Ellaine yang bertubi-tubi menyadarkan Kyano yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri, ia mengerjap.

"Oh halo, maaf" hanya kata itu yang berhasil keluar dari mulut Kyano, ia merasa gugup.

"Varo? kenapa dengan suaramu? kenapa terlihat gugup?" Ellaine menyadari perbedaan intonasi dari suara Varo.

Varo sendiri ikut merasa gusar melihat Kyano yang sangat kaku.

Ia berkali-kali memberi kode kepada Kyano agar berkata lebih lembut.

"Emm, maaf, aku hanya sedikit linglung tadi" kata Kyano dengan suara yang sudah terdengar lebih santai.

"Linglung? kenapa bisa?"

Kyano diam, ia bingung harus berkata apa.

"Karena sudah lama sekali tak mendengar suaramu yang begitu bahagia" kata Kyano akhirnya.

Varo yang mendengar perkataan Kyano merasa terkejut, ia mengacungkan jempolnya tanda merasa puas dengan apa yang Kyano lakukan.

"Hahaha, kamu bisa aja, aku tahu kamu pasti sangat merindukanku" kata Ellaine tertawa nyaring.

"Tentu saja, bukankah kamu juga?" tanya Kyano sambil melirik ke arah Varo yang sedang tersenyum.

"Iya, aku sangat merindukanmu sampai aku ingin lari ke pelukanmu dan menciummu sampai kamu tak bisa bernafas" kata Ellaine menggoda.

Kyano terkesiap, ia tak menyangka akan mendapatkan perkataan intens dari Ellaine saat ini, Varo tertawa dengan suara yang ia sembunyikan, menutupi mulutnya dengan bantal agar tak terlepas.

"Baik, akan aku tunggu hari itu" kata Kyano gugup. Ia harus mengontrol dirinya karena ini adalah sandiwara.

Setelah bercanda cukup lama akhirnya telepon terputus karena Ellaine harus pergi ke suatu tempat dengan pembimbingnya.

Di samping itu, Kyano terus saja mengomel tanpa henti pada Varo.

"Ky, terima kasih, mulai hari ini ku serahkan Ellaine padamu, bahagiakan dia, jangan membuatnya terluka, cukup hanya aku yang menyakitinya, maaf merepotkanmu" kata Varo tulus, ia tersenyum lega.

"Hanya ini yang bisa ku lakukan untukmu Ro, tapi setelah dia kembali dari Amerika aku tak bisa lagi melanjutkan sandiwara ini" kata Kyano.

"Baik, tidak masalah, aku hanya ingin kamu menemani Ellaine dalam masa pembelajarannya, meskipun aku berharap kamu akan selalu menjaganya

sampai akhir hidupnya, tapi aku tak bisa memaksakan untuk itu" kata Varo.

Kyano terdiam, Varo sendiri tahu bahwa ia tak bisa memaksa Kyano untuk selalu bersama Ellaine, mungkin saja Kyano sudah mempunyai seseorang yang dia cintai, dan dia melakukan itu hanya demi dirinya, untuk itu Varo tak akan mencegahnya melakukan apa yang dia inginkan setelah semua tentang Ellaine selesai. Kyano juga berhak bahagia. Begitulah pikirnya.

"Aku akan melihat kerja kerasmu dari surga Ky, siapa yang tahu jika takdir menyatukan kalian dalam kebahagiaan, dan aku sangat berharap untuk itu" gumam Varo pada dirinya sendiri setelah Kyano meninggalkan kamarnya.

avataravatar
Next chapter