7 Pemuda Amerika

Tak ada pemuda yang tak jatuh cinta pada Ellaine ketika sudah mengenalnya. Sama halnya dengan Gabriel, pemuda tampan asal Amerika yang tergila-gila pada Ellaine.

Pertemuan mereka terjadi di awal masuk akademi desaign, dia dengan tak sengaja mengenal Ellaine saat Ellaine kesulitan dalam menyelesaikan tugas pertamanya.

Pemuda tampan bermata biru itu sangat mahir dalam bidang desaign, jadi tak heran jika Ellaine selalu mengandalkannya ketika ada pelajaran yang ia sendiri sulit memahami.

Berawal dari berteman, kedekatan mereka tak hanya membuat hati Gabriel merasa nyaman, tapi dia menyukai setiap apa yang ada dalam diri Ellaine. Baginya Ellaine adalah wanita sempurna yang pernah ia temui, wanita dari Indonesia yang diam-diam selalu mengusik hatinya. Ellaine tak hanya cantik, dia sosok yang supel, periang dan mudah bergaul.

Hanya saja Gabriel tak pernah menyerah meskipun tau bahwa Ellaine sudah mempunyai kekasih yang tinggal di Indonesia.

"Aku akan menunggumu sampai kau putus dengan pacarmu Ella" kata Gabriel suatu hari ketika dia mengungkapkan perasaanya yang di tolak halus oleh Ellaine dengan alasan dia sudah mempunyai pacar.

"Kau tunggu saja sampai sungai Amazon kering, karena hal itu tak akan pernah terjadi" jawab Ellaine dengan nada bergurau namun ada kepastian di dalam kalimatnya.

"Baik, kau lihat saja nanti, aku pasti akan memenangkan hatimu" kata Gabriel percaya diri.

Gabriel memang sangat tampan, mata biru dan rambut pirangnya memperlihatkan bahwa dia adalah asli warga Amerika. Dengan ketampanannya sudah ada banyak wanita yang mengejarnya tapi tak satu pun dari mereka mampu menyamai Ellaine. Karena hatinya sudah terlanjur terkunci untuk gadis itu.

"Ella, bisakah kau menemaniku di acara ulang tahunku?" tanya Gabriel setelah selesai pelajaran.

"Menemanimu?" kening Ellaine berkerut tak mengerti.

"Menjadi pasanganku" kata Gabriel meringis, memperlihatkan gigi putihnya yang rapi, membuat pemuda itu terlihat semakin tampan.

"Jangan harap" gurau Ellaine.

"Kenapa? takut?"

"Takut untuk apa?"

"Takut kekasihmu tau kalau kau berselingkuh denganku di sini" goda Gabriel dengan tertawa.

"Aku tidak takut karena memang aku tidak melakukan itu" kata Ellaine enteng dan segera berlalu.

Meskipun Ellaine mengetahui tentang perasaan Gabriel padanya tapi rasa itu tidak membuat hubungan pertemanan mereka menjadi retak, Gabriel sendiri walaupun sudah di tolak ia tetap bersikap biasa, bahkan tak jarang ia menunjukkan rasa cintanya dengan terang-terangan.

"Ella, tolonglah sekali ini saja" kata Gabriel mensejajari langkah Ellaine dengan tangan di telungkupkan di depan dadanya, ia sangat memohon agar Ellaine mau menjadi pasangannya di hari ulang tahunnya minggu depan.

"Percuma memohon padaku, jawabanku masih tak berubah, cari saja wanita lain" jawab Ellaine masih berjalan dengan santai.

"Apa kau mau aku di permalukan di hari bersejarahku? kau sungguh tega padaku Ell" Gabriel memasang wajah cemberut.

"Kenapa harus aku? lagipula apa pentingnya seorang pasangan di hari ulang tahunmu?" tanya Ellaine dengan sedikit curiga, ia merasa Gabriel pasti sedang merencanakan sesuatu padanya.

Gabriel meringis dan dengan segera mengalihkan matanya agar tak terlihat oleh Ellaine. "Bukankah sudah ku katakan Ella, aku tak mau di kejar banyak wanita karena aku jomblo, apa kamu tahu, di acaraku besok pasti akan ada ribuan wanita yang siap menerkamku hidup-hidup" katanya dengan setengah berbisik.

"Gabriel, jangan coba-coba membodohiku" kata Ellaine dengan mata melotot.

"Ayolah Ella, ku mohon bantu aku kali ini, aku benar-benar muak dengan para wanita itu, mereka pasti tak akan berhenti menggangguku jika aku tak mengaku punya kekasih, kumohon Ella" Gabriel memohon dengan sangat kasihan, sepertinya dia benar-benar dalam keadaan yang sulit.

"Jika memang itu alasannya, kenapa harus aku?" tanya Ellaine masih ragu.

"Kau tahu sendiri kan, aku hanya dekat denganmu, lagian jika itu kamu rumor tak akan menyebar karena mereka tahu kalau kita dekat, dan dengan begini juga akan membungkam keluargaku yang selalu mengatur masalah hidupku dengan wanita" Gabriel menjelaskan dengan sedikit gusar, ia terlihat sangat membutuhkan bantuan.

Ellaine menatap Gabriel, mencoba mencari kebenaran di matanya. Mata itu masih terlihat begitu memohon.

"Oke, tapi tak ada lagi lain kali" kata Ellaine memantapkan hatinya, setelah ini ia berencana akan memberitahu Varo tentang bantuan ini, agar kelak tak ada kesalahpahaman yang mungkin bisa terjadi.

"Benarkah? Oh Tuhan, terima kasih telah mengirimkan bidadari lembut yang begitu baik padaku" Gabriel terlihat sangat senang, matanya berbinar. Ada dua hal yang membuat Gabriel merasa begitu bahagia, pertama tentu saja karena punya kesempatan bisa menjadi kekasih Ellaine walau hanya pura-pura, dan kedua kini ia tak akan begitu repot melarikan diri di acara ulang tahunnya besok, ia merasa begitu lega.

Ellaine hanya tersenyum melihat tingkah Gabriel yang seperti anak kecil.

"Ella, untuk persetujuanmu kali ini mari kita rayakan, akan aku traktir kamu sepuasnya" kata Gabriel senang.

"Tak perlu, masih ada yang harus aku lakukan, bukankah kamu sendiri tahu kalau dosen menyuruh kita mendesaign ulang pola tuxedo agar terlihat lebih menyala? dasar…" Ellaine mencoba mencari alasan, selain memang karena ada tugas ia sendiri sedang tak ingin bersama Gabriel terlalu lama.

Entah kenapa perasaannya akhir-akhir ini selalu mengkhawatirkan Varo.

Gabriel terlihat kecewa, tapi ia tak memaksa. Mendapat persetujuan Ellaine untuk jadi pasangannya sudah bisa membuatnya bahagia, jadi ia tak ingin merusak rencana itu jika ia memaksa Ellaine pergi bersamanya kali ini.

"Oke, sekali lagi thanks untuk bantuan ini, aku akan membalasnya suatu hari" kata Gabriel tulus.

"Sama-sama, tapi ingat, jangan macam-macam padaku Ga" ancam Ellaine dengan mata melotot dan sedikit tertawa.

"Baik bidadari, saya akan patuh" jawab Gabriel dramatis.

"Aku pulang" Ellaine melambaikan tangannya pada taksi yang hendak melewati mereka.

"Hati-hati Ell"

Ellaine mengangguk kemudian masuk ke dalam taksi yang sudah berhenti di depan mereka. Gabriel memang tak menawarkan diri untuk mengantar Ellaine sampai ke apartemennya, karena selama ini jika tak ada yang mendesak Ellaine tak pernah mau di antar ataupun di jemput.

"Benar-benar wanita yang sangat setia" gumam Gabriel sambil berlalu menuju mobil merahnya.

Begitulah Ellaine, meskipun dia begitu jauh dari Varo tak membuat sikapnya semena-mena terhadap laki-laki manapun. Dia mencoba setia dan bahkan sangat menikmati kesendirian di negara itu.

Tak hanya Gabriel yang mendekati Ellaine, banyak teman laki-lakinya yang ingin berteman dekat dan bahkan langusung memintanya menjadi kekasihnya, namun selalu Ellaine tolak semua itu dengan lembut, dan dengan alasan yang sama.

Karena ia sudah mempunyai kekasih yang sangat mencintainya di Indonesia.

Kekasih yang akan selalu setia menunggunya kembali, kekasih yang tak pernah melupakannya walau sedetikpun.

Tulusnya cinta Varo padanya tak akan pernah Ellaine sia-siakan hanya karena jarak yang membentang.

avataravatar