5 Gelisah Yang tak Berujung

Suasana hati Ellaine terasa tak menentu, ia merasa gelisah sepanjang hari, entah apa yang terjadi padanya ia sendiri tak mengerti. Mungkinkah karena kerinduannya pada Varo yang semakin membuncah? tapi kenapa ia merasa segelisah ini?

Ia mencoba menghubungi Varo berkali-kali, namun selalu panggilan itu tak mendapatkan jawaban. Hatinya merasa semakin tak menentu. Ada apa sebenarnya dengan kekasihnya?

Ellaine mencoba lagi menghubungi semua orang di keluarga Varo. Dari ayahnya, ibunya sampai om dan tantenya pun ikut ia hubungi. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilan Ellaine. Kini hatinya benar-benar merasakan luka yang tak berdarah. Ia tergores rindu dan kekhawatiran yang beradu di dalam hati kecilnya.

Hingga hari kedua Ellaine baru mendapatkan kabar dari Varo.

"Selamat pagi sayang? bagaimana harimu? apakah menyenangkan?" tulis Varo di pesan whatssapp nya.

"Dari mana saja kamu? kenapa baru menghubungiku?" balas Ellaine dengan emoji kesal.

"Maaf, kemarin ada urusan keluarga, sehari itu tidak ada yang fokus pada ponselnya, jadi mereka tidak membalasmu, sekali lagi maaf" balas Varo yang di bumbui dengan emoji tangan di tangkupkan layaknya sedang meminta maaf, tak lupa juga emoji cium yang ia selipkan.

"Jika saja saat ini aku sedang tidak di tempat belajar sudah pasti aku akan mengomel sepanjang hari denganmu di telepon" tulis Ellaine lagi masih dengan kesal.

"Kamu membuatku khawatir, Varo" susul Ellaine dengan satu pesan lagi.

"Maaf sayang, ini akan jadi yang terakhir, aku akan menunggumu mengomeliku, jangankan sehari, seumur hidup pun aku akan mendengarkan omelanmu dengan senang hati" tulis Varo dengan rayuan.

Ellaine tersenyum setelah membaca pesan terakhir dari Varo. hatinya berangsur-angsur menjadi baik.

Ternyata kegelisahanku kemarin memang hanya karena merindukan pemuda itu. Batin Ellaine dengan tersenyum.

Baru setelah itu beberapa pesan masuk secara bersamaan, dari ayah Varo, ibu Varo, om dan juga tante Varo, dan semua yang Ellaine hubungi kemarin. Dan isi dari pesan itu semuanya hampir sama, mereka sedang ada urusan keluarga. Ellaine merasa lega sekaligus merasa bersalah karena telah mengganggu urusan mereka. Akhirnya ia hanya bisa meminta maaf pada mereka karena kecerobohannya. Semua itu di lakukannya karena ia sangat khawatir terjadi sesuatu pada Varo, karena hati kecilnya mengatakan itu.

Sementara di sisi lain, Kyano menghembuskan nafas lega. Kali ini dia sudah benar-benar masuk ke dalam lubang yang tak mungkin bisa untuk kembali. Ia telah menjadi Varo dalam hidup Ellaine. Sebenarnya hatinya merasa tak nyaman dengan identitasnya yang palsu, tapi demi keinginan terakhir Varo ia akan melakukannya meskipun pada akhirnya akan menyakiti Ellaine dan juga dirinya sendiri.

Kyano teringat kembali pertemuan kemarin antara keluarganya dengan orang tua Ellaine. Mereka membahas tentang apa yang di inginkan Varo dan juga untuk kebaikan Ellaine yang masih tak tau apa-apa.

Kyano mendesah pelan. Bagaimana ia teringat wajah tua ayah Ellaine yang memohon juga pada dirinya agar tak menolak rencana Varo, ternyata dua keluarga itu saling menyayangi Ellaine begitu dalam, mereka tak ingin membuat Ellaine terluka karena kehilangan Varo ketika masih dalam masa-masa sulitnya di luar negeri.

Tak jauh berbeda dengan ibu Ellaine yang tak henti-hentinya menangisi keadaan Varo juga Ellaine yang harus menderita kehilangan kekasih yang sangat di cintainya. Orang tua Ellaine juga sependapat dengan Varo, mengingat putrinya yang begitu mencintai Varo, mereka yakin jika hal ini sampai di telinga Ellaine dia akan langsung pulang ke Indonesia, dan bahkan bisa lebih buruk keadaannya andai itu terjadi.

Untuk itu kesepakatan antara dua keluarga telah di resmikan, keputusan bahwa selama Ellaine masih dalam masa pembelajaran rahasia kematian Varo akan di sembunyikan, sampai Ellaine kembali dengan membawa kesuksesan.

Kini Kyano benar-benar pasrah dengan apa yang akan terjadi di masa depan, ia hanya akan fokus pada hubungan Varo dan Ellaine yang juga membutuhkan tenaga extra, keteguhan hati, ketabahan juga keikhlasan dirinya untuk menjalani nasib ini.

Ia hanya berharap kelak jika Ellaine kembali dia tak menyalahkan dirinya karena telah membohongi dan menyamar sebagai kekasihnya dalam waktu yang lama. Dan yang pasti dia tak begitu terpukul dan terpuruk atas kematian Varo, sang kekasih yang saat ini sangat lemah hingga tak mampu lagi bangun dan bahkan hanya bisa mengedipkan matanya tanda ia masih bernyawa.

Ellaine tersenyum sendiri, pandangannya menerawang, ia sangat merindukan Varo. Setelah selesai belajar ia akan segera menghubungi Varo lewat video call, ia sudah membayangkan wajah tampan Varo dengan tahi lalat kecil di pinggir mata yang membuatnya terlihat lebih tampan. Ellaine sangat menyukai penampilan Varo yang selalu rapi.

Satu jam di dalam ruangan serasa sehari bagi Ellaine, ia terus saja mengutuk pembimbing, apalagi pelajaran kali ini terasa sangat rumit, tentang cara membuat desain yang menarik dengan kain yang berbeda-beda, pola-pola yang ternyata lebih rumit dari Aljabar dalam rumus matematika, kepalanya seakan ingin meledak. Biasanya Ellaine akan menikmati setiap detail pelajaran dari pembimbingnya, namun berbeda dengan hari ini, ia merasa bosan dan jenuh, bahkan sangat kesal, ingin segera pergi dari tempat ini.

Mungkin itu karena pikirannya sedang tak fokus pada pelajaran, melainkan hanya tertuju pada pemuda yang baru beberapa menit yang lalu menghubunginya.

Ellaine merasa lega setelah pada akhirnya pelajaran itu usai. Ia bergegas keluar dari ruangan dan segera pergi menuju mobilnya di parkiran.

"Hai kucing tampan? bagaimana kabarmu? aku merindukanmu" kata Ellaine setelah melihat Varo dalam layar kecilnya sedang menggendong kucing putih yang pernah di berikan Ellaine padanya waktu ulang tahun Varo.

"Aku baik, bagaimana denganmu putri cantik? aku juga sangat merindukanmu" jawab Varo dengan logat bahasa yang di buat-buat, sambil menggoyang-goyangkan tangan Fluffy, si kucing tampan.

"Aku sangat baik, sepertinya kita harus memberikan dia teman baru, agar dia tak kesepian lagi, bagaimana menurutmu Varo?" tanya Ellaine setelah berpikir.

"Ide bagus, untuk itu serahkan saja padaku, aku akan mencarikan dia teman yang baik" jawab Varo berbinar.

"Tapi ingat, harus perempuan" kata Ellaine.

"Why?" tanya Varo yang membuat Ellain mengerutkan kening heran. Sejak kapan Varo mengungkapkan kata-kata dengan bahasa inggris? setahu dia selama ini Varo tak pernah melakukan itu.

Melihat raut muka Ellaine yang sedikit berubah, Kyano segera mengalihkan pembicaraan.

"Aku tau kenapa kamu ingin teman Fluffy perempuan, pasti kamu ingin agar kita mendapat banyak anak-anak kucing bukan?" Kyano terkekeh mendengar ucapannya sendiri, dari kapan ia bisa berbicara seperti ini?

Ellaine juga tertawa mendengar perkataan Varo. Dia memang yang paling mengerti dirinya.

Semburat senyum terukir di wajah Kyano, entah kenapa dia merasa nyaman ketika sedang berbicara dengan gadis bermata coklat itu.

Senyumnya begitu cantik dan menenangkan, suaranya memang indah. Pantas saja Varo sangat mencintai Ellaine, dia tak hanya baik, tapi juga cantik luar dalam.

Dalam hati Kyano berharap bahwa gadis ini akan selalu tertawa meski jika suatu saat dia tau segalanya.

Karena memang takdir ini begitu menyakitkan.

avataravatar
Next chapter