20 Selamat Ulang Tahun, Rea

"Selamat ulang tahun, anak Papa …," ucap Papa Rea, ketika menyambut pagi Rea saat baru saja terbangun dari tidurnya.

"Papa … Mama?" balas Rea dengan heran.

Baru saja ia membuka mata, kedua orang tuanya sudah berada di kamarnya dengan senyum sumringah dan cake cokelat kecil yang dibawanya.

"Selamat ulang tahun, Rea … maaf, ya … mama belum bisa membuat kue untukmu. Akhir pekan ini kita jalan-jalan saja ya, sebagai gantinya," ujar Mama Rea, kemudian memberikan dekapan untuk anak tunggalnya.

"Iya, Ma … tidak masalah. Ucapan dan cake ini sudah cukup untuk Rea. Lagipula, teman-teman Rea pasti sudah menyiapkan acara untuk Rea," tutur Rea begitu percaya diri.

***

Namun sayang, hari ini Rea benar-benar marasa sepi dan jenuh. Ia tidak melihat kekasih dan juga sahabatnya datang untuk menemaninya makan siang.

Ting!

Ponselnya berdering tanda masuk sebuah pesan untuknya.

Rega : Aku dan Ferdinan sedang tidak di kampus. Kamu bisa makan siang sendiri atau ajak Aldy, ya. Aku menyayangimu, Rea ….

Isi pesan dari sang kekasih yang baru saja bisa memberikan kabar untuknya.

Rea : Aku sudah makan, kok. Kamu tenang saja, sayang ….

***

Setelah seharian Rega dan Ferdinan berhasil menghindar dari keberadaan Rea, perjuangan mereka belum juga usai hingga sore hari. Dimana Rega dan Ferdinan harus bergegas menuju rumah Rea dan mempersiapkan semua kejutan untuk gadis bernama lengkap Areana Mandalika.

Kue dan juga kado untuk Rea sudah ada dalam mobil Rega, sementara Ferdinan pergi menyusul dengan sepeda motornya. Setibanya di komplek tempat tinggal Rea, Rega dan Ferdinan masih harus berjalan kaki untuk bisa menuju ke rumah Rea. Karena mereka sengaja memarkirkan mobilnya di tempat yang cukup jauh dan tidak akan bisa diketahi oleh Rea jika Rea pulang kuliah nanti.

Mama dan Papa Rea sudah menunggu di rumah. Mereka menyambut Rega dan Ferdinan dengan cuka cita. Terlihat rumah Rea yang masih dalam proses rapi-rapi, dimana Mama Rea belum selesai memasak dan Papa Rea baru saja pulang kerja.

"Rega dan Ferdinan menunggu saja di kamar Rea, ya. Tante akan lanjut memasak," tutur Mama Rea.

Dengan membawa kue dan kado ulang tahun untuk Rea, Rega dan Ferdinan menuju ke kamar Rea yang berada di lantai dua.

Cklek

Kamar Rea terlihat rapi, dengan aneka ragam boneka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dimiliki oleh Rea, tersusun pada sebuah lemari kaca yang ada di kamarnya. Piano dan juga biola juga memilki tempat tersendiri di kamar Rea, tepatnya di sudut kamar Rea.

Kamar Rea cukup luas, mungkin karena isinya yang cukup banyak, sehingga kamarnya memang harus memiliki ruang yang cukup luas.

"Kamarnya rapi sekali," tutur Rega, tersenyum. Ia senang bisa melihat langsung kamar kekasihnya.

Setelah puas untuk melihat-lihat keadaan kamar Rea, Ferdinan mengajak Rega untuk segera menyiapkan kue dan juga balon untuk kejutannya.

Hampir tiga puluh menit, mereka memiliki waktu untuk mempersiapkan segalanya. Mereka juga sudah mendapatkan pesan dari Mama Rea kalau Rea sudah pulang dan kini sedang membukakan pintu rumah karena Grey sudah datang untuk membantu mengalihkan perhatian Rea.

"Kita siap-siap menunggu dibalik pintu, ya," pinta Rega, yang ditangannya sudah ada kue ulang tahun black forest kesukaan Rea.

Sementara Ferdinan membawa terompet dan balon yang siap dipecahkan untuk mengejutkan Rea.

Dug dug dug

Terdengar langkah kaki Rea sedang menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya.

"Siap-siap," bisik Rega memberikan kode.

Mata Rega dan Ferdinan tertuju pada gagang pintu yang pastinya akan bergerak jika Rea membuka pintu kamarnya.

Cklek

"Surprse …!!!"

Duarr!!!

Balon yang berada di genggaman Ferdinan, segera ia pecahkan.

Mata Rea membesar, tidak menyangka kalau dua pria yang hari ini membuatnya jenuh dan sepi, kini ada di depan matanya, berada di kamarnya.

"Rega! Ferdinan! Kalian …!!!" seru Rea menggerutu.

Rega memberikan kue tersebut pada Ferdinan dan menarik tanga Rea. Ia memberikan pelukkan untuk Rea, guna menenangkan hati sang kekasih, yang sudah seharian ini dibuat kesal olehnya, Ferdinan dan juga beberapa orang yang ikut terlibat dalam persiapan kejutan ini. Siapa lagi kalau bukan Grey, Mama dan Papa Rea.

Grey datang ke kamar Rea bersama dengan Mama dan Papa Rea. Mereka tertawa melihat Rea yang menitikkan air mata karena kesal. Rea juga masih tidak mau melepas dekapan Rega.

"Tiup lilin dulu, yuk," ajak Rega, perlahan mendorong bahu Rea agar melepas pelukkannya.

Rea mundur dan menunggu Rea menyalakan lilin, lalu mengambil alih kue tersebut dari tangan Ferdinan.

"Make a wish, sayang," pinta Rega.

Rea menunduk dan memejamkan mata. Ia membuat permintaan untuk ulang tahunnya hari ini. Dimana usianya sudah menginjak 21 tahun. Cukup lama Rea berdoa dan tidak ada yang tahu apa isi doa dan permintaan Rea selain Tuhan, mereka hanya berharap Rea memiliki permohonan yang baik dan yang terbaik kepada Tuhan-Nya.

Usai membuat permintaan, Re kembali membuka matanya dan segera meniup lilin angka 21 di atas kuenya.

"Yeeeee!" seru yang lainnya, menyambut dengan riang.

"Sekali lagi, selamat ulang tahun, anak Papa," ucap Papa Rea, kembali memberikan ucapan. Kali ini sang Papa memberikan sebuah kado untuk Rea.

"Selamat ulang tahun, sayang," disusul dengan Mamanya yang juga memiliki kado untuk anak tunggalnya tersebut.

"Selamat ulang tahun ya, Rea …," tutur Grey lagi. Ia memberikan dekapan untuk Rea, namun tidak memberikan kado, karena kado ulang tahun dari Grey dan Ferdinan untuk Rea, diletakkan di atas sofa yang berada di ruang tamu rumah Rea.

"Mama dan Papa turun, ya. Jangan lupa, kita masih punya satu acara lagi," ujar Mama Rea, kemudian menggandeng lengan tangan sang suami dan berlalu dari kamar Rea.

Rega sudah tidak membawa kue itu lagi. Ia meletakkannya di atas meja belajar Rea. Namun Rea tidak langsung tertuju pada Rega dan memilih untuk menghampiri Ferdinan lebih dulu.

"Selamat ulang tahu, teman kecilku yang cengeng. Sudah ada Rega, tidak boleh cengeng dan banyak mengeluh lagi, ya," ujar Ferdinan, juga memberikan dekapan untuk sahabatnya itu.

"Terima kasih, Fer … kamu memang teman terbaikku," balas Rea, bersyukur memiliki sahabat seperti Ferdinan.

Kini Rea sudah melepas pelukkannya berama Ferdinan. Matanya menatap malu pada sang kekasih yang terlihat sudah tidak memegang apapun lagi. Seolah siap untuk menerima dekapan dari Rea.

"Kenapa diam saja?" tanya Rea menggoda.

"Hmm … selamat ulang tahun, sayang," ucap Rega, melangkahkan kakinya semakin mendekat pada Rea.

Rega menarik dagu Rea dengan sangat lembut. Ia mendaratkan bibirnya pada bibir Rea, memberikan kecupan untuk kekasihnya.

Rea tersentak dan merasa malu. Ia segera mendekap Rega, tidak ingin kalau Ferdinan dan Grey menggodanya.

"So sweet ...," cicit Grey, sembari merangkul lengan tangan Ferdinan. "Andai saja ada Aldy bersama kita."

Deg!

'Aldy tidak datang?'

avataravatar
Next chapter