19 Berbeda

"Terima kasih, ya …."

"Terima kasih, untuk?" tanya Aldy heran, ia menerima ponsel yang diberikan oleh Rega.

"Terima kasih sudah melindungi Rea disaat aku sedang tidak bersamanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Rea saat wanita itu memperlakukannya layaknya binatang seperti itu," tutur Rega.

"Kamu sangat mencintai Rea, ya?" tanya Aldy.

"Ya … aku sungguh mencintai Rea. Kalau tidak, untuk apa aku jadikan dia kekasihku, Al."

***

"Halo?"

"Aman, Re," ucap Ferdinan dalam telponnya.

"Maksud kamu aman?"

"Tidak ada pertengkaran antara Rega dan Aldy. Aku tidak menyangka ini."

Rea menjatuhkan ponselnya, ia jelas lega. Meski sebenarnya aneh, untuk apa Rega pergi ke pesta tersebut dan menemui Aldy, kalau bukan untuk marah pada lelaki itu.

Tidak ingin mengambil pusing, Rea akhirnya meraih handuk di kursi yang sudah ia siapkan sebelumnya. Namun karena perihal Rega, ia mengurungkan niatnya untuk mandi dan memilih menunggu kabar dari Ferdinan lebih dulu untuk mengetahui apa yang terjadi di pesta karena kehadiran Rega di sana.

***

Seperti biasa, Rea duduk sendiri di kantin, sembari menunggu kedua sahabatnya hadir untuk menemaninya makan siang. Namun sudah hampir sepuluh menit, Ferdinan maupun Aldy tak kunjung datang. Bukan hanya itu, Rega juga tidak membalas pesannya sejak tadi. Dan itu membuat Rea beripikir kalau Ferdinan dan Rega memang memiliki kelas tambahan sehingga tidak bisa keluar kelas tepat waktu. Namun bagaimana dengan Aldy? Aldy tidak satu kelas dengan Ferdinan dan Rega, tetapi ia juga tak kunjung datang.

Sorot mata Rea tertuju pada seorang pria yang tengah tertawa sumringah dengan seorang wanita. Pria yang sudah tidak asing lagi bagi Rea, siapa lagi kalau bukan Aldy dan kekasih barunya –Tika-.

Rea bisa apa kalau sahabatnya itu sudah bersama kekasihnya. Ia jelas tidak bisa dan tidak boleh mengganggu waktunya. Hingga pada akhirnya, Rea yang tidak sanggup melihat kemesraan dua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu, memilih untuk pergi dari kantin dan mengurungkan niatnya untuk makan siang.

Rea mengambil langkah menuju ke gedung perkuliahannya. Ia mengerucutkan bibirnya, merasa ada yang berbeda dihari ini. Tidak ada kekasih, tidak ada teman, tidak ada makan siang untuknya, jelas membuat harinya menjadi begitu hambar.

Ting!

Ponselnya berdering tanda masuk sebuah pesan untuknya.

Rega : Aku dan Ferdinan sedang tidak di kampus. Kamu bisa makan siang sendiri atau ajak Aldy, ya. Aku menyayangimu, Rea ….

Isi pesan dari sang kekasih yang baru saja bisa memberikan kabar untuknya.

Rea : Aku sudah makan, kok. Kamu tenang saja, sayang ….

Rea mematikan layar ponselnya dan memasukkan kembali ponsel tersebut ke dalam tasnya. Rea tetap melanjutkan langkahnya menuju ke gedung perkuliahan jurusannya. Terlihat sepi karena itu adalah jam istirahat. Sebagian mahasiswa ada yang memilih makan siang di kantin, di beberapa titik yang biasa menjadi tempat kumpul mahasiswa atau pergi keluar. Namun pada hari ini Rea memilih untuk tidak memanfaatkan waktu istirahatnya dengan makan siang. Ia memilih duduk di depan kelas dan menunggu hingga dosen jam perkuliahan berikutnya datang.

Rea kembali mengambil ponsel dari dalam tasnya dan ia masukkan ke dalam sebuah game online yang kerap ia mainkan kala sedang suntuk. Baru saja memulai war, ia langsung left dan mengurungkan untuk meneruskannya. Entah mengapa, bukan hanya harinya saja yang berbeda, Rea juga merasa ada yang berbeda pada dirinya, seperti ada yang beban yang sedang dipikirkan olehnya.

***

Cklek

Rea masuk ke dalam rumahnya. Ia tiba di rumah sedikit lebih telat karena harus menunggu Papanya yang baru bisa menjemputnya saat pulang kerja. Tidak biasanya Rea meminta sang Papa untuk menjemputnya. Biasanya ia diantar pulang oleh Rega, Aldy atau Ferdinan. Namun kali ini tidak ada satupun diantara mereka yang bisa mengantarkannya pulang.

Rea tidak biasanya meminta sang Papa menjemputnya. Karena sebelum tiga pria yang siap menjadi tukang ojek untuk mengatar jemputnya, Rea selalu pulang sendiri dengan trasportasi umum.

"Tumben Rea minta dijemput? Tidak diantar teman-temanmu?" tanya Mamanya, yang sedang menyiapkan masakan untuk makan malam mereka.

"Rega dan Ferdinan sepertinya memiliki tugas di luar kampus. Sejak siang mereka tidak terlihat sama sekali. Aldy juga sedang sibuk dengan tugasnya dan tidak bisa mengantar Rea. Rea juga sedang malas naik bus. Makanya minta Papa untuk menjemput," jawab Rea menurutkannya dengan nada yang terdengar lesu dan rautnya yang terlihat kecewa.

Rea menarik kursi dan duduk di sana. Ia menghadap pada meja makan yang sudah berisi bebagai macam makanan untuk mereka santap malam ini.

"Besok Rea bekal makan saja ya, Ma. Mama masak banyak sekali," pinta Rea, sembari mengambil potongan paha ayam goreng untuk ia cicip.

"Sudah cuci tangan belum?" tanya sang Mama, melihat anaknya masih membawa tas dan bahkan belum melepas kaus kakinya.

Rea menaruh kembali ayam goreng tersebut di pada wadah kosong dan kemudian beranjak menuju ke wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah itu, ia kembali ke kursinya dan duduk di sana. Rea kembali melanjutkan makan ayam goreng tersebut dengan rakus. Terlihat jelas ia kelaparan karena telah melewatkan makan siangnya hari ini.

Tidak cuku satu, Rea mengambil potongan sayap ayam goreng kali ini.

"Rea, makannya pakai nasi supaya kenyang," pinta sang Mama. "Lekas mandi! Mama dan Papa menunggumu di meja makan."

Ayam goreng yang belum ia makan itu, kembali ia taruh di wadah kosong, bekas wadah potongan paha ayam sebelumnya. Ia mengangguk dengan mengerucutkan bibirnya dan kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Rea melangkah dengan gontai menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Bibirnya masih saja mengerucut, ia benar-benar berbeda hari ini. Seperti sedang merasa sangat sedih dan memiliki beban pikiran yang membuatnya amat lelah.

Tok tok tok

Pintu rumah Rea terdengar diketuk dan membuat Rea dengan semangat berbalik badan dan kembali menuruni anak tangga untuk membukakan pintu tersebut.

"Sebentar!" sahut Rea, berlari dan kemudian membuka pintunya.

Cklek!

"Rea!"

"Grey?! Waaah … ada apa? Tumben datang tanpa Ferdinan?"

"Selamat ulang tahun, Rea …," tutur Grey memberikan ucapan untuk Rea. "Mulanya aku dan Ferdinan berencana untuk datang bersama. Tapi Ferdinan masih sibuk dan memintaku untuk datang sendiri," lanjutnya.

"Hmmm … dia dan Rega memang sedang sibuk sepertinya. Mari masuk! Aku hampir saja bingung, bagaimana caranya menghabiskan masakan mamaku. Mama masak banyak sekali," tuturnya, mempersilakan Grey masuk ke dalam rumahnya.

"Aku akan membantu menghabiskannya!" ujar Grey dengan semangat.

"Hahaha … oke … kamu tunggu di sini, ya. Aku akan ke kamar untuk mandi sebentar."

"Aku akan membantu Mama kamu di dapur," balas Grey, kemudian melangkah menuju dapur rumah Rea.

Sedikit lebih bersemangat, Rea menaiki anak tangga dengan berlari untuk menuju ke kamarnya.

Cklek

"Surprse …!!!"

avataravatar
Next chapter