webnovel

1. SIAPA MEREKA?

Namanya Zella Anurtika. Salah satu siswi dari SMA Garuda yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Menurutnya, kelulusan itu bukanlah akhir dari perjuangan tapi awal perjuangan dari peperangan yang sesungguhnya.

Zella bukan tipe siswi yang pintar apalagi tenar, salah besar. Tapi untuk urusan kehidupan, ia amat teliti. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menaklukan manusia satu ini. Saking telitinya dalam menjalani kehidupan, namanya tidak banyak orang yang kenal. Benar sekali, Zella tidak suka mengumbar tentang jati diri.

Namun semuanya sudah berubah. Berubah menjadi tidak terkendali. Seorang Zella yang biasanya tidak mudah tersentuh, kini mulai melemah. Kedatangan Fajar--seorang cowok yang berasal dari kelas sebelah-- berhasil merobohkan dinding pertahanannya.

Yang tadinya tidak pernah sekalipun terjun dalam kehidupan bersosial tapi kali ini ia seperti di paksa untuk melakukannya. Untuk mengerti bahwa hidup di dunia tidak cukup dengan berdiri sendiri.

Dibuat sadar betapa buruk sifatnya, akhirnya Zella mengaku kalah. Ia akhirnya tunduk pada satu manusia yang baru dikenalnya selama hampir setengah tahun ini.

Fajar Virennt Narendra.

"Fajar!" cowok yang merasa memiliki nama itu menoleh setelah mendengar teriakan nyaring khas Zella. Ia melihat wajah cowok itu datar ditambah kesal.

Apa? Kesal? Apa tidak salah? Seharusnya aku yang kesal. Pacar mana yang tidak kesal karena seharian penuh tidak mendapat kabar darinya. Siapa yang tidak kesal?! Zella mengumpat didalam hati.

"Lo ngapain disini?" Zella tidak menyangka jawaban Fajar begitu enteng, tidak merasa bersalah pun masih memasang wajah ketidakpedulian andalannya.

Sebelum Zella angkat bicara, suara gelak tawa terdengar menghina disebelah telinga. Saat ia menoleh, Zella melihat Dirma--seorang cowok yang terjebak friendzone dengan Zella-- tertawa puas seraya berjalan menghampiri mereka berdua yang sejak tadi berdiri didepan kelasnya.

"Punya pacar juga punya ingatan kalau lo masih berpacaran. Apalagi pacarannya sama Zella." ujar Dirma seusai menyimpan tawa khasnya. Menatap lekat wajah Fajar yang datar.

"Gue minta lo nggak usah ikut campur urusan orang!"" gertak Zella marah, tidak terima urusan pribadinya di campuri oleh orang seperti Dirma, Fajar Dirmasukma Septian.

"Gue nggak ada niatan ikut campur, gue cuma mau bikin Fajar sadar. Apa salah?"

Ini bukan yang Zella inginkan. Seharusnya ia sedang bertengkar bersama Fajar tapi kenapa malah Dirma yang bersuara?

"Udah ayo kita ke belakang aja." ajak Fajar akhirnya kepada Dirma untuk pergi menuju belakang sekolah tempatnya murid berandalan buronan BK.

Fajar tanpa sedikitpun kasihan pada Zella yang notabenenya itu pacarnya langsung memutar badan dan berlalu begitu saja. Berbeda dengan Dirma yang masih menyempatkan untuk memandang wajah pias Zella yang pastinya sebentar lagi akan berhiaskan air mata.

Sepeninggalan Fajar, Zella kembali ke kelasnya untuk menenangkan diri. Hatinya menjadi panas membara. Sepasang matanya pun sudah berair. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengannya. Karena memang Zella dari dulu tidak berniat untuk mencari teman.

Menyangkut soal Dirma, sebenarnya yang terjebak dalam dilema cinta itu dari pihak Zella sendiri. Dirma selalu menghiraukan perasaannya. Cowok itu hanya menganggap hubungan mereka sebatas teman kelas. Yang bisa diajak suka maupun duka. Menurut Zella, Dirma itu tipe manusia yang bisa mencairkan suasana. Selalu datang tepat waktu disaat Zella tengah kesulitan. Apapun yang menyangkut tentang cowok itu, Zella selalu menyukainya. Meski kini hanya tinggal kenangan.

Mengapa dikatakan tinggal kenangan? Ya, sedikit cerita mengenai cinta ilusi yang dicipta oleh Zella. Awal masuk SMA, Zella benar-benar menjadi siswi pendiam dan terlihat culun di mata siapapun. Tapi penampilannya mencuri perhatian salah seorang teman kelasnya yang tidak lain tidak bukan adalah Dirma. Cowok itu berusaha membuat Zella menjadi cewek periang. Meski perjuangannya sampai titik darah penghabisan.

Memang benar kata orang, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Zella sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi periang. Saat itulah Zella mengerti apa artinya sebuah rasa. Yang awalnya sebatas kagum yang menjelma menjadi cinta. Zella ingin jujur pada perasaannya, tapi ia segera menelan semuanya. Ternyata Dirma sudah memiliki pacar, namanya Maura.

Belum juga sakit hatinya sembuh, Dirma mengenalkan Fajar padanya. Menurut info yang beredar, Cowok bernama lengkap Fajar Virennt Narendra itu tipe cowok dingin yang jarang bicara. Hampir sama dengan kepribadiannya sendiri. Dengan menghubungkan jodoh itu pasti ada kesamaan. Tapi pemikiran itu tidak pernah terlintas di akalnya. Bahkan Zella enggan untuk sekadar berkenalan dengan cowok dingin itu. Baginya, mendapatkan Dirma sudah lebih dari cukup.

Namun apa daya, kini Zella sudah menjalin hubungan dengan Fajar selama hampir setengah tahun. Tidak ada keharmonisan. Tidak ada saling menyayangi. Tidak ada ucapan cinta. Yang selalu Fajar lakukan hanya menghiraukan keberadaan Zella.

Kini Zella pasrah dengan keadaan. Tidak peduli bagaimana akhir kisah mereka yang terpenting Fajar tidak pernah memberikan harapan palsu selayaknya Dirma.

Kembali ke alam kesadaran, Zella tengah termenung didalam kelas. Menyendiri tanpa ada orang yang mau menemani atau sekadar bertanya sesuatu padanya. Seasing itulah dirinya di kelas selama hampir tiga tahun ini. Ia habiskan waktu istirahat untuk menangis sepuasnya. Kepalanya ia telungkupkan diantara lengkungan kedua tangan diatas meja.

Tanpa ia sadari dari luar kelas terlihat seorang cowok tengah menatapnya kalut. Ia mengusap wajahnya seraya menghela napas berat. Sekejam inikah dirinya dalam memperlakukan kekasihnya sendiri? Bukan tanpa alasan Fajar melakukannya. Ia punya alasan tersendiri yang tidak seharusnya Zella mengetahuinya.

Melihat keadaan Zella semakin menyedihkan, Fajar mencoba menurunkan egonya. Ia ingin membuat Zella sedikit terobati meski ia tidak bisa memeluknya secara langsung.

Ting! Zella terperanjat saat mendengar ponselnya berdering singkat. Meski sedikit malas akhirnya ia terpaksa merogoh ponsel yang ia simpan di saku rok abu-abu.

Nama Fajar nampak dilayar ponsel. Mendadak matanya memanas membaca pesan yang dikirimkan cowok itu.

Fajar : Yang jadi pacar gue dilarang menangis

Sudut mata Zella berkedut. Entah apa yang dipikirkan cowok itu. Terasa menyepelekan air mata kesedihan mendalam seorang Zella. Lalu dengan segala emosi yang ada, cewek itu mulai mengetik balasan dengan ketikan cepat. Tidak peduli typo membumbui pesannya.

Zella : Emwanq saipa pscar kamyu

Ditempatnya berdiri, Fajar terkekeh membaca balasan pesan dari Zella. Meski sulit dibaca tapi ia paham apa maksudnya. Fajar hafal karakter unik kekasihnya itu. Ya begini jadinya kalau dibuat marah, berakhir dengan uring-uringan sampai lupa daratan.

Fajar : Gausa nangis sih

"Gue nggak nangis!" teriak Zella tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Sekitar dua siswa didalam kelas mendecak kesal karena ulahnya. Tapi Zella tak kunjung meminta maaf. Ia malah sibuk menulis balasan.

Zella : Kenapa kamu ngechat aku?

Disana Fajar membulatkan mulutnya. Terkejut dengan balasan dari Zella. Ia mendongak, mencari wajah menyedihkan pacarnya. Lantas ia terkekeh lagi.

Fajar : Lihat ke luar kelas coba

Dahi Zella berkerut tajam. Reflek matanya memandang ke arah luar kelas dimana ada Fajar tengah bersender pada pilar koridor depan kelasnya. Memandangnya datar, tak bersemangat dengan keadaan rambut yang awut-awutan.

"Apa lihat-lihat?" ujar Fajar santai.

Zella cukup terpaku dengan sorot mata tajam cowok itu. Akhirnya ia terpenjara dalam pesona mematikan seorang Fajar. Sulit untuk mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Udah dapet kabar gue, 'kan? Gue selalu baik-baik aja, La. Nggak usah khawatir terlalu berlebihan. Gue nggak bakal selingkuhin lo. Udah, 'kan? Jangan spam chat lagi ya. Males sama keributan."

***

Sepulang sekolah Zella membanting tubuh lelahnya diatas ranjang, hanya miliknya. Entah sampai kapan semua ini akan berhenti. Zella terlalu sakit untuk mencicipi indahnya memiliki cinta. Fajar selalu menghancurkannya. Anehnya ia selalu saja jatuh cinta pada cowok itu. Sudah jelas setiap hari menyakiti dirinya. Lalu kenapa hatinya tak pernah lelah berharap?

Malas dengan semua hal, akhirnya pelariannya ke ponsel. Zella mengambil ponselnya di saku rok abu-abu. Sekadar mencari hiburan. Berbalas pesan dengan Fajar? Ck! Mustahil. Beberapa jam lalu cowok itu melarang dirinya untuk mengganggunya.

Sudahlah, sudah berlalu, tak usah dipikirkan.

Waktu luangnya ia habiskan membaca postingan teman sosial medianya. Sebagian besar mengandung konten lawakan. Akhirnya Zella bisa tertawa meski yang membuatnya tertawa hanya sebatas ilusi.

Ditengah kesibukannya, sebuah pesan muncul mengganggu ketenangan Zella. Nama Dirma muncul dilayar ponselnya.

Dirma : Cewek itu suka boneka apa cokelat?

Antara ingin membalas atau tidak, Zella kebingungan sendiri. Tapi ini Dirma. Zella tidak akan sebodoh itu menganggurkan pesan cowok itu. Lalu tanpa berpikir lagi, ia pun membalasnya.

Zella : Cokelat

Tidak lama kemudian Dirma membalas.

Dirma : Sok tahu lo

Zella : Nanya kok ngeyel

Dirma : Lo lagi badmood?

Disinilah puncak kebimbangannya. Biasanya kalau Dirma penasaran dengan keadaannya, cowok itu pasti akan melakukan sesuatu diluar dugaan. Yang pastinya berujung pada candaan. Justru Zella sedang tidak ingin dihubungi siapapun.

Zella : Emang lo peduli?

Dirma : Lo pilih cokelat artinya lo lagi banyak pikiran, pengen yang manis² kayak gue😋

Zella : Trs kalo pilih boneka artinya apa?

Dirma : Elo mau dibeliin boneka😋

Zella : Ngarang lo😑

Dirma : Punya pacar holkay gak dimanfaatin😋

Zella : Kaya monyet😋

Dirma : Pokoknya gue aduin ke Fajar😀

Zella : Sana kalo berani

Dirma : Apasih yang engga buat anda💩

Zella : Jangan bahas Fajar:)

Dirma : Yauda gue bahas elo aja, lagi ngapain lo?

Zella : 💩💩💩

Semudah itu Dirma mengembalikan keceriaan seorang Zella. Kisah manusia yang penuh dilema.

***

Next chapter