1 FTLY 1

Maret 2009

Almeera berlari turun dari podium, akhirnya, hari kelulusan itu datang juga! Hari ini! Almeera berlari secepat dia bisa. Dia akan berlari melampaui angin jika saja dia mampu, dia mencari orang itu. Orang yang selama tiga tahun ini terus berada di sisinya dan mendukungnya apapun yang Almeera lakukan. Seseorang yang terus berada di sisinya saat orang lain bahkan tak ingin melihat bayangannya, orang yang pada keyakinannya sendiri dia bertahan selama ini mempertahankan Almeera di hatinya, dan hari ini keyakinannya itu membuahkan hasil. Almeera tercatat sebagai siswa paling berprestasi selama menjadi siswa di sekolah, dan tanpa sedikit pun keraguan di dalam hati, Almeera tahu, ini buah dari hasil kerja kerasnya selama ini.

"Erik! Erik…!" teriak Almeera kegirangan sampai rasanya mau mati begitu melihat sosok Erik yang selalu di kelilingi gadis-gadis satu sekolahan. Erik membalik tubuhnya menatap Almeera dengan tatapan heran, kenapa lagi gadis itu? Pikir Erik, dan secepat kilat, Almeera melompat ke tubuh Erik, karena serangan mendadak Almeera padanya, Erik tiba-tiba tersungkur dan terjatuh begitu saja dengan Almeera di atasnya.

"Dasar gadis kurang ajar! Menyingkir dari Erik kami!" umpat seorang gadis yang berada paling dekat dengan mereka.

"Benar! Menjauhlah kau gadis murahan!" dan beberapa orang lagi menariknya dari atas tubuh Erik dan menyeretnya menjauh.

"Erik…" teriak Almeera mencoba merih tangan Erik, tapi bukannya meraih tangan Almeera, Erik malah menghempasnya, dan berdiri, membenarkan bajunya dan membersihkan kotoran yang menempel di jas sekolahnya.

"Erik…" lirih Almeera patah semangat.

~

"Almeera, kau baik-baik saja?" Tanya Erik saat mereka berjalan pulang.

"Tidak baik! Hmm…hatiku selalu sakit tiap kali mengingat apa yang terjadi tadi..." ucap Almeera ngambek.

"Kau baru menyadarinya sekarang? Setelah 3 tahun? Kau sungguh…" Erik menghentikan kalimatnya di tengah karena tanduk di kepala Almeera nampaknya sudah keluar.

���Tapi bagaimana pun, terima kasih" Almeera meraih tangan Erik dan merangkulnya.

"Yah…yah…sudah biasa…" jawab Erik cuek namun semburat kebahagiaan terlihat dari wajahnya.

"Bagaimana pun terima kasih selama 3 tahun ini kau selalu bersamaku, memberikan semangat padaku, dan melakukan semuanya untukku, memberiku cukup cinta dan membuatku bahagia. Terima Kasih, Erik" ucap Almeera lagi.

"Apa semua ini hanya karena aku? Kau juga ambil andil disini, tanpamu, aku tidak akan se-populer sekarang, dan dagangan kita tidak akan laris" ucap Erik lagi.

"Kau benar juga, kalau begitu kutarik satu ucapan terima kasihku padamu, dan kuberikan untuk diriku sendiri, terima kasih Almeera, kau sudah bekerja keras!" celoteh Almeera, Erik hanya terkikih pelan, dan mengusap rambut Almeera dengan gemas.

Begitulah, Erik si populer dan Almeera si menyedihkan bersama, merajut cinta masa sma mereka dengan bahagia meski di penuhi rintangan. Namun siapa yang tahu? Ini baru awal dari sebuah kisah cinta. Kisah cinta mereka berdua….

~

Februari 2015

Almeera berlari ke area kedatangan luar negeri. Hari ini, dia pulang! Setelah menjalani kuliah selama 3 tahun lebih di Harvard, akhirnya dia kembali. Dia, Erik. Almeera dengan tidak sabar menatap ke jam tangannya, seharusnya sebentar lagi Erik sudah ada di hadapannya. Almeera berjalan makin mendekat ke pintu kedatangan, sayangnya dia tidak bisa lebih dekat lagi. Rombongan pria-pria bertubuh besar dengan setelan jas dan celana serba hitam memenuhi area itu. Memangnya siapa yang datang dari luar negeri? Idol kah? Jadi Almeera hanya bisa berjinjit dari belakang sambil mengangkat tinggi-tinggi tulisan dengan nama Erik, berharap Erik melihatnya.

Tiba-tiba rombongan pria itu terpecah, seperti membentuk sebuah jalan, membuat Almeera berada tepat di tengah mereka, seseorang berjalan dengan santai di tengah dan berhenti tepat di depan Almeera, Almeera hanya bisa berdiri membatu. Pria itu lalu menatap tampilan Almeera dari bawah sampai ke ujung rambutnya, dipandang seperti itu, membuat Almeera tidak nyaman, kode 'minggir dari hadapanku sekarang juga' yang di isyaratkan pria itu membuat Almeera segera menepi dan pria itu pun melanjutkan berjalannya. Siapa sih? Rese' banget? Anak presiden yah? Sumpah! Kejadian barusan sukses membuat mood Almeera rusak!

"ALMEERA!!!" pekik seseorang. Kepala Almeera terangkat dengan cepat, akhirnya dia disini! Dia datang. Pekik Almeera dalam hati berlari menghampiri sumber suara.

"Erik…" teriaknya tak mengindahkan semua pandangan aneh orang-orang padanya, dia berlari menubrukkan tubuhnya pada Erik dan memeluk pria itu se-erat dia bisa.

"Aku merindukanmu…" ujar Almeera manja lalu melepaskan pelukannya dan menatap Erik dalam, memastikan apa benar yang di hadapannya ini adalah Erik-nya. Terpisah selama tiga tahun membuatnya lebih sensitif rupanya.

"Aku juga…" ucap Erik tersenyum bahagia, juga menatap Almeera, menampilkan dua lesung pipinya yang membuat senyum Erik makin menawan, saat itu Almeera yakin, Erik-nya telah kembali kedalam pelukannya.

"Ayo kita pulang, kau pasti lelah setelah penerbangan yang cukup lama" Almeera meraih beberapa tas Erik yang sanggup di bawanya dan bersama Erik mulai berjalan meninggalkan bandara.

"Apa membosankan saat di pesawat?" Tanya Almeera memasukkan barang-barang Erik kedalam bagasi mobil lalu dia sendiri masuk kedalam mobil. Kali ini Almeera yang menyetir, Erik pasti masih sangat lelah.

"Emmm… tidak juga. Penerbangannya menjadi tidak membosankan karena aku bersama seorang teman" ucapan Erik itu membuat Almeera mengerem mendadak mobilnya.

"Apa kita melupakannya? Dimana dia sekarang?" Tanya Almeera panik. Dia dan Erik mungkin terlalu asik saling melepas rindu tadi sampai lupa kalau Erik membawa seorang teman?

"Tidak. Tidak. Tidak usah khawatir, tadi dia sudah dijemput di bandara" Erik tersenyum, kekasihnya ini masih saja panikan seperti dulu, yah, apalagi yang ia harapkan? Ia bahkan berharap Almeera tidak akan berubah selamanya, sifat Almeera yang seperti ini yang paling disukai Erik, membuatnya terlihat sangat lucu dan menggemaskan di saat yang bersamaan, Almeera nya yang lugu.

"Hah…syukurlah...aku pikir kita melupakannya" Almeera pun kembali menjalankan mobilnya dan melaju.

"Ngomong-ngomong bagaimana kehidupanmu disini selama aku tidak ada? Apa kau mengalami banyak kesulitan tanpa sang pangeran di sisimu?" goda Erik pada Almeera. Almeera tersenyum geli, Erik….pikirnya lucu.

"Ciihh…dasar sok! Aku disini baik-baik saja! Aku bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji besar dan…"

"Aku tahu…maksudku ini" Erik menyentuh dadanya sendiri, tepat di bagian jantung.

Almeera kembali terkikih. "Menurutmu kenapa aku berada di sini sekarang jika aku punya pria lain?" Tanya Almeera menatap Erik yang hanya mengangkat kedua bahunya. "Aku mencintaimu, bodoh…" lirih Almeera, dan tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di bibir Almeera, membuatnya terkejut.

"Kau!!! Kita di tengah jalan, bagaimana kalau…bagaimana kalau…"

"Kau tidak suka?" Erik menatap Almeera.

"Suka…" jawab Almeera malu-malu. Kemudian mereka berdua di selimuti perasaan bahagia, perasaan saling merindukan yang dulu menyelimuti kini berangsur menjauh dari mereka tanpa mereka tahu, apa besok masih akan sebahagia ini?

"Tapi ngomong-ngomong, apa kau punya rencana setelah pulang kemari? Seperti apa yang akan kau lakukan?" tanya Almeera memecah keheningan diantara mereka kemudian.

"Yaaaa…" jawab Erik memandang keluar jendela kali ini.

"Hey…tidak banyak yang berubaha disini, kurasa" ucapnya menatap jalan yang mereka lalui.

"Hei…kau hanya pergi selama tiga tahun, bukan tiga puluh tahun, kau mengharapkan perubahan seperti apa?" Tanya Almeera membelokkan mobilnya "dan jangan mengalihkan pembicaraan, aku menanyakan apa rencanamu setelah kembali kemari?!" Almeera mengulang pertanyaannya kali ini dengan nada yang lebih tinggi dari yang tadi.

"Nanti saja. Nanti kau juga akan tahu" jawab Erik cuek. Almeera hanya mendengus kesal, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan Erik padanya. Almeera sebenarnya ingin protes tapi begitu ia berbalik dan menatap Erik, pria itu sudah jatuh tertidur di kursinya, Almeera bisa mahfum, pria itu pasti lelah.

~

avataravatar
Next chapter