6 Part 6

     Selama 3 hari berturut-turut Yoona dan Kwang Soo mengunjungi kantor polisi pusat yang ada Di Seoul. Sesuai dengan keinginan dari pihak kepolisian, mereka membutuhkan kesaksian Yoona dan Kwang Soo. Sebenarnya mereka hampir saja berhasil menemukan identitas pelaku, namun ketika polisi akan menyelidiki lebih lanjut, Yoona mendadak meminta mereka untuk berhenti. Dan kini kasus penabrakan itu pun sudah ditutup.

.

     Lalu kenapa Yoona melakukan itu? Karena ia sudah mengetahui siapa pelaku sebenarnya-setelah melihat beberapa data yang polisi tunjukkan padanya. Pelaku yang polisi maksud bukanlah pelaku yang sebenarnya, yang menabrak mobil Kwang Soo pastilah orang bayaran yang diperintah oleh pelaku utama. Dan jika ditanya siapa pelaku utamanya? Tidak lain yaitu saudara tirinya. Penyesalan tentu ada, apalagi ketika melihat raut sedih Kwang Soo, tentu Yoona merasa bersalah. Tetapi dia hanya tidak ingin hubungannya dengan saudara tirinya semakin memburuk. Mereka pasti tidak akan tinggal diam jika Yoona tetap melanjutkan penyelidikan itu.

     "Maafkan aku, oppa." bisiknya ke Kwang Soo. Ia terlalu merasa bersalah sehingga suaranya mengendap entah dimana.

     "Dari pada meminta maaf, lebih baik kau traktir aku." sahut Kwang Soo.

     "Baiklah. Apa yang kau mau? Katakan saja." berdiri disamping Kwang Soo-ditepi jalan-hendak menghentikan taksi.

     "Belanja bulanan." Ttarrr! Yoona mendadak disambar petir. "kita sudah tidak punya pasokan makanan. Uangku juga sudah sangat menipis-KARENA HARUS BAYAR PERBAIKAN MOBILKU YANG BAHKAN BELUM LUNAS-dan jika menunggu anak kos bayar tagihan bulanan, aku harus menunggu seminggu lagi. Apa kau tega melihatku tak makan selama seminggu?" Yoona memejamkan matanya sejenak.

     "Iya iya.. Mari kita belanja." karena memang tidak bisa menolak lagi. Sesungguhnya Yoona bukan pelit, tapi dia masih kurang leluasa menggunakan uang di tabungannya. Walau pengacaranya telah mengatakan berulang kali bahwa semua itu sudah menjadi miliknya-tentunya sesuai dengan isi surat wasiat yang ditinggalkan ayahnya. Mengingat seperti apa buasnya saudara tirinya. Tetapi entah kenapa, ia mendadak merasa geram dan berkeinginan untuk mengikis sedikit hartanya. Saudara tirinya pasti akan segera mengetahui apa yang telah ia lakukan dan pastinya akan semakin membuat mereka merasa kesal.

.

--

.

     "Yak, kau bersungguh-sungguh dengan semua ini? Apa ini? Piyama? Sepatu? Hah, kenapa beli yang seperti ini di supermarket? Seharusnya kau beli di Mall." Kwang Soo takjub melihat isi troli mereka-yang nyaris penuh-karena Yoona baru saja meraih beberapa pasang piyama bermotif aneh, sepatu beragam warna, dan makanan ringan yang kelewat banyak(mungkin untuk si sombong Yong Bin).

     "Tidak usah banyak tanya dan jangan buat aku menyesal telah melakukan ini. Jadi cepatlah ambil semua yang kau butuhkan."

     "Yes sir!" mata Kwang Soo bersinar bahagia. Dikecupnya pipi Yoona dengan geram lalu menyambar troli untuk dibawa lari bersamanya.

     "Aish.. Kupikir aku benar-benar sudah gila. It's okay, aku hanya perlu menikmati semuanya. Im Yoona, sudah cukup penderitaan yang selama ini kau dapatkan, sekarang saatnya untuk meraih kebahagiaan! Fighting!" sepertinya semangat Kwang Soo sudah menular padanya. Ia sampai ikut berlari mencari keberadaan Kwang Soo yang sudah kegirangan didalam sana.

.

     Lagi-lagi Yoona meraih piyama motif lainnya. Sepertinya dia sudah cinta mati dengan piyama, mungkin berkat piyama motif pisang pemberian Jong Suk-yang tengah ia kenakan saat itu. Dilihatnya piyama yang berukuran kecil. Senyumnya mengembang membayangkan Yong Bin mengenakan piyama yang sama dengannya. Tak bisa menahannya, tangannya kembali meraih beberapa pasang piyama dengan motif yang sama dengan miliknya. Yong Bin mungkin tidak akan mau memakainya, tetapi paling tidak Yoona bisa memaksanya.

     "Apa kita terlalu banyak belanja?" tanya Kwang Soo yang tengah mengamati barang belanjaan mereka. Jumlahnya luar biasa banyak. Sampai harus dimasukkan kedalam kotak.

     "Yang sedang aku pikirkan, bagaimana kita membawanya pulang? Ini terlalu banyak dan taksi tidak akan mau mengangkutnya." keluh Yoona tak sadar sudah membeli sebanyak itu.

     "Aa benar juga." Kwang Soo memijit keningnya seraya berpikir.

     "Sehun!" seru Yoona. "telepon dia, suruh dia jemput kita."

     "Di jam segini? Yang benar saja. Malam hari adalah waktu dimana dia mencari wanita. Dia tidak akan mau." kata Kwang Soo, tapi Yoona sudah lebih dulu menekan nomor pria itu.

     "Yak, kau dimana?!" tanya Yoona ketika Sehun menerima panggilan darinya. Bukannya bertanya dengan lembut, Yoona malah membentak.

     "Ada perlu apa?" suara Sehun tersamarkan dengan alunan musik yang kencang.

     "Kau di bar?" kini Yoona berteriak, takut Sehun tidak bisa mendengarnya.

     "Ya." suara pelannya semakin tak terdengar dikarenakan alunan musik yang terus mengusik.

     "Cepat jemput kami. Aa.. Oppa, apa nama tempat ini? | Bilang saja supermarket langganan | Super market langganan."

     Tutt.. tutt.. tutt..

     Panggilan itu sudah terputus. Ya, itu ulah Sehun.

     "Dasar kamfretttt!!!" umpat Yoona. Ia tampak berang.

     "Oppa, bagaimana ini?" dilihatnya Kwang Soo yang tengah menghubungi seseorang melalui ponselnya.

     "Jun Yeol-a? Apa kau masih bertugas hari ini?" tanya Kwang Soo berhati-hati. Tidak berniat mengganggu si detektif bekerja.

     "Tidak hyung, aku baru saja selesai. Kenapa?" sahut Jun Yeol santai.

     "Begini, malam ini apa kau diantar juniormu lagi? Bisakah kau singgah ke-"

     "Aku naik taksi hyung." sela Jun Yeol. Ekspresi wajah Kwang Soo langsung datar.

     "Aaa, taksi? Yasudah kalau-"

     "Kau sedang dimana hyung?" sela Jun Yeol lagi sebelum Kwang Soo memutuskan panggilan itu.

    "Aku baru saja selesai belanja."

    "Belanja? Di tempat biasa maksudmu?"

     "Ya.."

     "Kalau begitu kita berada di tempat yang sama, hyung! Dimana kau sekarang? Pas sekali, aku lupa bawa dompet."

Krikk.. Krikk.. Krikk..

(suara burung)

     "Disaat kami kelebihan muatan, kenapa kami harus menampungmu!" bentak Kwang Soo ke Jun Yeol yang sudah bersama mereka.

   "Ehei, jangan begitu hyung. Aku benar-benar lupa bawa dompet. Ketinggalan di kantor. Uangku sudah habis bayar taksi kesini dan membeli ini." ujarnya santai seraya menunjukkan plastik belanjaannya. Sedangnya Yoona masih berusaha berpikir-mengenai bagaimana cara mereka pulang.

     "Jong Suk oppa?" gumam Yoona.

     "Dia pengguna setia taksi. Tidak usah di harapkan." sahut Kwang Soo diikuti anggukan Jun Yeol.

     "Tidak, maksudku dia sedang meneleponku." kata Yoona yang tengah menunjukkan tampilan layar ponselnya. Benar sekali, tampak gambar jas dokter disana. Haha, hanya jas dokter. "Ya ada oppa?"

     "Yoona-a, tadi temanku menghubungiku, katanya tadi kalian tidak ke rumah sakit, benarkah itu?" tanya Jong Suk cemas.

     "Ya, Kwang Soo oppa tidak mau kesana lagi."

     "Tapi kalian masih harus berobat.. | Hyung, tidak singgah kemana-mana lagi? | Ya, langsung antar aku pulang saja." tuturnya diikuti obrolannya dengan seorang pria.

     "Oppa!" Yoona mendadak bersemangat. "kau sedang menuju rumah?" mata Yoona membesar penuh harap.

     "Oo, kenapa?"

     "Kau naik apa?"

     "Mobil. Numpang dengan temanku."

     "Apa muatan mobilnya besar? Kebetulan kami butuh tumpangan." Kwang Soo dan Jun Yeol langsung menatapnya takjub.

     "Kami? Siapa maksudmu?"

     "Aku sedang bersama Kwang Soo oppa dan Jun Yeol oppa. Kami baru selesai belanja bulanan di supermarket langganan, tapi barang belanjaan kami terlalu banyak."

     "Aa.. Baiklah, aku kesana sekarang." Yoona, Kwang Soo dan Jun Yeol saling tatap lalu tertawa girang.

     "Haha, segitu pelitnya kau sampai harus menumpang, hah?" Jun Yeol malah mencibir Yoona, membuat tawa Yoona menghilang. "bukankah uangmu sangat banyak? Kenapa tidak menggunakan 2 taksi?! Aish, memalukan sekali."

     "Tutup mulutmu. Dia sudah banyak berkorban hari ini!" sambar Kwang Soo membela Yoona.

     "Hah, berkorban apanya?"

     "Semua ini dia yang bayar."

     "Waw."

.

--

.

     Mereka duduk berhadapan dengan kotak belanjaan yang tersusun acak di hadapan mereka. Wajah Yoona, Kwang Soo dan Jun Yeol sudah tampak sangat kesal, rasanya ingin segera keluar dari mobil itu. Lalu Jong Suk, ia hanya berusaha memasang mimik wajah tak bersalah dan tetap duduk dengan tenang. Sedari tadi ketiganya terus menatap Jong Suk penuh ancaman. Tapi Jong Suk memilih melihat ke arah lain yang menurutnya lebih aman untuk di pandang.

     "Apa tidak bisa lebih cepat?!!" sambar Kwang Soo sudah lelah menahan sumpah serapah. Sembari menahan tawa, Jong Suk memberi kode kepada temannya-yang tengah menyetir-dan setelah itu terdengarlah bunyi yang sangat nyaring. Luar biasa, bebunyian itu membuat semua kendaraan yang ada dihadapan mereka menepi untuk memberi jalan.

     "Aish, mimpi apa aku semalam?" gumam Yoona frustasi. Bersamaan dengan Jun Yeol, mereka mengusap wajah dengan geram. Lalu Kwang Soo? Ia memilih menutup mata dan kedua telinganya. Semua itu terlalu memalukan dan sangat menyedihkan untuk mereka terima.

.

     Berkat bebunyian yang sebenarnya sedikit terdengar menyeramkan, mereka tiba di rumah jauh lebih cepat. Saking tak sukanya Kwang Soo dengan mobil itu, ia sampai melarang sang sopir membawa masuk mobilnya kedalam halaman rumah. Jadi, tersusunlah kotak-kotak belanjaan mereka di depan pagar rumah itu, bersama dengan mereka yang tiga darinya tampak masih sangat terpukul.

     "Kuharap ini terakhir kalinya aku menaiki mobil itu." kata Kwang Soo. Yoona dan Jun Yeol langsung mengangguk karena memiliki harapan yang sama. Ketiganya mengamati kepergian mobil itu masih dengan pandangan tak percaya. Tak percaya bahwa mereka akan menumpang pada mobil ambulan.

     "Ayo masuk. Diluar sangat dingin." tegur Jong Suk yang sudah mengangkat dua kotak sekaligus.

     "Kalian bisa lihat? Dia bahkan tidak berniat menjelaskan apapun." Kwang Soo masih sangat kesal.

     "Sudahlah, yang penting kita bisa pulang." Jun Yeol berusaha menerima nasib sial itu. Dengan sigap ia mengangkat 2 kotak. Diikuti Yoona yang juga mengangkat 2 kotak. Tinggallah 3 kotak disana. Wajah Kwang Soo semakin tampak berang.

     "Sepertinya aku yang paling sial." dengan sangat tak bersemangat, ia mengangkat ketiga kotak itu. Mereka melangkah lemas menuju pintu masuk.

     "Nuna!" suara Yong Bin terdengar dari arah belakang mereka-yang sudah berbaris hendak masuk kedalam rumah. Secara bersamaan mereka menoleh guna mencari keberadaan bocah itu.

     "Aaa!" mereka berteriak bersamaan. "aww! aww! Yak sakit!" dan kembali berteriak kesakitan akibat kaki mereka tertimpa kotak-yang tanpa sengaja terlepas dari tangan mereka.

     "Ini kami.." suara itu terdengar dari arah Yong Bin. Ya, ada pria dewasa yang berdiri disampingnya. Yang baru bisa mereka kenali setelah mengamati wajah itu dengan seksama.

     "Ji Soo? Itu kau?" tanya Jong Suk menebak. Ketiga lainnya menyipitkan mata untuk lebih mengamati tubuh itu. Dua manusia itu syukurnya masih berbentuk mahkluk hidup. Hanya saja, berwarna hitam. Ya, tubuh mereka berwarna hitam. Pakaian, kulit dan rambut, semuanya hitam. Tampak sangat menjijikkan. Yang tampak menyala hanya mata dan gigi mereka saja.

     "Hah!" dan mereka kembali berseru serentak. Buru-buru mereka meninggalkan kotak-kotak itu lalu berlari menghampiri Yong Bin dan Ji Soo yang masih berdiri di halaman rumah-tampak tidak ingin masuk kedalam rumah.

     "Yak, apa yang terjadi? Kenapa kalian kacau seperti ini?" tanya Yoona cemas, tetapi sebenarnya ia tengah menahan tawa dan Ji Soo mengetahui itu.

     "Tertawalah sepuas kalian." sela Yong Bin yang ternyata juga menyadarinya.

     "Apa ini kostum halloween?" canda Kwang Soo yang langsung mendapatkan lirikan neraka dari Yong Bin dan Ji Soo.

     "Apa yang terjadi?" tanya Jun Yeol berlaku serius. "ini air got, bukan?" Ji Soo mengangguk lemah. "kalian terjatuh?" Ji Soo dan Yong Bin menggeleng bersamaan.

     "Kami terpaksa melompat kedalam parit besar." kata Ji Soo.

     "Kenapa begitu?"

     "Sebuah mobil melaju kencang menuju kami, tidak ada jalan lain, jika pun ada, tidak cukup waktu. Karena itu aku langsung menggendong Yong Bin lalu melompat kedalam parit." suasana berubah serius. Yoona mendadak senyap.

     "Kalian baik-baik saja?" Yoona mengusap wajah Yong Bin dengan perasaan bersalah.

     "Kami baik-baik saja." ya, mereka memang tampak baik-baik saja. Tetapi trauma pasti tetap ada.

     "Lebih baik kita masuk dulu. Segera bersihkan tubuh kalian." sahut Jong Suk yang langsung menuntun Ji Soo masuk kedalam rumah.

     "Kami terlalu kotor.." gumam Ji Soo merasa tidak enak untuk menginjakkan kaki di lantai rumah.

     "Aish, tidak masalah! Nanti aku bersihkan." sambar Kwang Soo. "cepat masuk, ini dingin sekali. Huh.. Apa musim dingin akan segera tiba?"

.

--

.

     "Makanlah.." tegur Jun Yeol, tapi Yoona tetap saja hanya memainkan sumpitnya.

     "Nuna, kami baik-baik saja." ungkap Ji Soo seakan memahami perasaan Yoona. Dilihatnya Yoona yang tengah memandangi pintu kamarnya-dimana Yong Bin sedang tertidur disana.

     "Kau ingat nomor plat mobilnya?" tanya Jun Yeol ke Ji Soo.

     "Tidak, kami disorot dengan lampu mobil yang sangat tajam. Laju mobilnya juga terlalu kencang, ketika itu yang aku pikirkan hanya, bagaimana cara untuk menghindarinya."

     "Memangnya kalian dari mana?" Kwang Soo datang ke meja makan bersama dengan semangkuk besar kimchi soup.

     "Yong Bin meminta dibelikan ice cream." suara helaan nafas mereka terdengar serentak.

     "Apa kau akan tetap membiarkan mereka seperti ini?!" Kwang Soo mendadak marah. "yak Im Yoona! Adikmu nyaris celaka!" Jong Suk segera memberi kode kepada Kwang Soo untuk diam.

     "Sebaiknya untuk sementara ini kau jangan pergi kemana-mana dulu kalau tidak terlalu penting. Mengenai Yong Bin, besok kau jelaskan pada gurunya agar mereka lebih berhati-hati ketika menjaganya." jelas Jong Suk yang berhasil membuat Yoona tersadar dari lamunnya.

     "Maafkan aku.." ujar Yoona pelan, menunduk menatap mangkuk nasi miliknya yang sudah kacau. "aku tidak berpikir sejauh ini. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa membuat kalian celaka." suaranya terdengar lesu tak bertenaga. "jika keadaannya tetap seperti ini, kurasa aku tidak bisa-"

     "Cukup!" bentak Kwang Soo. "tidak usah dibahas." Kwang Soo bangkit dari kursinya lalu pindah untuk duduk disamping Yoona. "Yoona-a, kita hadapi semuanya bersama-sama. Tertawa bersama, bersedih bersama, dan bahagia bersama-sama." ucapnya tegas mencoba menguatkan Yoona. Yoona terdiam menatapnya tak percaya, tak percaya Kwang Soo bisa berkata seperti itu.

     "Waw. Puitis sekali." entah kapan tibanya, Sehun sudah berada didalam rumah dan kini tengah melangkah menghampiri mereka di meja makan. Ia duduk dihadapan Kwang Soo-ditengah-tengah Ji Soo dan Jong Suk-Jun Yeol duduk bersebelahan dengan Yoona. "ke-kenapa?" Sehun mendadak merinding akibat di tatap dengan mereka semua. Tatapan penuh peperangan.

     "Kau dari mana saja?!" tanya Kwang Soo super ketus.

     "Seperti biasa, kerja." jawabnya kelewat santai. "kenapa sih?!!" masih menerima tatapan laser dari mereka.

     "Kau memutuskan telepon dari kami begitu saja. Tega sekali!" grutu Kwang Soo. "kalau saja kau bisa menjemput, kami tidak perlu-" Kwang Soo diam sejenak. "aish! Sial sekali!"

     "Aku tidur dulu." sela Yoona yang sudah melangkah masuk kedalam kamarnya.

     "Ada apa dengannya?" tanya Sehun dengan mulutnya yang penuh-baru saja memasukkan sesendok penuh nasi milik Ji Soo. Para pria yang ada disana lagi-lagi serentak menggelengkan kepala.

     "Huh.." Jong Suk menghela nafas sejenak, barulah setelah itu menjelaskan permasalahannya pada Sehun.

.

--

.

     Suasana sangat senyap tanpa suara apapun. Lampu kamarnya sudah tak menyala, hanya tersisa cahaya dari layar ponselnya, yang sedari tadi hanya ia biarkan menyala-berkali-kali menyentuh layarnya agar tetap menyala. Sehun masih tampak tersadar sepenuhnya, ia tidak mengantuk sedikitpun. Matanya terus mengamati langit kamarnya. Juga tidak memikirkan apapun, ya, sepertinya begitu.

.

     Dalam hening suara pintu terbuka lalu tertutup terdengar jelas. Ia tahu benar, suara itu berasal dari lantai bawah. Reflek Sehun bangkit lalu keluar dari kamarnya. Ia mengintip dari tepi tangga. Dilihatnya Yoona yang tengah melangkah keluar dari rumah. Semalam ini? Rasa cemas didalam dirinya bereaksi cepat. Kini kakinya sudah berlari kecil menuruni tangga. Langkahnya sangat cepat hingga ia sudah berada di halaman rumah itu.

     "Yak, kau mau kemana?" mulutnya dengan lantang menegur Yoona-yang tengah melangkah menuju pagar. Yoona tampak kaget dengan keberadaannya.

     "Bagaimana kau bisa tahu aku disini?" tanya Yoona.

     "Oo, itu.. Tadi aku mau ambil minum di dapur, lalu melihatmu keluar." kebohongan yang mulus. "kau mau kemana? Ini sudah sangat larut. Cepat kembali ke kamarmu." malah mendadak berlaku tegas. Tapi tidak dihiraukan Yoona. Gadis itu dengan tenang membuka pagar. "yak.. Akan sangat berbahaya jika keluar di jam segini!" ia sudah berlari kecil mendekati Yoona.

     "Aku mau ke mini market.."

     "Buat apa? Bukankah tadi kalian sudah belanja habis-habisan? Kulihat banyak sekali kotak di dapur."

     "Aku lupa beli pembalut.." Yoona melewati pagar rumah itu dan lanjut melangkah menuju mini market-yang jarak tempuhnya hanya 7 menit saja jika berjalan kaki.

     "Tetap saja berbahaya." entah sadar atau tidak, Sehun memilih menemani Yoona.

°

°

°

°

Continued..

°

°

°

°

Lanjut gak kak?

avataravatar
Next chapter