4 Part 4

     "Semuanya sudah pada tidur, dan syukurnya mereka sangat tidak peka, termaksud adikmu yang menyebalkan itu." kata Sehun ketika mereka memasuki halaman rumah—yang pagarnya tak tertutup rapat.

.

     Yoona diantara tak percaya dan sedikit merasa gugup. Sehun dorong pintu rumah itu dengan kakinya, sorot matanya memperlihatkan aura kejantanan yang berapi-api. 

     "Pegang dadamu erat-erat agar tidak berdebar." Yoona menelan ludah dengan susah payah. Pintu rumah tertutup dan hening.

     "Berani sekali kau." ujar Jun Yeol seraya mengelus pistol yang ada ditangannya.

     "Bosan hidup ya?" tambah Kwang Soo yang baru saja balik dari dapur bersama pisau kesayangannya.

     "Apa ini saatnya aku merenggangkan otot?" sahut Ji Soo melompat ditempat seakan hendak pemanasan.

     "Turunkan dia.." dan hanya suara Jong Suk yang terdengar aman, tidak seperti lainnya.

.

     Jong Suk melangkah santai menuju Sehun yang masih menggendong Yoona—tepatnya lupa dengan keberadaan Yoona yang ada di gendongannya—begitu dengan Yoona yang juga lupa dimana keberadaannya.

     "Yak, cepat turunkan dia." bisik Jong Suk berusaha untuk tetap tenang, tak ingin peperangan terjadi dan menghancurkan rumah itu. Lucunya, Sehun dan Yoona masih tampak bodoh seakan tidak mempercayai apa yang ada dihadapan mereka.

     "Yak!" teriak Jong Suk penuh penahanan.

     "Dia terluka, makanya ku gendong." kata Sehun yang sudah membuang Yoona—karena memang terlihat seperti membuang Yoona—lihat saja Yoona sampai terduduk di lantai seperti itu.

     "Aku baik-baik saja." sambar Yoona berusaha berdiri seraya menahan sakit di pantatnya—akibat menghantam lantai. "bahkan tidak terluka sedikitpun." ujarnya dengan matanya yang melotot ektra ke Sehun.

.

     Perkataannya membuat ketiga pria yang sudah ke-setan-an langsung bereaksi. Senyuman mengembang diwajahnya, tak ingin melihat penderitaan itu, Yoona melenggang indah masuk kedalam kamarnya.

`

Aww!

`

Sakit!

`

Ampun hyung!

`

Arggh!

`

Yakkkkkk! (teriak Sehun penuh amarah—tentu ke Yoona—yang sudah berbaring nikmat di kasur, disamping Yong Bin sang adik)

.

.

--

.

.

     Angin menyusup paksa masuk kedalam selimutnya. Karena masih sangat pagi anginnya terasa sangat dingin. Lagi pula kenapa bisa ada angin dikamar itu? Tunggu, aroma sedap ikut masuk kedalam selimutnya yang sebagiannya masuk kedalam lubang hidungnya. Matanya langsung terbuka lebar.

.

     Yoona campak selimut dari tubuhnya dan setelah itu terlihatlah olehnya. Yong Bin sedang duduk disamping jendela yang terbuka dengan roti bakar yang sedang dia santap. Jika tadinya bertanya dari mana asal angin itu? Tenyata Yong Bin lah tersangkanya.

     "Yak, kau tidak tahu jam berapa ini?!" bentak Yoona mendadak ingin kembali tidur.

     "Jam 8 pagi." jawab Yong Bin tanpa menoleh.

     "Heee?" mata Yoona kembali melotot. Diluar masih sangat gelap. Batinnya.

     "Mendung." jawab Yong Bin lagi.

     "Yak.."

     "Kenapa?"

     "Roti dari mana?"

     "Buat sendiri." Yoona mengerutkan kening. "karena tidak ada satupun dari manusia dewasa yang bisa membuatkanku sarapan pagi ini." cakapnya membuat Yoona muak. Tapi, tidak ada satupun?

     "Memangnya kemana Kwang Soo oppa?" tanya Yoona yang sudah bangkit dari kasur. Melangkah sempoyongan menuju kamar mandi.

     "Nuna lihat aja sendiri." ingin sekali melempar pasta gigi yang ada ditangannya ke adiknya yang kurang ajar itu. Tapi perut mulesnya membuatnya harus segera menutup pintu dan lekas bertapa di wc.

.

     Ia sudah rapi dengan kaos polos putihnya yang kebesaran dan celana kain abu-abu yang juga kebesaran. Sebenarnya bukan rapi, malah tampak ingin kembali tidur. Tetapi paling tidak wajahnya kini terlihat lebih cerah. Yong Bin masih duduk di samping jendela—masih dengan roti bakarnya. Yoona memilih membiarkan adiknya seperti itu. Paling ntar masuk angin. Pikirnya.

     "Apa-apaan ini!!!" teriaknya shock stadium akhir.

.

     Sehun, Jun Yeol, Ji Soo, Jong Suk dan Kwang Soo. Semuanya tertidur di ruang keluarga, dihadapan televisi yang masih menyala. Hanya Sehun yang berbaring sendirian di sofa, sedangkan keempat lainnya sudah saling peluk-pelukan di sofa lainnya—sepasang demi sepasang.

.

     Ponsel Jun Yeol tampak terus berdering dan membuat suasana menjadi berisik. Diatas meja terletak botol bir yang sudah kosong, jumlahnya sangat banyak, bahkan ada beberapa darinya yang tergeletak asal di lantai. Tentu aroma alkohol tercium kuat di ruangan itu. Barulah teringat oleh Yoona, pantas saja Yong Bin merelakan dirinya untuk duduk di samping jendela yang memaksa dirinya untuk merasakan angin dingin yang kejam.

.

     Tak kuat dengan aroma kuat itu. Yoona bergerak cepat membuka semua jendela yang ada di ruangan itu—yang langsung terhubung ke dapur dan halaman rumah(rumah itu tidak memiliki ruang tamu). Barulah terhirup udara segar dari tanaman yang mengelilingi rumah itu. Aish, padahal aku baru saja mandi! Grutunya yang sudah mengumpulkan botol-botol bir yang sudah kosong, beserta kemasan makanan ringan yang ikut menodai ruangan itu. Mengumpulkan itu semua sampai membuatnya terduduk di lantai—karena harus berjongkok untuk meraih botol yang terpental ke bawah meja.

     "Rajin sekali." suara itu terdengar parau, serak, dan sedikit seksi. Hanya sedikit ya! Tidak menghiraukan itu, Yoona terus melanjutkan pekerjaannya.   

     "Yak, aku sedang bicara denganmu." sebuah tangan mengait lehernya, membuatnya terduduk bersandarkan sofa.

     "Kau ingin mati? Lepaskan." ancam Yoona pelan, tidak ingin membangunkan yang lain.

     "Haha.. Kau membuatku takut." tapi tak juga melepaskan tangannya, malah tampak memeluk Yoona dari belakang dengan menenggelamkan wajahnya di bahu Yoona. Yoona diam sejenak atas perlakuan itu. Basah. Bahunya basah. Dia menangis? Seorang Oh Sehun menangis?

     "Apa semalam mereka memukulmu dengan sangat keras?" tanya Yoona. Sehun menggeleng pelan. "kau ditolak wanita?" dia kembali menggeleng. "bisnis barmu bangkrut?" tetap menggeleng. "lalu kenapa kau—"

     "Kau sedang ngomong apa sih?" Sehun mendadak bangkit dari sofa. Berdiri dengan ekspresi seakan tidak terjadi apa-apa. Yoona terbodoh melihat itu.

     "Yak, lagi pula sejak kapan aku ditolak wanita?!!" bentak Sehun tidak terima.

     "Hah, bisnisku bangkrut? Yang benar saja!" lalu melangkah pergi menaiki tangga menuju kamarnya yang ada dilantai dua.

     "Aish dasar brandal." gumam Yoona. "kalian tidak akan bangun?!!" malah berteriak sekuat mungkin guna menegur keempat pria yang masih peluk-pelukan diatas sofa.

     "Yak Jong Suk oppa! Kau harus segera ke klinik! Jun Yeol oppa, bangun dan angkatlah teleponmu! Ji Soo, kau harus berangkat ke kampus! Kwang Soo oppa! Buatkan aku sarapan!!!" tapi tidak ada satupun dari mereka yang bangun. "aish yang benar saja!" ia menggigit bibir bawahnya seraya memikirkan cara untuk membangunkan mereka.

     "Nuna, kau berisik sekali." sambar Yong Bin yang baru saja keluar dari kamar beserta piring kotornya. "lebih baik nuna cucikan piringku." Bibir Yoona bergetar hendak memaki.

     "Astaga! Aku ada rapat!" Jun Yeol terlompat kaget dan langsung berlari keluar dari rumah. Tak lama dari itu suara mesin mobil terdengar meninggalkan rumah.

     "Jam berapa ini?" grutu Jong Suk yang belum sadar seutuhnya. Berusaha duduk dan juga berusaha melihat gerak jarum jam tangannya.

     "Astaga!" dan dia ikut terlompat kaget, tapi tak langsung keluar dari rumah, melainkan berlari menaiki tangga lalu masuk kedalam kamarnya.

     "Aish, badanku sakit semua." Ji Soo juga sudah melangkah menaiki tangga. Tinggallah Kwang Soo disana yang tengah berusaha memeluk senderan sofa—karena tidak ada yang bisa ia peluk lagi.

     "Oppa! Aku lapar!" teriak Yoona langsung ke telinga Kwang Soo. Tentu si jerapah langsung menggeletar kaget. Melirik Yoona dengan matanya yang masih enggan terbuka. "buatkan aku sarapan." tambah Yoona penuh penekanan.

     "Yak, apa kau tidak bisa lihat seberapa nikmat tidurku saat ini? Tega sekali kau menggangguku!" bentak Kwang Soo hingga beberapa percikan air liur keluar dari mulutnya.

      "Aku lapar." respon Yoona yang sedang menyelamatkan diri dari air liur itu. Kwang Soo tampak despresi melihat mantan tuan putrinya itu.

     "Cepat bangunlah. Biar aku yang membersihkan semua ini." suaranya berubah lembut, membuat Kwang Soo tersadar seutuhnya dan baru menyadari kericuhan yang sudah terjadi di ruangan itu.

     "Aku sudah mengumpulkan semua sampah bekas minuman dan makanan ringan kalian. Aku juga sudah membuka jendela agar aroma tak sedap menghilang dari sini." ujar Yoona sembari mengikat kantong plastik yang berisikan sampah.

     "Huh.. Apa tadi sangat kacau?" tanya Kwang Soo yang langsung dibalas anggukan dari Yoona. "arraso, aku mandi dulu dan setelah itu baru membuatkanmu sarapan." ia bangkit dengan sisa kantuk yang masih tertinggal. Sementara itu Yoona melanjutkan bersih-bersihnya.

.

.

--

.

.

     "Yoona-a, kau mau ikut aku belanja?" tawar Kwang Soo diselanya menyantap sarapan yang baru saja ia masak.

     "Boleh, lagi pula aku suntuk." terima Yoona. Mengingat dia akan sendirian dirumah itu jika tidak ikut—Yong Bin baru saja dijemput bis sekolahnya.

     "Aku numpang ya." Sehun menyambar sendok berisikan kuah sop yang hendak Yoona seruput. "asin." ujarnya kurang ajar. Merasa jijik, Yoona lembar sendok itu ke tumpukkan piring kotor lalu mengambil sendok lainnya. "yak, aku tidak rabies!"

     "Hanya sedikit menjijikan." sahut Yoona.

     "Sana naik mobilmu!" tolak Kwang Soo kesal karena Sehun menghina rasa masakannya.

     "Jun Yeol hyung pinjam." ujarnya. "tanpa izin. Aish, detektif apaan dia!"

.

.

--

.

.

     Yoona duduk disamping Kwang Soo yang tengah menyetir tenang. Dibelakang mereka Sehun bersandar santai sibuk dengan ponselnya. Tidak, hampir disetiap menit Sehun melihat ke belakang. Ia juga tampak gelisah. Kegelisahannya itu dikarenakan sebuah mobil yang entah benar atau tidak, sepertinya sedang mengikuti mereka. Dilihatnya Yoona dan Kwang Soo, kedua manusia itu bahkan sama sekali tidak menyadarinya.

     "Hyung, belok kanan." pinta Sehun mendadak, masih melihat kearah belakang.

     "Loh, bukannya bar mu ada didepan sana?"

     "Belok kanan saja." Kwang Soo langsung mengikuti perintahnya. Sehun sedikit merasa lega, itu karena mobil yang tadinya dia sangka mengikuti mereka tak lagi terlihat.

     "Kau itu sebenarnya mau diantar kemana?" tanya Kwang Soo.

     "Ke bar."

     "Lalu kenapa belok kanan?!! Kau membuat jarak semakin jauh saja!"

     "Hanya ingin saja. Cepat hyung, aku sudah telat." Yoona memilih berpura-pura tidak mendengar perkataan tak pantas itu. Dari pada wajahnya ikut berubah seram seperti Kwang Soo saat ini.

.

     Usai mengantar si kurang ajar Sehun, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju pasar. Awan mendung masih menutupi matahari sehinga suasana masih tampak kelam. Walau hujan tak juga turun, tapi berhasil membuat udara semakin terasa dingin, padahal musim dingin masih sangat lama. Kwang Soo menyalakan mesin penghangat yang ada didalam mobil, juga menyalakan musik agar perjalanan itu lebih terasa nikmat. Berkat musik keduanya menjadi mendadak dramatis akibat soundtrack drama.

.

     Brukk!

.

     Mobil mereka tergelincir ke sisi jalan. Belum juga sempat menjerit, mereka kembali ditabrak bahkan lebih keras dari yang sebelumnya. Kwang Soo berusaha mengendalikan kemudi, tetapi lagi-lagi bagian belakang mobilnya kembali ditabrak. Kwang Soo menyentakkan roda supaya terhindar dari tabrakan berikutnya—karena sepertinya tabrakkan itu memang disengaja.

.

     Dia injak gas sehingga mobil melaju dengan kekuatan penuh. Beruntung jalanan sangat sepi, Kwang Soo jadi leluasa memutar stir sesukanya, sebisa mungkin menghindar dari mobil yang tampaknya masih berusaha untuk menabrak mereka.

.

     Kantor Polisi!

.

     Ya, Kwang Soo melihat kantor Polisi. Penuh harap, ia fokuskan matanya pada kantor itu. Suara berdenyit terdengar sangat kuat, mobil Kwang Soo berhenti dengan aman tepat di depan kantor polisi. Hening.

.

     Keduanya mengambil nafas terlebih dahulu. Beberapa detik setelah itu, barulah mereka sadari. Terdapat luka lebam di tubuh mereka dan beberapa luka lecet dari pecahan kaca mobil yang mengenai kulit mereka. Ya, mereka baru menyadari semua itu. Mobil itu sudah sangat kacau. Penyot disana sini, sebagian kaca mobil sudah pecah juga tampak asap menyembul dari kap depan.

.

     Yoona menangis setelah melihat keadaan Kwang Soo. Darah mengalir dari kepala pria itu. Lengan baju Kwang Soo robek dan memperlihatkan luka sayatan—sepertinya dari pecahan kaca mobil. Diluar polisi tengah mengetuk pintu mobil mereka, tapi karena masih sangat syok, mereka sama sekali tidak menyadari itu. Yoona masih terus menangis ketakutan dan Kwang Soo hanya diam. Semua itu terlalu mendadak.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kwang Soo Interview

Author >> Kwang Soo-ssi, anda baik-baik saja?

Kwang Soo >> (Dia hanya diam)

Author >> Kwang Soo-ssi, anda mendengarku?

Kwang Soo >> (Masih diam)

Author >> Kwang Soo..

Kwang Soo >> Banyak tanya ya?!! Apa kondisiku tidak bisa menjawab pertanyaanmu?!!

Author >> (Kini saya yang terdiam)

Kwang Soo >> Aish, cicilan mobilku bahkan belum lunas (Dia meringis meratapi nasibnya)

Author >> Maaf jika saya sudah mengganggu. Kalau begitu saya pergi dulu.

Ji Soo >> Author, saya tidak ditanya?

Author >> Minggu depan saja ya. (Lagi pula tidak tahu mau bertanya apa)

Ji Soo >> Minggu depan lagi thor? Minggu lalu author juga berkata seperti itu. Thor, jangan pergi dulu saya belum selesai.. Bicara.

Continued..

Suka kak?

avataravatar
Next chapter