3 Part 3

     Jong Suk mengangkat Yong Bin hingga terduduk di pundaknya, lalu dengan gemas Yong Bin peluk erat kepala Jong Suk. Bukannya merasa kesal diperlakukan seperti itu, dokter tampan itu malah tertawa senang. Yong Bin sudah mengenakan pakaian barunya-pilihan Jong Suk-karena ia tidak menyukai pilihan Yoona. Mungkin karena yang Yoona pilih adalah kaos berlengan panjang berwarna pink. Walau begitu, baju pilihannya tetap ia masukkan kedalam keranjang. Ya, Yoona merasa adiknya yang sombong itu akan tampak manis jika mengenakan pakaian berwarna pink.

.

     Mereka ke mall hanya bertiga. Itu karena Kwang Soo menolak untuk ikut dan Jisoo sudah terlanjur pergi bersama teman-temannya. Mengenai Jun Yeol dan Sehun, hingga saat ini mereka belum ada kabar. Mungkin mereka masih berada di rumah Yoona-tidak lain yaitu lokasi kebakaran itu. Beberapa kali pengunjung lainnya melihat kearah mereka dengan pandangan kagum. Sebenarnya mereka menyadari itu, tapi mereka memilih berlaku bodoh dan terus melanjutkan shopping.

     "Maafkan aku oppa, karenaku mereka jadi salah paham pada kita." ujar Yoona dengan senyuman geli diwajahnya. Jong Suk tertawa padanya.

     "Kurasa piyama yang tengah kau kenakan telah membantu mereka dalam menemukan jawaban." sindir Jong Suk mendahului langkah Yoona. Gadis itu berhenti melangkah sejenak yang setelah itu baru menyadarinya. Ya, Yoona masih mengenakan piyama pemberian Jong Suk. Sungguh, ia tampak sangat bodoh dengan piyama bermotif pisang itu.

     "Eish.." grutunya menahan malu lalu segera mengejar langkah Jong Suk.

.

--

.

     "Yoona-a, menurutmu siapa pelaku dibalik kebakaran itu?" tanya Jong Suk seraya menyetir. Saat ini mereka dalam perjalanan pulang, dengan Yong Bin yang sudah tertidur nyenyak di bangku penumpang bagian belakang.

     "Aku masih belum yakin, tapi bisa jadi itu ulah mereka." sahut Yoona belum berniat memikirkan masalah itu.

     "Tapi, bukankah kau tampak sangat tenang? Kau tidak seperti seseorang yang rumahnya baru saja terbakar."

     "Karena aku tidak terlalu menginginkan semua itu. Lagi pula dengan begini, kuharap mereka tak menggangguku lagi. Sekalipun kebakaran itu mereka yang melakukannya."

     "Sebenarnya apa yang mereka inginkan darimu?" tanya Jong Suk lagi, masih sangat penasaran.

     "Oppa, kau kan tahu, ayahku melimpahkan semua hartanya padaku." Jong Suk mengangguk. "tentu saja mereka kesal akan itu. Aku ini hanya anak dari istri simpanan, tapi malah mendapatkan keseluruhan harta. Sampai sekarang saja aku masih sulit mempercayai itu."

     "Apa saudara tirimu itu hidup susah?" Yoona menggeleng tak bersemangat.

     "Mereka bahkan sangat kaya raya." Jong Suk tertawa kebingungan.

     "Lalu kenapa mereka masih memikirkan harta peninggalan orangtua kalian?"

     "Dari dulu hingga sekarang mereka memang selalu membenciku." entah memang kuat atau memang sudah sangat lelah. Yoona sama sekali tidak terlihat sedih.

     "Selanjutnya apa yang akan kau lakukan?"

     "Mmm, mungkin untuk sementara ini aku akan tinggal bersama kalian. Sampai aku mendapatkan tempat tinggal yang menurutku aman untukku dan Yong Bin tempati. Aku juga bingung mau melamar kerja dimana, uangku juga sudah berlimpah." lagi-lagi Jong Suk tertawa mendengarnya.

     "Oo? Bukankah itu Sehun?" ujarnya ketika mobil mereka sudah mendekati rumah.

.

     Dari kejauhan terlihat si tampan Sehun, tengah berdiri di depan pagar rumah-disamping sebuah mobil beratap terbuka. Disampingnya seorang gadis berpakaian minim terlihat mencoba menyentuh tangan Sehun, dengan santai Sehun genggam tangan itu, membuat gadis itu tersenyum bahagia. Kali ini gadis itu bergerak liar, seperti hendak mencium bibir Sehun.

     "Aish, merusak pemandangan saja!" keluh Yoona, dengan kesal dia tekan klakson mobil-lumayan mengagetkan Jong Suk. Ia buka kaca mobil disampingnya lalu menyelipkan setengah kepalanya dari sana.

     "Yak, pinggir pinggir! Kalian menghalangi jalan masuk!" teriaknya dengan garang.

.

     Sehun tampak menahan amarah, ia langsung memberi perintah agar gadis itu segera masuk kedalam mobilnya.

     "Yak cepat geser mobilmu! Kami mau masuk!" teriak Yoona lagi. Jong Suk masih saja tertawa disampingnya, syukur Yong Bin tidak terbangun karena ocehannya. Karenanya, mobil itu sudah pergi dari sana, meninggalkan Sehun yang tengah menatap Yoona dengan tatapan terseram yang ia punya.

     "Yak, buka pagarnya." bukannya merasa bersalah, dia malah memerintah Sehun untuk membuka pagar. Tentu tak dihiraukan pria itu.

     "Buka saja sendiri." kata Sehun lalu masuk kedalam dari sela pagar yang ia geser secukupnya.

     "Yak " teriakannya sama sekali tak didengar. Sehun sudah masuk kedalam rumah dengan suara bantingan pintu yang keras.

     "Kau kejam sekali. Setidaknya biarkan dia mendapatkan kecupan singkat dari gadis itu." gumam Jong Suk hendak turun dari mobil, tapi Yoona sudah lebih dulu turun lalu mendorong pagar dengan seluruh kekuatannya. Ya, pagarnya sangat berat.

     "Aish, perang benar-benar akan segera dimulai." batin Jong Suk yang sudah melewati Yoona yang kini kembali berusaha menutup pagar.

.

--

.

     Yoona baru saja keluar dari toilet yang ada dikamarnya. Ia berbaring di kasur dengan sangat hati-hati, takut Yong Bin yang ada disampingnya terbangun. Dibenarkannya letak selimut Yong Bin, mengelus lembut kepala adiknya itu.

.

     Dari semua yang sudah terjadi, syukurnya Yong Bin tampak baik-baik saja, sama sepertinya. Sesaat ia teringat pada barang-barangnya yang ada di kamarnya-tentunya di rumah yang terbakar itu. Semua barang peninggalan ayah dan ibunya ada disana. Terpikirkan olehnya untuk mencari tahu kondisi barang-barang itu.

     "Bukankah brankas milikku tahan api?" mengingat brankas yang ia gunakan berbahan besi yang tahan api.

     "Apa aku cek saja?" diliriknya jam dinding yang ada dikamarnya. Sudah jam 10 malam.

     "Baiklah, aku hanya perlu kesana dan menanyakannya ke petugas yang tengah berjaga." ia beranikan dirinya.

.

     Masih dengan piyama pisang milik Jong Suk, Yoona melangkah keluar kamar. Terdengar suara langkah kaki pertanda seseorang tengah menuruni tangga yang letaknya tepat didepan pintu kamarnya. Berharap tidak ada yang melihat kepergiannya, Yoona berlari kecil menuju pintu keluar.

     "Kau mau kemana?" belum juga ia membuka pintu, suara itu sudah lebih dulu terdengar.

     "Mencari udara segar." ujarnya pelan dan segera membuka pintu itu.

     "Aku ikut." kepalanya yang sudah keluar dari pintu kembali masuk kedalam rumah. Ditatapnya Sehun yang tengah melangkah menujunya.

     "Masuk sana, jangan ganggu aku." ucapnya ketus.

     "Tidak mengganggu.. Hanya menemani." bisik Sehun dengan suara seksinya, membuat Yoona merinding mendengarnya.

.

--

.

     Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa mereka tampak sangat akrab? Tidak hanya Sehun, tapi Yoona terlihat dekat dengan kelima pria yang tinggal dirumah itu. Kenapa bisa begitu?

.

     Sebenarnya awal mula kedekatan itu dikarenakan Yoona yang sering mengunjungi rumah milik ayahnya-yang disewa Kwang Soo untuk ia jadikan kos-kosan. Yoona mengunjungi rumah itu untuk mencicipi makanan buatan Kwang Soo-yang dulunya adalah koki utama dirumah orangtuanya-namun sudah berhenti bekerja sebelum kedua orangtua Yoona tewas dalam kecelakaan.

.

     Kwang Soo telah menghabiskan 5 tahun lamanya dirumah orangtua Yoona, dan selama 5 tahun itu juga Yoona merasa jatuh cinta dengan masakannya. Ketika Kwang Soo berhenti bekerja, tentu Yoona masih terus menemuinya-yang kebetulan menyewa salah satu rumah orangtuanya yang letaknya lumayan dekat dari rumahnya. Bisa dikatakan hampir setiap hari Yoona datang kerumah Kwang Soo dan tentunya hampir setiap hari juga ia bertemu dengan keempat pria tampan yang ngekos di rumah itu. Begitulah cerita singkatnya.

     "Kau akan terus mengikutiku?" tanya Yoona disela langkah mereka. Sehun mengangguk.

     "Bukankah kau mau kerumahmu yang sudah hangus itu?" Yoona mendelik heran. Bagaimana ia bisa tahu?

     "Kau itu sangat mudah ditebak." ujar Sehun seraya mencubit pipi Yoona dengan gemas. Sebelum mulut kotor Yoona berkumandang, Sehun sudah lebih dulu mempercepat langkahnya.

     "Kenapa kau memilih tinggal bersama kami? Kau bisa saja membeli sebuah apartemen yang mewah di Gangnam."

     "Karena aku nyaman bersama kalian?"

     "Kalau begitu akan kubuat kau menyesali pilihanmu."

     "Yak, kau sama sekali bukan seleraku." cibir Yoona melirik Sehun dengan matanya yang disipitkan.

     "Itu karena kau belum mengetahui pesonaku." ujar Sehun membela diri dan kembali melangkah disamping Yoona.

     "Kenapa? Kau ingin aku menyukaimu? Apa gadis-gadis yang ada di Bar milikmu kurang cantik?" tanya Yoona seraya mengibaskan rambut panjangnya.

     "Sepertinya ada kesalahpahaman." raut wajah Sehun berubah serius.

     "Aku tidak pernah mengatakan kau cantik." kondisi Yoona kini seperti harimau yang sudah tak makan 100 hari lamanya.

     "Aku hanya bosan dengan wanita cantik. Sesekali dengan yang sepertimu.. Bisalah." memasang raut jijik untuk Yoona. "tapi, bukankah ini piyama Jong Suk hyung? Kenapa kau yang pakai? Kau mengemis padanya?" malah mendadak mengganti topik. Emosi Yoona yang sudah meluap-luap pun menyusut dengan sendirinya.

     "Aa.. Kau suka padanya ya?"

     "Ya, lebih baik aku tidak usah menghiraukan orang yang tak waras sepertimu." gumam Yoona pelan dan memilih terus melangkah tanpa lagi mendengarkan ocehan Sehun yang syukurnya tampan.

.

--

.

     "Maaf sekali, untuk saat ini kami belum bisa memasuki rumah, kondisi bangunan masih sangat berbahaya. Tapi jika nantinya kami menemukan brankas yang anda maksud, kami akan segera menghubungi anda." kata seorang petugas kepolisian yang tengah berjaga-jaga disana.

     "Apa kau melihat Jun Yeol hyung?" sela Sehun berlaku santai-seakan lupa ia tengah bertanya pada siapa.

     "Ya?" tentu petugas itu mengenal nama yang ia sebut.

     "Ryu Jun Yeol.. Jun Yeol hyung, kau melihatnya?" Yoona sikut lengan Sehun, berharap pria itu berhenti mengoceh. "katakan padanya untuk bekerja lebih cepat. Mencari sebuah brankas tidak perlu berhari-hari kan?"

.

     Pakk!

.

     Seseorang memukul kepala Sehun dengan keras.

     "Jaga ucapanmu." Jun Yeol sudah berdiri dihadapan mereka.

     "Ketua, kenapa anda masih disini?" tanya si petugas ketika melihat Jun Yeol.

     "Aku baru akan pulang." sahut Jun Yeol sebelum akhirnya melihat kearah Yoona dan Sehun bergantian. Pandangannya diantara kelelahan dan malas. "kenapa kalian kesini? Jangan mengganggu, pulanglah."

     "Hyung, dia mau mencari.." Sehun ingin menjelaskan.

     "Akan segera ditemukan. Bersabarlah." sela Jun Yeol seakan sudah mengetahui apa yang Yoona butuhkan. "kalian pulang saja. Tapi tunggu. Kenapa kalian bersama? Kau menculiknya?" baru menyadari itu dan langsung menatap Sehun sangar.

     "Hah, yang benar saja. Kalaupun aku harus menculik wanita, tentu bukan yang seperti ini." ingin sekali Yoona tampar wajah tampan itu, tapi Sehun sudah lebih dulu melangkah pergi.

     "Kalau begitu kami pulang dulu. Oppa, kabari aku jika brankasnya sudah ditemukan, Aku sangat membutuhkannya." kata Yoona yang mulai melangkah pergi, menyusul Sehun yang sudah mendahuluinya sejak tadi.

     "Yoona-a, jangan dekat-dekat dengannya. Yak, kenapa kau mengikutinya? Yak!" tapi Yoona tak lagi mendengar perkataannya karena sudah melangkah terlalu jauh. "aish, tumben sekali mereka akur." gumamnya dan kembali melanjutkan sisa tugasnya.

.

--

.

     "Aku mau makan mie dulu." ujar Sehun ketika melewati mini market. "cepat kesini, aku tidak bawa dompet." teriaknya dari ambang pintu mini market.

     "Hah." Yoona hanya bisa menggelengkan kepala. "kapan dia akan memanggilku nuna?" dan hanya bisa mengikuti pinta Sehun.

.

     Duduk menghadap ke jalanan yang berbataskan dinding kaca. Dua cup mie seduh sudah habis mereka santap, bersama 3 kaleng bir yang juga sudah kosong. Masih terlalu kenyang, keduanya memilih untuk duduk sejenak di dalam mini market.

.

     Mengamati warga yang mondar mandir di jalanan. Tidak terlalu ramai, tetapi juga tidak terlalu sepi. Mereka tampak terhanyut dalam pikiran masing-masing. Jika Yoona sedang memikirkan nasibnya dan Yong Bin, sedangkan Sehun. Entahlah, dia bukan tipe pemikir bahkan tidak pernah memikirkan hal kecil sekalipun. Hidupnya penuh dengan tindakan reflek yang tak pernah ia renungkan terlebih dahulu.

     "Bukankah mereka sangat imut?" ujar Sehun membuyarkan renungan Yoona.

.

     Dapat Yoona lihat sekumpulan gadis remaja yang tengah duduk di depan mini market. Beberapa dari mereka masih mengenakan seragam-yang sepertinya siswi menengah atas.

     "Kenapa tidak kau goda saja?" tangkas Yoona tak sepenuhnya peduli.

     "Ah, benar juga. Kalau begitu aku pergi dulu."

.

      Tak lupa mengacak-acak rambut, membuka kancing kemeja teratas, melipat lengan kemejanya yang sebelah kanan, hanya sebelah kanan, lalu memasang raut wajah lusuh seakan telah kelelahan bekerja. Tapi, bukankah itu sungguh aneh? Biasanya ketika hendak menggoda wanita, seorang pria akan merapikan dirinya sebaik mungkin.

     "Hah, kau gunakan trik itu lagi." gumam Yoona, sudah familiar dengan tingkah Sehun.

.

     Karena masih enggan berpindah, Yoona memilih stay di dalam mini market sembari mengamati tingkah si tampan yang aneh itu.

     "Bodohnya mereka.." ucap Yoona pelan.

     "Hanya karena wajah itu? Walau dia sudah berpenampilan kucel seperti itu?" ia kembali menggelengkan kepala.

     "Tapi ya begitulah cara pandang remaja. Asal wajah tampan, sekalipun tak bertalenta, mereka akan memberikan nilai plus."

.

     Sehun semakin tampak menikmati aksinya, malah terlihat akrab dengan mereka dengan ikut duduk diantara mereka dan berbincang hingga tertawa riang.

.

     Mendadak timbul pemikiran untuk mengerjai pria itu. Senyum devil sudah mewarnai wajahnya. Sebelum itu ia sudah lebih dulu membuang sampah makanan mereka ke tempat sampah.

.

     Dengan tenang ia melangkah keluar mini market, kakinya melangkah menuju Sehun dan para remaja yang tampak labil itu. Sangat natural, bahkan mimik wajahnya luar biasa terlihat santai. Kaki jenjangnya bergerak dengan sangat yakin, hingga akhirnya kakinya telah menapak indah tepat di samping tempat duduk Sehun. Penuh dengan senyuman, Yoona elus kepala Sehun.

     "Sayang, mari pulang. Anak kita menunggu."

.

     Sandiwaranya berhasil telak. Perkataannya sontak membuat semua remaja labil yang ada disana tersentak kaget hingga berdiri dari kursi mereka.

     "Aku sangat lelah, dan kurasa calon anak kelima kita juga sudah sangat kelelahan.." tuturnya lembut seraya mengelus perut tipisnya.

.

     Sudah tak bisa berkata, Sehun hanya bisa tertawa miris dengan nasibnya. Yoona lirik satu persatu remaja-remaja yang katanya imut itu. Seakan dilirik Annabelle, mereka langsung berlarian menghilang dari hadapannya.

     "Hoh.. Bagaimana nasib negara kita jika remajanya mudah tergoda hanya dengan manusia sepertimu?!" grutu Yoona pelan, tanpa perlu mengucap maaf ia sudah melangkah santai menuju rumah.

     "Anak kelima? Hah." Sehun amati tubuh Yoona yang berlalu pergi. Geram bukan main diperlakukan seperti itu.

     "Dia mau bermain-main denganku? Berani juga." dan mulai melangkah guna menyusul Yoona yang masih tampak santai.

.

     Raut wajahnya kini jauh lebih menakutkan dari Yoona yang sebelumnya. Playboy kelas Lobster tak bisa diperlakukan seperti itu, ia tidak akan bisa menerimanya. Penuh kesal, gerak langkahnya semakin cepat, menyusul Yoona yang tidak tahu-menahu mengenai kedatangannya. Lalu, tanpa basa basi, tangannya dengan mantap menggendong tubuh Yoona hingga membuat Yoona bergantungan di tubuhnya. Takut terjatuh, Yoona reflek melingkarkan tangannya di leher Sehun.

     "Yak, apa yang kau lakukan?" tanya Yoona, anehnya masih saja terlihat santai.

     "Mari kita mulai dari anak pertama. Kau sudah siap?" dan mulai melangkah. Kakinya terlihat mantap menapak diatas aspal.

     "Apa maksudmu?" sepertinya Yoona tidak paham akan perkataannya.

     "Sampai anak kesepuluh pun aku sanggup." tambah Sehun dengan senyuman di sudut bibir seksinya.

     "Yak, turunkan aku." Yoona mulai merasakan aura tak baik.

     "Tidak mau.." dan terus melangkah.

     "Turunkan aku!" sepertinya Yoona sudah memahami maksud busuknya itu.

     "Kenapa? Jantungmu berdebar?"

     "Tentu saja, aku masih hidup! Cepat turunkan aku!"

     "Tidak, jantungmu berdebar karena digoda olehku." bisik Sehun seiring kakinya yang terus melangkah dan tak menghiraukan orang yang tengah mengamati mereka.

     "Hah, kepercayaan dirimu diluar kendali." cela Yoona, tapi Sehun malah semakin meningkatkan kecepatan langkah kakinya.

     "Semuanya sudah pada tidur, dan syukurnya mereka sangat tidak peka, termaksud adikmu yang menyebalkan itu." kata Sehun ketika mereka memasuki halaman rumah-yang pagarnya tak tertutup rapat.

.

     Yoona diantara tak percaya dan sedikit merasa gugup. Sehun dorong pintu rumah itu dengan kakinya, sorot matanya memperlihatkan aura kejantanan yang berapi-api.

"Pegang dadamu erat-erat agar tidak berdebar." Yoona menelan ludah dengan susah payah. Pintu rumah tertutup dan hening.

.

.

.

.

.

Jun Yeol Interview

Author >> Apa anda tidak keberatan dengan kehadiran Yoona dirumah?

Jun Yeol >> Jujur, aku keberatan.

Author >> Kenapa? Bukankah kalian sudah sangat dekat dengan Yoona?

Jun Yeol >> Bukan itu maksudku. Aku hanya merisaukan keselamatannya. Sehun benar-benar liar dan ia tidak pernah ditolak wanita.

Author >> Jadi dikarenakan Sehun? (Jun Yeol mengangguk) Baiklah jika begitu. Terimakasih atas penjelasannya.

Ji Soo >> Thor, saya tidak ditanya? (tanya Ji Soo yang sedari tadi menguping)

Author >> Minggu depan saja ya. Saya sudah tidak ada waktu. Kini adalah saatnya untuk kepoin Music Bank.

Continued..

Sepi banget komentar di cerita ini.

Kenapa kak? Gak menarik ya?

avataravatar
Next chapter