21 Part 21

     "Lalu kenapa kau di kantin?!! Kenapa kau tidak menemaninya!!!" Jun Yeol malah membentak Yoona.

     "Kenapa harus berteriak." batin Yoona. "aku lapar.."

     "Cepat temui dia!" entah mengapa tubuh Yoona bereaksi ketika mendengar itu. Seperti terhipnotis, Yoona berdiri tegak dan dengan raut bingung, dia berlari menuju lift. Menunggu pintu lift terbuka dengan gelisah.

°

     Ketika masih berada didalam lift, Yoona yang belum memutuskan panggilan itu mendesak Jun Yeol untuk menjelaskannya padanya. Diawali keluhan, Jun Yeol segera mengatakan secara ringkas agar Yoona segera mengerti. Tentu, walau Jun Yeol tidak menceritakan cerita keseluruhannya, entah mengapa Yoona sudah bisa memahaminya. Ya, benar apa yang dikatakan Jun Yeol. Dia harus segera menemui Sehun. Ting! Tepat ketika itu pintu lift terbuka, tanpa menunggu Yoona segera berlari menyusuri koridor panjang yang ada dihadapannya. Bagaimana dengan panggilan itu? Yoona lupa memutuskan panggilan itu dan hanya memasukkan ponselnya kedalam saku celananya begitu saja.

°

     Langkah kakinya menapak kilat diatas lantai. Saking bersemangatnya, suara sepatunya yang menapak lantai terdengar sangat keras. Matanya fokus melihat kearah sebuah pintu yang berada di sudut koridor—tempat dimana ibu Sehun berada. Jika saja dia mengetahui cerita itu lebih awal, dia tidak akan membiarkan Sehun sendirian. Langkahnya terhenti tidak jauh dari pintu itu berada. Huh, ada apa ini? Kenapa aku merasa gugup? Ia tampak ragu untuk melangkah maju. Aish! Dengan geram dia lawan rasa gugupnya. Ia sudah berdiri di hadapan pintu dan siap membuka pintu itu. Eee? Dimana Sehun? Kenapa dia tidak ada disini?!!

°

     Hanya ada ibu Sehun disana—yang tengah berbaring di kasur berbalutkan selimut. Yoona reflek melangkah mundur untuk keluar dari sana, ia tutup pintu itu perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Belum juga sempat berpikir, hujan mendadak turun dengan deras. Mata Yoona membesar ekstra mengamati kepingan air hujan dari balik dinding kaca yang ada di sampingnya. Raut cemas semakin terlihat jelas diwajahnya. Yoona khawatir bukan main. Dia masih demam dan sekarang hujan turun, aish! Tanpa memikirkan apapun, Yoona sudah lebih dulu melangkah cepat. Langkah gusarnya membawanya menuju meja resepsionis.

     "Permisi, apa kau melihat Sehun?" tanya Yoona diiringi dengan deru nafasnya.

     "Sehun-ssi? Tadi aku melihatnya ke halaman depan gedung." Yoona kembali berlari bahkan lebih kencang. Oh tidak, hujan benar-benar deras. Langkah Yoona sampai terhenti karena hantaman hawa dingin diluar sana. Percikan air hujan yang mengenainya juga sangat menyiksa. Ini sangat dingin! Pertama kali untuk Yoona mengatakan itu. " bagaimana ini? Dimana dia?!! " Yoona mondar mandir di bawah atap teras rumah sakit itu.

°

     Terlintas dipikirannya untuk menghubungi ponsel Sehun dan langsung ia lakukan. Sudah dia duga, tidak ada jawaban. Seraya terus mencoba menghubungi nomor pria itu, matanya juga tak henti melihat ke sekelilingnya. Menembus kepingan air hujan yang lumayan mengganggu jarak pandangnnya. Serr.. Hembusan angin membuat Yoona melangkah mundur nyaris masuk kembali kedalam rumah sakit. Tubuhnya bahkan menggigil pelan. Apakah hari ini benar-benar dingin? Kenapa tubuhku menjadi sangat peka seperti ini? Mengingat sekuat apa Yoona pada udara dingin. Mungkin kekuatannya tidak berlaku pada hari itu. Ada seseorang disana!

°

     Jauh dari pandangannya, ia melihat seseorang tengah berdiri dibawah payung besar dibawah pohon. Letaknya di sekitar taman di halaman rumah sakit itu. Namun hujan membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang tersebut. Timbul keraguan didalam dirinya. Tubuhku masih menggigil, apa aku tetap harus menembus hujan begitu saja? Apa aku akan baik-baik saja? Yoona sempat memikirkan itu, tetapi rasa panik lebih menguasai dirinya. Tidak, aku harus kesana. Im Yoona! Lekas berlarilah! Baru saja ia hendak berlari, seseorang menariknya masuk kembali kedalam lobi rumah sakit.

     "Kau gila? Kau mau mati kedinginan?" Yoona masih diam dengan sisa deru nafas dan tubuh menggigilnya. "kenapa kau menggigil seperti ini? Kau kedinginan?" dengan sigap melepas jaket miliknya hendak memakaikan ke tubuh Yoona.

     "Yak!" tapi Yoona lebih dulu membantaknya. Membuat pria itu menghentikan gerakannya. "kemana saja kau?! Aku mencarimu!!" masih membentak, dengan rasa cemas yang membludak, Yoona bahkan tampak seperti hendak menangis.

     "Aku juga sedang mencarimu!" balas Sehun, juga dengan nada tinggi. Yoona terdiam ketika menyadari itu, menyadari bahwa Sehun—pria yang ada di hadapannya—tampak baik-baik saja. Tidak seperti yang ia risaukan sejak tadi.

     "Kau baik-baik saja?" suara Yoona melemah, menatap Sehun prihatin.

     "Memangnya aku kenapa?!" balas Sehun kesal, mungkin tidak suka dengan sorot mata yang Yoona perlihatkan padanya. Yoona diam sejenak, mengamati ekspresi wajah itu. Sehun benar-benar terlihat sangat baik. Tidak ada gambaran kesedihan di wajahnya. Fakta itu membuat deru nafas Yoona perlahan menjadi normal, namun tidak dengan tubuh menggigilnya. "pakai ini dulu." walau raut wajahnya masih tampak kesal, Sehun tetap saja memakaikan jaketnya ketubuh Yoona.

     "Yak yak yak." tapi Yoona menolak pemberiannya. Yoona melepas jaket itu dan memberikannya lagi kepada Sehun. "kau itu sedang demam. Sudah pakai saja. Aku baik-baik saja. Haaachim!" tanpa berkata, Sehun kembali memakaikan jaket miliknya ke tubuh Yoona. Kali ini ia kancing sepenuhnya.

     "Kau sudah seperti mayat hidup. Jadi pakai saja dulu." ia juga menarik hoodie jaketnya agar menutupi kepala Yoona. Benar sekali, Yoona tampak sedikit pucat. Ups! Posisi mereka saling berhadapan dan tentunya sangat dekat. Yoona yang sudah menyadari itu sejak tadi memilih menunduk. Dia tahu itu, Sehun pasti akan menatapnya langsung ke matanya.

     "Bagaimana keadaan ibumu? Dia baik-baik saja?" tanya Yoona tanpa melihat langsung ke mata Sehun. Ia berusaha untuk terlihat tenang. Sehun menahan senyuman di wajahnya. Dia tidak tahu kapan, tapi dia merasa Yoona mulai bertindak layaknya seorang wanita. Seperti yang tengah terjadi saat itu.

°

     Yoona tampak malu-malu akan posisi mereka. Senyum Sehun mengembang dan tak mampu ia sembunyikan lagi. Melihat wajah manis Yoona membuatnya semakin merasa gemas. Saking gemasnya, tangan Sehun bergerak dengan sendirinya, mengelus pipi Yoona dengan punggung tangannya. Tentu, perbuatannya membuat Yoona mendadak lupa bagaimana caranya bernafas.

     "Imut sekali." bisiknya mencoba menggoda Yoona. Senyuman Sehun semakin melebar ekstra, itu karena Yoona benar-benar mati kutu dihadapannya. "wah.. pertama kalinya melihatmu seperti ini. Biasanya kau akan langsung.."

     "Apa! Biasanya apa?!!" sambar Yoona tak tahan diperlakukan seperti itu.

     "Membentakku." sahut Sehun pelan menahan kesal. Senyum Sehun menghilang seketika.

     "Apa kita sudah bisa pulang?!" ujar Yoona dengan nada tinggi, ia juga melangkah mundur guna mengambil jarak dari pria itu.

     "Hah, yak, kau takut padaku?" tapi Sehun malah melangkah mendekatinya. "kau menghindariku?" bahkan mencoba menatap Yoona dengan jarak yang sangat dekat.

      "Cih, kenapa aku harus takut padamu." karena gengsi, Yoona berusaha menahan langkahnya. Ia bahkan menjinjit untuk melototi Sehun dengan jarak yang jauh lebih dekat. Dugg! Tapi apa yang ia perbuat malah membuatnya hampir mencium bibir Sehun, itu karena Sehun juga menundukkan wajahnya. Aish, nyaris saja!

     "Oho, baru saja kau mau menciumku kan?" dengan ekspresi seakan terkejut, Sehun tertawa senang sambil menatap Yoona. Syukur kondisi lobi sedang sangat sepi.

     "Apa?! Menciummu?! Yang benar saja." Yoona sudah sangat malu dan tidak tahu harus berceloteh apa lagi. "kita pulang saja!" dia memilih melangkah melewati Sehun, tapi lagi-lagi Sehun menarik tangannya.

     "Diluar masih hujan." dan kembali berdiri dihadapan Yoona. Ekspresi nakal tak terlihat lagi diwajahnya, kini Sehun tampak tenang. "tapi, kenapa kau pucat sekali? Biasanya kau tahan udara dingin." tangan Sehun kembali menyentuh pipi dan kening Yoona, tapi kali ini tampak lebih serius. Yoona yang lagi-lagi mendadak kaku, berusaha sekuat mungkin untuk tetap santai.

     "Mungkin karena sedang hujan deras." jawab Yoona.

     "Benar juga." Sehun yang sudah merelakan jaketnya pada Yoona hanya berserah diri pada sweater yang ia kenakan. Sehun merasa kedinginan, tapi dia harus bisa menahannya. Karena sepertinya kondisi Yoona lebih membutuhkan jaketnya. "duduklah, aku akan beli minuman hangat." tangannya yang masih menggenggam tangan Yoona sudah menarik Yoona mendekati sebuah sofa. Ia paksa Yoona untuk duduk lalu ia pergi dari sana untuk membeli minuman. Tidak, Sehun kembali ke hadapan Yoona. "yak, dompetku ada padamu. Berikan padaku!"

     "Aaa.." Yoona juga baru mengingat itu. Segera ia berikan pada Sehun.

°

     Mereka sudah berada didalam taksi setelah tadinya menunggu hampir 5 jam lamanya—karena hujan tak kunjung reda. Saat ini hujan juga belum reda sepenuhnya, masih gerimis halus. Sehun yang sedari tadi menahan dinginnya suhu udara akhirnya bisa bernafas lega karena taksi yang mereka tumpangi sangat hangat. Begitu juga dengan Yoona, tanpa ragu buru-buru ia lepas jaket Sehun dari tubuhnya. Yoona tahu itu, sebenarnya sedari tadi Sehun berusaha menahan dirinya untuk tetap terlihat kuat.

     "Cepat pakai." kata Yoona, sedikit meaksa Sehun agar segera mengenakan kembali jaketnya.

     "Yak, kenapa kau lepas. Aku baik-baik saja.. Kau saja yang—"

     "Pakai!" Yoona tepuk lengannya dengan geram. Raut garang Yoona membuat tubuh Sehun merespon untuk melakukan apa yang Yoona perintah. "setidaknya aku lebih kuat dengan suhu dingin dibandingkanmu. Lagi pula, bukankah tadi pagi kau masih demam? Sudah sembuh?" Yoona juga mengancing jaket itu hingga rapat. "kenapa kau senyum-senyum?!" Yoona menjadi sensitif dengan senyuman pria itu.

     "Begini, apa kau tidak menyadarinya?" raut wajah Sehun memperlihatkan ekspresi gemas.

     "Apanya?!" Yoona reflek bergeser dari posisinya—berusaha mencari posisi aman.

     "Kau mulai menyukaiku kan?" Dugg! Sehun tersenyum menggoda. "tuh kan, kau mulai terbodoh seperti ini." ucapnya karena Yoona kembali terdiam.

     "Apa maksudmu! Enak saja, terbodoh? Apanya?!! Aku biasa-biasa saja!" malah membuat Yoona kembali membentaknya dan kembali duduk lebih menjauh darinya—hingga menempel pada pintu.

     "Baiklah baiklah. Lebih baik kita diam saja." dia sudah terlalu lelah mendengar nada melengking Yoona.

°

   Tak terasa senja menemani perjalanan mereka. Awan mendung membuat perjalanan itu menjadi kelam, belum lagi keduanya masih sama-sama saling menutup mulut. Syukur hujan sudah benar-benar reda. Aktifitas di luar sana juga sudah kembali normal, para pejalan kaki mulai terlihat, sebagian melangkah santai dan sebagian lainnya tampak terburu-buru dengan payung di tangan mereka. Sehun tertegun sesaat, ia menyukai situasi saat itu. Tepi jalan menuju rumah mereka tampak tenang, membuatnya ingin berjalan kaki di sisa perjalanan mereka.

     "Paman, kami turun disini saja." ia berikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi itu. "ayo turun." ujarnya, tak menghiraukan tatapan keheranan di wajah Yoona.

°

     Hujan membuat jalanan menjadi bersih tanpa debu, hal itu yang membuat Sehun ingin menikmati suasana itu. Mereka mulai melangkah beriringan di tepi jalan. Jarak menuju rumah tidak terlalu jauh, kurang lebih 10 menit saja. Disampingnya Yoona terlihat tak nyaman, itu karena mereka berdua tampak seperti pasangan. Mengapa? Karena banyak pasangan kekasih lainnya yang wara-wiri di sekitar mereka. Perbedaannya hanya, mereka tak saling bergandeng--Oo? Entah ada gerangan apa, Sehun mendadak menggenggam tangan Yoona.

     "Kupikir kau sedang kedinginan.." basa-basinya membuat Yoona mendelik kesal padanya.

     "Aku tidak—"

     "Kalau begitu tetaplah seperti ini." sambar Sehun dan terus menuntun langkah mereka.

     "Yak, ada apa denganmu.." sesuatu didalam sana terus berguncang. Iramanya sangat kacau. Dagg! Digg! Dugg! Hal itulah yang membuat Yoona merasa tidak nyaman. Tapi genggaman tangan Sehun terlalu kuat. Jemari pria itu merekat erat di sela-sela jemarinya, sehingga sulit untuknya melepaskan genggaman itu.

     "Aku hanya sedang ingin menggenggam tanganmu." kata Sehun tanpa menoleh padanya dan terus menuntun langkah mereka. Tampak senyuman di wajah pria itu. Pipi Yoona mendadak terasa panas.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

→Kwang Soo Interview←

Author >> Lee Kwang Soo-ssi, anda sedang apa?

Kwang Soo >> Sedang masak. (Benar sekali, dia memang sedang memasak)

Author >> Ia, saya tahu. Maksud saya, kenapa anda masak sebanyak ini? (Karena terlihat banyak bahan makanan di atas meja)

Kwang Soo >> Aa, Author-nim pasti tidak tahu ya? Hari ini Sehun ulang tahun. Jadi aku mau menyiapkan hidangan kesukaannya. Aish, yang lain pada kemana sih? Jangan-jangan mereka lupa lagi!!! Author-nim, bisa tolong aku sebentar? (Dia menatapku penuh semangat)

Author >> Apa yang bisa aku bantu?

Kwang Soo >> Tolong jepitkan poniku, dari tadi menutupi penglihatanku. (Ujarnya dengan kedua tangannya yang sudah memakai sarung tangan plastik)

Author >> Baiklah. (Tapi tanganku hanya mencapai hidungnya saja meski aku sudah menjinjit) Turun sedikit. (Pintaku, dia lekas melebarkan kakinya hingga membentuk segitiga, barulah aku berhasil mencapai kepalanya)

Ji Soo dan Jun Yeol >> Wah.. Wah.. Wah.. Romantis syekalii.. (Suara mereka mendadak mengisi ruangan, cepat-cepat aku selesaikan tugasku dengan sedikit tepukan di kepalanya—karena jepitannya lumanyan keras untuk di tekukkan)

Kwang Soo >> Aww! Aish yak! Tidak bisa pelan-pelan?!! (Aku hanya memasang wajah tak bersalah)

Jong Suk >> Hyung, kau sedang apa? (Jong Suk menghampiri kami di dapur)

Kwang Soo >> Kalian dari mana saja! Bukannya pulang bantu-bantu! (Marahnya sudah seperti para ahjumma)

Jun Yeol >> Kami baru saja menjemputnya.. (Sambil menunjuk Ji Soo) Keundae, ada apa hyung? Kenapa banyak sekali bahan makanan disini.

Kwang Soo >> Huuuuh.. Majja. Kalian pasti benar-benar lupa.

Ji Soo >> Apa? (Ketiganya sama-sama menatap Kwang Soo menunggu jawaban)

Kwang Soo >> Hari ini Sehun ulang tahun!!!

Mereka bertiga >> Heeee???????????? (Saya hanya bisa menggeleng keheranan)

°

°

°

°

Continued..

°

°

°

°

Komentarnya jangan lupa.

avataravatar
Next chapter