3 chapter 3

Kini aku mematung terkejut memandang orang di depanku. Aku memang tidak tahu wajahnya seperti apa, tapi dari ciri-ciri yang aku baca di novel dia pasti Raja Aarav yang kutahu.

Tidak kusangka akan bertemu dengannya secepat ini, jadi apa yang harus kulakukan sekarang?

Dia menatapku datar tapi auranya membuatku merinding, dan juga.

"Dia Raja? buset ganteng banget, tipe sugar Daddy ku banget." gumamku.

Dan tiba-tiba dia bertanya padaku dengan suara yang cukup sexy bagiku, astaga diduniaku mana ada yang begini.

"Siapa kau?"

Kau bertanya padaku? padaku kan? lah aku saja tidak mengetahui namaku sendiri jadi bagaimana aku menjawabmu. Apa yang harus ku jawab, berpikirlah berpikir.

Aha! Dari pada basa-basi lagi, lebih baik aku beritahu langsung saja tujuanku. Selagi kesempatan ini datang padaku, jadi aku tidak boleh menyia-nyiakan ini.

aku langsung menunjuk ke arah Raja didepanku ini,"Hei, tolong adopsi aku dan biarkan aku menjadikanmu sugar Daddy ku!"

"Oke."

"Kalau kau tidak setuju, maka- Eh?"

Semudah ini? apa dia bercanda? apa dia tahu arti sugar Daddy? lalu mungkin saat mendengar kata adopsi dia pasti tahu apa maksudku. Aku tidak menyangka semudah ini, tapi. Aku melirik ke arah para pengikutnya dan juga semua orang yang ada disini, wajah mereka sangat terkejut terutama kesatria yang ada disampingnya, apa dia kesatria pribadinya?

"K-kau setuju?"

Dia mengangguk, masih dengan wajah datarnya."Ya, kau kira aku bercanda?"

TENTU SAJA! Aku bahkan tidak mengira akan semuda ini, aku senang sih tapi apa tidak masalah?

"Dan Kau tidak menjawab pertanyaan ku."

"a-apwa?"

"Siapa namamu?"

Aduh, aku lupa. ah aku jawab jujur sajalah. "A-aku tiyak punya nama." ucapku menunduk.

Aku harus bertindak semenyedihkan mungkin, mari kita lihat apakah dia akan membawaku dan memberiku nama seperti dia memberi nama kepada Clarissa.

Aku menunduk sembari menunggu balasannya, tapi dia tetap diam. Aduh, apa dia akan menarik ucapan nya tadi ? Jangan gitu dong, kau kan sudah setuju.

Lalu tiba-tiba saja aku melihat sepatu yang sangat besar berdiri didepanku. Mau apa dia? aku tidak bisa melihatnya.

Hm? kenapa kaki ku tidak menginjak sesautu? dan aku merasa melayang. Mencoba mengintip apa yang terjadi padaku, aku terkejut.

Raja ini menggendongku. Kau dengar, Menggendongku. Aku menatap Raja itu dengan wajah terkejut dan melongo.

"Kau ringan sekali, apa kau tidak makan? Dan juga tutup mulutmu itu, nanti serangga masuk ke sana." ucapnya sambil menyentuh wajahku.

A-apa dia sedang bercanda? Dia itu khawatir atau apa sih, tapi kenapa aku merasa aneh saat dia menggendongku. Seperti perasaanku merasa jauh lebih tenang dan aman.

"A-aku b-bwelum makan dari kemarin."

Setelah mengatakan itu, dia menatap wajahku intens. K-kenapa dia menatapku seperti, apa ada sesuatu di wajahku? dan, sampai kapan kau mau mengelus pipiku seperti itu. Ini geli.

"B-bwehenti, gweli." ucapku yang masih cadel. Ah aku maish belum terbiasa dnegan suara cadel ini.

Bukannya berhenti, dia malah terus mengelus seluruh wajahku bahkan rambutku. Yah walaupun dia melakukannya dengan lembut sih, jadi tidak apalah.

"R-rwaja, mau mengadopsi akwu kan?" tanyaku padanya dengan wajah seimut mungkin.

Dan tidak menyangka, dia langsung mengangguk.

"Hm." balsnya sambil mengelus rambutku.

Sampai kapan dia akan mengelus ku seperti ini?

Aku masih berada dalam gendongannya, karena aku takut jatuh aku mengalungkan tanganku ke lehernya. Bukannya aku ragu, hanya saja dia pasti belum pernah menggendong anak kecil sepertiku jadi bisa saja dia akan menjatuhkan ku nanti, jadi untuk berjaga-jaga saja.

Raja itu kembali menaiki kudanya, begitu pun para pengikutnya dan juga kesatria yang terus menatapku. Jujur saja aku risih dengan tatapan itu, apa dia tidak suka aku di adopsi Raja?

Aku menatap balik kesatria itu, dan reaksinya membuatku terkejut. Dia tersenyum padaku, bahkan senyumnya manis sekali menurutku. I-ini diluar dugaan ku, kukira dia bakalan menatap tajam padaku karena sudah berlaku kurang ajar pada Rajanya.

Karena tidak tahan melihat senyuman itu, aku kembali melihat ke depan dan menatap wajah yang akan menjadi ayahku ini.

Wuah, dilihat dari dekat dia ganteng banget. Buset, apa dia benar-benar akan menjadi sugar Daddy yang selalu aku inginkan?

Rambut putih nya, entah kenapa aku merasa sangat mirip denganku, padahal aku bukan anak kandungnya tapi rambut dan mata kami jga mirip, hanya saja mataku berwarna pink berlian sedangkan dia Ruby merah pekat seperti darah.

Aku ingin memegang rambutnya.

Aku dengan ragu-ragu memegang sedikit ujung rambutnya. W-wuah, ini halus banget. a-aku mau mengelusnya.

Disaat tanganku mulai mengelus rambutnya, Aarav sudah menatapku dengan wajah datarnya. Seketika tanganku terhenti sebelum mengelus rambutnya, dan langsung menarik kembali tanganku dan menyembunyikannya di balik badanku.

Aduh, dia melihatnya. Dan juga sejak kapan dia menatapku. Apa dia juga melihatku saat aku memegang rambutnya tadi? Aduh aku sudah lancang, gimana nih.

"M-maaf."

Dia tidak menjawabku dan masih menatapku. Dia marah, tidak salah lagi dia marah. Apa dia akan membunuhku karena memegang rambutnya tadi? mau bagaimanapun dia tetap Raja.

Mengira apa saja yang akan dia lakukan, aku terkejut saat merasakan tanganku sudah ada di atas kepala Aarav, sensasi yang aku rasakan pada tanganku halus banget.

Aku menatap wajah Aarav didepanku, dan dia tersenyum padaku. "Lakukanlah." katanya.

T-tunggu, d-dia tersenyum? A-aarav? A-aku tercengang, k-kita bahkan baru berkenalan beberapa menit yang lalu, aku tidak menyangka dia akan tersenyum seperti ini. Apa dia sudah luluh padaku? Tidak mungkin kan?

"B-boleh?" tanyaku memastikan.

Aarav kembali mengangguk.

B-baiklah, karena kau sudah mengijinkan nya. Aku tidak akan sungkan mengelusnya sesukaku. Aku mengelus dan memegang rambut putih yang mirip sepertiku dengan senang, i-ini sangat halus dan juga aroma ini.

Ini aroma musim semi, aroma kesukaanku.

"Aroma musim semi." gumamku.

"Hm? kau tahu?"

Aku kembali sadar, sial dia mendengar gumaman ku tadi. Tajam juga pendengaran nya.

"Iya~, aku suka aroma musim semi. Ini kesukaanku."

Tanpa aku sadar, aku menjawabnya dengan senyum yang lebar saking senangku. Aku akan seperti ini saat membahas hal-hal yang aku suka, terutama musim semi.

"Tidak kusangka, kau menyukai hal yang sama sepertiku."

Aku menatapnya bingung. "Hm?"

Dia lalu memegang rambut panjangku yang cukup kotor dan kasar karena belum keramas. Sial, dan entah kenapa aku malu.

Aku menarik tangannya dari rambutku. "J-jangan pwegan."

Dia menatapku. "Kenapa? kau tidak suka?"

Aku dengan cepat menggeleng. "B-bwukan, i-ini kotow A-aku bwelum kewamas."

Bukannya marah atau apa, dia malah kembali memegang rambutku. Dia ini, apa dia tidak dengar apa yang kukatakan?

"Warna rambutku seperti ku."

Aku mengangguk polos. Memang kenapa? kau tidak suka? Aku bahkan lebih terkejut mengetahui rambutku warna putih, mengira aku mengalami stress berlebihan hingga rambutku putih seperti ini tahu. Ternyata memang rambut asliku.

"Sama seperti mu." jawabku.

Dia tersenyum mendengar jawabanku dan kembali melihat ke depan. Hm? Apa kau senang? wajahmu menandakan senang tuh.

Apa dia juga seperti ini saat menemukan Clarissa? saat aku memikirkan ini, entah kenapa dadaku terasa sesak. Ada apa ini?

Saat mengingat Clasriisa, aku kembali mengingat novel yang aku baca. Apa suatu saat dia akan mengadopsi Clarissa juga? walaupun begitu ini tetap dunia novel, jadi pasti dia akan mengadopsi Clarissa juga.

Aku menatap Aarav sedih, aku bahkan belum di adopsi. Walaupun aku memang akan di adopsi, tapi kenapa aku sesedih ini mengingat cerita novel itu?

Aku mengeratkan pelukanku pada Aarav, dan tidak kusnagka dia menyadari kelakuanku.

"Ada apa?"

Aku menggeleng. "Tidak ada."

Aku merasa dia masih menatapku, ayolah aku tidak apa-apa. Jangan malah seperti ini, aku bahkan belum di adopsi. Di bawa ke istana dan dapat perhatian mu saja suda cukup.

"Kalau begitu, berbalik lah. kita sudah sampai."

Ha? Sampai? secepat ini. Aku membalikkan badanku untuk melihat tempat dimana dia akan membawaku. Saat melihat tempat ini, aku menatap Aarav bingung.

"Ini dwimana?"

"Gereja." ucapnya sambil turun dari kudanya.

"Buat apwa?"

"Mengadopsimu." jawabnya singkat.

Aarav langsung berjalan masuk ke dalam gereja sambil menggendong ku dengan erat. Dan aku masih belum sadar apa yang terjadi.

Bukannya kita akan ke Istana terlebih dahulu?, Kenapa dia langsung ke gereja dan mengadopsi ku, aku kira dia akan mengujiku atau membiarkanku menginap beberapa hari lalu memutuskan untuk mengadopsi ku.

Tapi, kenapa aku langsung dibawa kesini?, senang sih cuma ini terlalu cepat, cepat banget malah.

Apa yang dipikirkan Raja ini sih?

________________________________

TBC

Hei jangan lupa vote dan komentnya ya, jangan jadi Ghost reader ya.

Terima kasih, selamat membaca

avataravatar