1 1

Hye Su berdiri di depan gerbang universitas memandangi tulisan besar-besar SOCIAL M UNIVERSITY dengan mata berbinar-binar. Hampir saja orang mengiranya bakal menangis. Tak seperti biasanya, Hye Su lebih bersemangat hari ini. Rasanya, masa orientasi kampus memang selalu memberi banyak energi bagi mahasiswa baru. Hye Su memperhatikan orang-orang di sekitarnya yang mulai saling berkenalan dan mencari teman baru. Tidak ingin terbawa arus dengan euforia sekitarnya, dia pun mulai bergerak mencari teman akrab kecilnya yang juga diterima di universitas bergengsi ini. Mereka sebelumnya berjanji untuk bertemu di depan gerbang, namun Hye Su tak melihat tanda-tanda keberadaan temannya itu. Padahal Areum -nama temannya- sudah mengirim pesan bahwa dia sudah tiba duluan.

"HYE SU!!!" Tiba-tiba seorang gadis berlari menghampirinya. Hye Su kaget karena Areum berlari sangat kencang seperti dikejar sesuatu.

"Kenapa sih?" Hye Su kebingungan dan juga merasa lucu melihat ekspresi wajah Areum.

"Ya Tuhan. Aku pasti banyak melakukan kegiatan amal di kehidupan sebelumnya." Hye Su mengerutkan alis, tak mengerti apa yang Areum bicarakan. "Kamu tahu kan apa yang membuat orang-orang pengen banget masuk universitas ini?" Areum berbicara dengan nada tak sabar.

"Ya jelas tahu lah. Semua orang juga tahu kan universitas ini terbaik nomor satu." Hye Su menuntun Areum jalan ke meja registrasi.

"Maksudku bukan itu. Kalau itu sih jangan ditanya lagi. Maksudnya tuh sampe universitas ini terkenal banget. Padahal kan memang dari dulu bagus. Tapi beberapa tahun ini jadi populer banget. Tahu nggak kenapa?" Areum tidak menunggu jawaban Hye Su. "Karena disini tuh ada grup anak-anak orang kaya yang ganteng-ganteng gitu. Kamu tahu EXO kan?" Hye Su mengerutkan alisnya lagi sambil mengambil nametag yang diberikan kakak tingkat di meja registrasi. "Aduh Hye Su. Masa nggak tahu sih. Itu loh grup yang isinya anak-anak pemilik perusahaan terkenal. Mereka sering main bareng gitu makanya bikin kaya genk gitu. Nah karena wajahnya yang super duper ganteng, makanya mereka terkenal banget. Banyak juga fansite mereka di sosmed. Aduh Hye Su mereka tuh aduhai banget loh, masa kamu tak tahu sih? Kamu tuh gaul sedikit kenapa." Areum kesal karena Hye Su tidak menanggapinya dengan antusias.

"Hhhhh.." Hye Su menghela nafas sambil membetulkan letak nametag Areum yang sedikit miring. "Areum sayang. Apa kalau aku gaul sepertimu aku akan mendapat banyak uang? Aku tidak butuh pengetahuan tentang grup atau genk yang kau sebut itu. Tidak menghasilkan uang untukku. Tidak akan membantuku membiayai tagihan rumah sakit ayahku kan?"

"Hye Su saayaaang.." Areum mulai menggelendoti lengan Hye Su "....setidaknya kau bisa terhibur dengan ketampanan mereka. Dan lagi OMG oh my god, dua anggota termuda mereka satu tingkat dengan kita. Dan salah satunya itu satu jurusan denganmu tahu nggak? Bukankah itu mengagumkan? Aku benar-benar iri denganmu" Areum mengerucutnya bibirnya. Hye Su menggelengkan kepalanya.

"Lalu apa yang membuatmu berlari kencang sampai hampir jatuh? Apa hanya untuk memberitahuku pengetahuanmu tentang hal ini? Apa hubungannya dengan kata kamu yang banyak melakukan kegiatan amal?" Hye Su melihat sekeliling saat memasuki gedung eksibisi tempat para mahasiswa baru dikumpulkan sesuai jurusan. Dia mulai mencari-cari papan bertuliskan nama jurusannya.

"Kamu nggak akan percaya! Tadi aku menunggumu di depan gerbang. Tapi aku benar-benar kebelet. Kamu tahu kan aku kalau kebelet gimana? Akhirnya aku ke toilet dulu. Pas keluar dari toilet kamu tahu apa? Aduuuh... aku hampir aja mau pipis lagi saat itu. Ada Chanyeol Oppa dong lewat depan aku coba. Bayangan deh gimana jantungku saat itu. Rasanya mau copot banget Su."

"Dan siapa sih Chanyeol Oppa itu?" Hye Su masih mencari papan jurusannya. Dia menemukan papan jurusan Areum terlebih dahulu.

"Dia salah satu anggota EXO Hye Suu. Ah, kita benar-benar tak sefrekuensi." Areum menggeleng-geleng kecewa. Namun sedetik kemudian dia kembali ceria. "Ya ampun Hye Suu... aku ketemu dia sedeket itu coba. Bayangin deh." Hye Su tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf Areum aku nggak bisa bayangin. Aku aja nggak tahu siapa dan gimana Chanyeol Oppa itu. Tuh jurusan kamu disana." Hye Su menunjuk salah satu papan jurusan. "Kita ketemu lagi pas makan siang, oke?" Hye Su meninggalkan Areum yang kecewa dengannya karena tidak antusias terhadap EXO.

Hye Su berjalan ke salah satu kursi kosong di baris yang masih sepi. Dia memang selalu menghindari kumpulan orang-orang. Agar tidak menarik perhatian orang lain, dia pun pura-pura serius membaca buku panduan universitas yang sebenarnya telah ia baca berulang kali. Hye Su tidak begini saat kecil sampi SMP. Dia senang sekali bergaul dengan teman-teman seusianya. Namun semenjak ayahnya sakit, ia mulai menjaga jarak dengan orang lain.

Beberapa menit kemudian barisan kursi tempat duduknya hampir penuh. Hanya ada satu kursi kosong di sebelah kanannya. Dia berkenalan sebentar dengan teman jurusan di sebelah kirinya. Namun Hye Su hanya merespons pertanyaan-pertanyaan dengan singkat sehingga temannya itu tidak memperpanjang percakapan. Dia terus berlama-lama membaca halaman demi halaman buku panduan untuk menghindari orang-orang di sampingnya. Saat dia meregangkan kepalanya yang pegal karena terus menunduk, dia bertatap mata dengan seorang lelaki yang sedang mencari tempat duduk. Hye Su melirik ke kursi kosong di sebelahnya. Entah mengapa ia melakukan hal tersebut. Padahal ia tidak bermaksud menyuruh lelaki itu untuk duduk di sampainya. Dia kembali membaca buku panduan. Lelaki yang bertatapan dengan Hye Su mengerutkan alisnya sebentar lalu menghampiri kursi kosong yang dilirik Hye Su.

"Sehun." Lelaki itu mengulurkan tangannya di depan mata Hye Su. Membuat Hye Su teralih dari buku panduan yang sedang dibacanya. Hye Su agak kaget dibuatnya. Dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan lelaki yang bernama Sehun itu.

"Hye Su."

"Aku tahu." Gumam lelaki tersebut.

"Ya?" Hye Su bingung dan menatap mata Sehun. Sehun hanya tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya ke podium. Hye Su kembali melihat buku panduannya dengan bingung. 'Ya Tuhan. Syukurlah aku masih wanita normal. Jantungku masih bereaksi melihat lelaki yang tampannya luar biasa ini.' Pikir Hye Su. Dia tidak bisa konsentrasi membaca isi buku panduannya lagi. Pikirannya teralihkan ke lelaki tampan di sebelahnya. 'Masa iya ada laki laki setampan ini. Maksudnya bagaimana mungkin seorang lelaki memiliki kesempurnaan wajah seperti ini. Tidak ada yang bisa dikritik dari proporsi wajahnya. Aku suka matanya. Dan lagi postur tubuhnya begitu sempurna. Tinggi, bahu bidang. Apa-apaan masa lelaki sesempurna seperti ini beneran ada.'

"Lagi baca buku panduan?" Sehun memecahkan pikiran Hye Su.

"Iya." Jawabnya canggung.

"Membosankan." Hye Su mengerjap-ngerjapkan matanya sambil melihat Sehun yang masih menatap podium depan.

"Buku ini membantu kita loh." Hanya itu jawaban yang terpikir oleh Hye Su. Sehun menatap mata Hye Su lekat-lekat. "Wow. Matamu bagus." Hye Su merasa canggung setelah mengucapkan kata itu. Ia juga bingung kenapa bibirnya seenaknya mengucapkan kata-kata bodoh seperti itu. Dia merasa benar-benar tersihir. Sehun menyunggingkan senyumnya melihat Hye Su yang memerah. "Aku nggak ada maksud apa pun loh. Maksudku.."Hye Su terdiam malu tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi. Sehun tertawa melihatnya.

"Apa kau tidak ingat aku?" Hye Su terlihat terkejut. Mencari memorinya tentang apakah ia pernah bertemu dengan Sehun. Tapi ia tidak menemukan apa-apa.

"Apa kita pernah bertemu?" Sehun tampak kesal dengan pertanyaan Hye Su. Namun percakapan mereka terpotong dengan adanya ketua penyelenggara orientasi yang menaiki podium untuk mebuka acara orientasi.

Mata Hye Su memang terfokus kepada kakak tingkat yang sedang berbicara di podium. Namun pikirannya sama sekali tidak dapat terfokus pada kakak tingkat tersebut. Dia masih mencari memori tentang Sehun. Dia melirik Sehun yang duduk sambil melipat tangan dan meluruskan kaki dari sudut matanya. Sehun terlihat seperti lukisan yang memancing orang-orang di samping kanan kiri, depan belakangan untuk melihat ke arahnya.

Hye Su dan Sehun tidak berkomunikasi lagi sampai akhirnya tiba saat istirahat. Hye Su sama sekali tidak berpaling ke arah Sehun saat pergi bergegas ke kantin. Rasanya dia entah mengapa ingin berlari seperti Areum. Mungkin karena dia sadar bahwa ternyata Sehun mengikutinya dari belakang.

"Apa kamu bisa lambat sedikit? Atau memang kamu sudah sangat lapar?" Sehun hanya perlu beberapa langkah dengan kakinya yang panjang untuk menyusul Hye Su.

"Oh. Aku akan bertemu dengan temanku. Aku takut dia menunggu lama."

"Kau punya pacar?" Hye Su kaget mendengar pertanyaan Sehun yang blak-blakan apalagi diucapkan dengan nada yang sedikit mengancam.

"Tidak. Bukan." Hye Su menggeleng canggung. Rasanya tidak ada perasaan selain rasa canggung bila dia berada dekat Sehun. Hye Su agak bingung menjawab pertanyaan blak-blakan Sehun. 'Apa cuma perasaanku saja. Kenapa semua orang menatap ke arah kami? Ah ya, bagaimana tidak. Pasti mereka melihat Sehun. Aku tidak bisa dekat-dekat dengannya bila tidak ingin jadi pusat perhatian.'

Hye Su melihat sekeliling mencari Areum saat tiba di kantin. dan Sehun masih mengikutinya bahkan ikut mencari walau dia tidak tahu bagaimana rupa Areum.

"Sehun-aaa." Seorang lelaki berkulit agak gelap merangkul bahu Sehun. Saat itu juga Areum melihat Hye Su dan menghampirinya. Saat berada di dekat Hye Su, Areum tiba-tiba mematung.

"Aku akan makan bersama temanku. Dah." Hye Su merangkul tangan Areum dan cepat-cepat meninggalkan Sehun. Areum masih mematung sehingga Hye Su harus menyeretnya pergi. "Mau makan apa kita?" Hye Su menyadari sikap diamnya Areum yang aneh. "Areum kamu kenapa? Kamu sakit? Mau ke ruang medis?" Areum menoleh kepada Hye Su dengan pelan Seakan lehernya akan patah.

"H..Hye..Ss..Su.." Areum tergagap. "Tt..tadi itu?"

"Oh aku mengerti. Lelaki tampan di sampingku tadi kan maksudnya? Ya ampun kamu ini selalu deh kaya patung kalau ngelihat yang tampan-tampan. Itu Sehun teman jurusanku.  Aneh kan dia ngajak aku kenalan. Kayaknya dia salah orang deh. Masa dia bilang aku ingat dia apa nggak? Padahal aku yakin banget nggak pernah ketemu dia" Areum semakin memucat. Dia menelan ludahnya dan mencoba mendapat kekuatan lagi untuk berbicara kepada Hye Su.

"Hye Su." Katanya tegas. "Aku yakin kau pasti pahlawan negara di kehidupan sebelumnya."

"Kamu kenapa sih Reum? Habis baca buku reinkarnasi ya? Dikit-dikit ngomong..."

"KAMU TUH BERUNTUNG BANGET HYE SUUUU."Areum setengah berteriak memotong pembicaraan Hye Su. Membuat orang di sekitar mereka menoleh. Hye Su menutup mulut Areum dan mengajaknya menjauh. "Hye Su kamu tahu nggak laki-laki itu siapa. Itu Oh Sehun." Areum megguncangkan tangan Hye Su.

"Iya aku tahu. Tadi udah kenalan. Tapi kok kamu tahu dia juga?" Areum menggelengkan kepalanya geram dan tidak sabar.

"Hye Su, Hye Su, oh Hye Su. Peri air ku yang malang." Areum menatap Hye Su dengan sedih "Dia itu anggota EXO, E-X-O, EXO. Anggota termuda mereka. Oh Tuhan nggak sia-sia aku belajar pagi siang sore malam demi masuk universitas ini. Ya Tuhan terima kasih telah mempertemankan aku dengan Hye Su." Areum memicingkan matanya kepada Hye Su. "Pastikan kau berteman dekat dengannya ya!" Areum mengerjap-ngerjapkan matanya memohon. Hye Su berpaling sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berjalan ke sebuah stan makanan. "Hye Su jawab duluuu."

"Areum.. aku baru saja berpikir untuk menjauhi dia. Aku nggak mau berhubungan dengan popularitas dia."

"Aduh Hye Su. Kamu tuh. Nggak tahu lagi deh. Semua orang justru mau deketin dia. Kamu udah kenalan sama dia. Udah ngobrol sm dia. Gila! ini gila banget. Kalau kamu temenan sm dia. Aduh aku nggak bisa bayangin lagi. Mau pingsan rasanya." Hye Su menggelengkan kepalanya lagi melihat tingkah Areum. Dia memberikan Areum sebuah roti isi dan pergi mencari meja kosong.

***

Di sisi lain Sehun dan temannya, Kai, pergi menuju Cafe kampus yang lebih sepi dari pada kantin. Mereka bertemu anggota EXO lainnya yang merupakan kakak tingkat mereka.

"Gimana?" Suho, nama panggilan leader mereka, menepuk bahu Kai dan Sehun.

"Aku bertemu dengannya." Sehun memotong Kai yang sudah membuka mulut ingin bicara.

"Siapa?" Chanyeol bertanya. Suho mengernyitkan dahinya bertanya-tanya. Dia sangat dekat dengan Sehun namun sama sekali tidak dapat menebak dia yang dimaksud Sehun. Sehun tidak menjawab. Dia hanya menyeruput minuman milik Kyungso dan memakan mi goreng milik Xiumin.

"Maksudmu perempuan tadi?" Kai menimpali sambil mencicipi mi goreng xiumin juga.

"Dia tidak akan menjawab pertanyaan kalian. Sia-sia saja. Dia senang membuat orang penasaran." Kyungso akhirnya mengucapkan sesuatu. Sehun mengambil minuman yang baru saja dibawa Chen dan menyeruputnya juga.

"Aku bertemu dengan kakakmu tadi. Sepertinya dia masih marah padaku ya." Suho mengalihkan pembicaraan dan bertanya serius kepada Sehun. Sehun hanya mengangkat bahunya tidak tahu. Suho menghela nafas sedih dan letih.

"Tanyakan saja langsung padanya. Sudah biasa kan dia begitu." Kata Sehun yang tidak dapat menghibur hyung-nya itu karena dia juga sedang kesal.

Mereka membicarakan berbagai hal sampai datang Baekhyun yang membawa banyak makanan manis untuk Sehun. Dia menyemangati Sehun yang terlihat sedikit kecewa dan kesal, walau dia tidak tahu apa yang membuat Sehun kecewa. Sehun banyak diam sambil memakan makanan manisnya.

***

Setelah selesai makan siang, Hye Su dan Areum kembali ke gedung eksibisi untuk melanjutkan acara. Hye Su kali ini memilih kursi di barisan yang telah hampir penuh. Tidak ada kursi kosong lagi di sebelahnya. Dia bersyukur tidak melihat Sehun lagi sampai acara selesai. Sepertinya Sehun tidak mengikuti sisa acara hari itu.

Areum dan Hye Su kembali bertemu di gerbang saat acara sudah selesai. Banyak yang berkerumun sehingga mereka agak sulit menemukan satu sama lain.

"Ibuku sudah pulang katanya. Dia meninggalkan makanan matang di kulkas dan sudah menghangatkan makanan untuk malam ini. Asyik kan." Hye Su dan Areum sedang menunggu bus. Mulai hari ini mereka sudah tinggal di tempat kos mereka. Pagi tadi ibu Areum pergi ke tempat kos mereka untuk merapikan dan menyimpan stok makanan.

"Ibumu banyak sekali membantu." Hye Su berkata dengan nada menyesal karena orang tuanya tidak bisa membantu banyak untuk mereka. Ibunya sangat sibuk mengurus ayahnya yang sedang sakit.

"Heiii.. jangan gitu dong. Ibumu semalam menitipkan makanan ke ibuku. Mana mungkin ibuku bisa menyiapkan makanan yang banyak tanpa bantuan ibumu." Areum menyemangati Hye Su dengan senyum lebarnya. Hye Su tersenyum lega.

Tiiin..tiiiin..

Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan mereka. Saat jendela terbuka, Hye Su melihat lelaki yang tidak dikenalnya. Dia melihat Areum yang sudah mematung lagi seperti saat bertemu Sehun tadi.

"Hai. Mau ke asrama?" Hye Su diam karena bingung tidak kenal dengan pengemudi mobil mewah tersebut. "Sepertinya dia bingung." Lelaki tersebut berkata pada orang di kursi penumpang sampingnya. Orang di kursi penumpang tersebut menjulurkan kepalanya ke jendela yang terbuka.

"Ini aku." Sehun melihat Hye Su yang masih tercengang.

"Oh kamu. Kami tidak tinggal di asrama. Kami kos di dekat sini."

"Naiklah." Sehun membuka kunci pintu dan menyuruh Hye Su naik. Areum masih membatu. Tangannya yang merangkul lengan Hye Su terasa dingin.

"Tidak perlu. Tempat kos kami dekat."

"Karena dekat makanya aku mau nganterin." Kata Suho dengan senyum jahilnya. "Tenang saja. Kami tidak akan membawa kalian ke tempat aneh-aneh. Naiklah." Orang-orang lain di halte bus memandang ke arah mereka. Ada mahasiswa yang berbisik-bisik satu sama lain.

'Apa ini akan seperti drama Korea BBF? Atau The heirs?' Pikir Hye Su. Areum masih mematung. Di kejauhan sudah terlihat ada bus yang mendekat. Bus tersebut menyalakan klaksonnya agar mobil mewah yang berhenti tepat di depan halte menyingkir.

"Cepatlah naik." Desak Sehun.

"Naiklah." Ulang Suho. Entah nada memohon Suho atau nada perintah Sehun yang menggerakkannya, akhirnya Hye Su menarik tangan Areum dan masuk ke dalam mobil.

"Bukankah aneh kalian mau mengantar kami yang tidak kalian kenal?" Hye Su memecahkan keheningan.

"Sehun bilang dia mengenalmu. Aku teman dekat Sehun. Namaku Junmyeon. Teman-temanku Memanggilku Suho." Suho mengendarai mobil mengikuti arah GPS yang diberikan Hye Su. Sehun sesekali melirik Hye Su dari kaca spion depan. Hye Su sadar akan hal itu karena dia juga melakukannya. Dia mencoba mengingat-ingat apa benar dia pernah bertemu dengan Sehun. Sehun terlihat sedikit kesal. "Siapa nama temanmu?" Suho bertanya. Hye Su melirik ke arah Areum yang sedari tadi menahan tangis bahagianya.

"Areum namanya. Dia agak pemalu jadi tidak banyak bicara."

Tidak lama kemudian mereka sampai di depan tempat kos Hye Su. Hye Su menyuruh Areum untuk masuk terlebih dahulu dan Areum meresponnya dengan cepat-cepat berlari masuk sambil menahan kebahagiaannya. Sehun turun dari mobil dan Suho pergi memutar mobilnya. Karena gang rumah mereka agak sempit, jadi Suho mencari tanah lapang untuk memutar mobilnya.

"Terima kasih." Ucap Hye Su kepada Sehun.

"Apa kamu benar-benar tidak mengingatku?" Kata Sehun sedikit dengan nada kesal.

"Aku minta maaf. Tapi mungkinkah kamu salah orang? Karena aku benar benar tidak ingat pernah bertemu denganmu. Mukaku memang pasaran sepertinya. Sampai-sampai kamu salah mengenali orang."

"Memangnya ada berapa Hye Su yang pernah kutemui?" Gumam Sehun lebih kepada dirinya sendiri. "Masuklah. Istirahat." Kata Sehun. Hye Su agak bimbang. "Sudahlah basuh kepalamu sana biar bisa ingat dengan baik siapa aku. Kalau memang kamu tidak ingat, berarti sungguh buruk ingatanmu." Suho sudah tiba lagi di depan kos Hye Su. Sehun kembali masuk mobil. Setelah Hye Su mengucapkan terima kasih kepada Suho, mereka akhirnya berpisah.

"HYESU KAU BENAR BENAR DEWI." Areum berteriak begitu Hye Su masuk ke kamar kos nya.

"Areum. Apa kau pernah bertemu Sehun sebelumnya?"

"Tentu."

"Hah? Kapan itu?"

"Aku sering bertemu dengannya di internet. Hehe." Hye Su mencubit lengan Areum dengan gemas.

"Aku serius. Apa kita pernah melihat dia di jalan atau dimana gitu? Atau jangan-jangan dia teman SD kita? Atau teman TK?"

"Wah kalau iya begitu pasti aku akan mengingatnya sepanjang hidupku. Tidak. Kita nggak pernah ketemu sama mereka secara langsung dan nggak mungkin juga satu sekolah sama mereka. Kenapa sih?"

"Sehun bilang apa aku ingat dia. Tapi aku nggak bisa mengingat kalau kita pernah ketemu." Areum tersenyum bahagia dan nakal.

"Itu modus dia aja kali biar bisa kenal kamu. Hye Su jujur ya. Kamu tuh cantik. Bagi perempuan aja kamu cantik banget. Seenggaknya kamu punya kualifikasi untuk bisa dideketin Sehun."

"Kayanya dia bukan tipe orang kaya gitu deh." Hye Su masih mencoba mengingat ingat. Tapi dia tidak pernah ingat pernah bertemu Sehun. "Apa dia operasi plastik ya sampe aku nggak ingat dia?"

"Ngaco kamu. Kamu bisa diserang fans mereka loh kalo ngomong asal kaya gitu. Catat ya kata-kataku! Mereka tuh wajahnya memang asli tampan kaya gitu. Foto mereka dari kecil udah banyak di internet. Nggak mungkin mereka operasi. Pasti bakalan kelihatan banget. Pokoknya kamu bisa percaya 100 persen wajah mereka asli." Mata Areum seperti menyala-nyala. "Apa mungkin kamu ketemu waktu magang jadi model foto? Sehun soalnya sering juga ada di majalah."

"Aku nggak pernah magang di majalah terkenal. Palingan toko pakaian kecil doang. Mana mungkin ketemu di situ." Hyesu menghentikan pembicaraan mereka saat masuk ke kamar mandi.

Malam harinya sebelum tidur, Hye Su masih terus mengingat-ingat apakah benar dia pernah bertemu Sehun di suatu tempat. Dia memutar memorinya dengan keras sampai-sampai Sehun terbawa ke dalam mimpi indahnya

***

avataravatar