1 Bab 1. Morning

Rumah Keluarga Asmasubagja

Laura menuruni tangga rumahnya dengan perlahan. Sesampainya pada undakan terakhir, ia pun menolehkan kepalanya kearah meja makan.

Dari kejauhan, sudah terlihat semua anggota keluarganya berkumpul di meja makan.

Menghela nafas berat, Laura berjalan mendekati mereka.

"Selamat pagi semua..." Dengan tersenyum cantik Laura memberi salam dan menarik kursi meja makan disebelah Ayahnya.

Semua saling melempar tatapan mencemooh yang coba di sembunyikan seolah dia adalah pengganggu kecil dimeja makan. kecuali sang Ayah tentunya, Alex Asmasubagja.

"Selamat pagi sayang, bagaimana kuliahmu? Apa ada masalah?" Alex bertanya dengan lembut dan penuh sayang sambil menggenggam jemarinya diatas meja.

"Tidak ada, semua lancar." Ucap Laura kembali tersenyum dengan tatapan lembut melihat Ayahnya yang mengkuatirkannya.

"Laura," sekarang ibunya memanggil.

Pandangan Laura beralih dari piring sarapan ke wanita yang duduk di kursi tepat di sebranganya.

"Untuk rencana liburan kita ke Maldives, Ibu sudah membatalkan tiket pesawatmu seperti yang kau minta. Kamu bilang kuliahmu sedang padat jadi tidak bisa ikut kami, ya kan?" ucap Fiona dengan tersenyum yang dibuat ramah.

"A__ Apa?!" Laura membolakan matanya dan mulutnya sedikit terbuka karena kaget dengan berita dari Fiona

Ibu tirinya, Fiona yang menikah dengan Ayahnya dua tahun lalu selalu berbuat seenaknya dan melakukan berbagai cara untuk membuatnya menderita.

Ibu Tiri Sialan!

"Apa benar itu Laura?" Sekarang Ayahnya yang balik bertanya

Laura melihat jelas wajah Fiona yang menajam. Mengintimidasi untuk mengiyakan segala ucapannya.

Lily saudara tirinya juga yang duduk tepat disebelahnya menginjak kaki Laura sangat keras sebagai tanda.

Laura hanya bisa meringis pelan karena kakinya diinjak, dan setelahnya menaikan pandangan mata terhadap Fiona dan kedua saudara tirinya Lily dan Rosa bergantian. Seakan mereka akan memakannya hidup-hidup.

"Iyah Ayah, aku tidak ikut." Dengan mendesah pelan penuh kekecewaan ia mengikuti lagi skenario Ibu tirinya itu.

***

Rumah Keluarga Annasya Wang

"Hei, kau melamun lagi?" Anna menepuk pundak Laura dan duduk disebelahnya. Mengambil romote tv dan memindahkan channelnya.

"Aku bosan dirumah pada hari seperti ini. Kau tahu sendiri, dirumahku, mereka semua akan ada dirumah pada hari libur seperti ini. Menghabiskan waktu bersama, bercengkrama seperti keluarga bahagia tapi tidak ada aku didalamnya." ucap Laura dengan datar dan sakit hati.

Anna tahu maksud Laura. Dan dia mencoba menghibur teman baiknya itu

"Jadi apa alasanmu hari ini tidak berada dirumah? Dengan menggunakan namaku lagi?" Anna menebak dengan benar tujuan Laura. Terlihat dari wajahnya yang sedikit tegang. Tapi tidak lama kembali seperti biasa.

Laura tidak menjawab. Dia hanya menganggukan kepalanya dengan mata masih tertuju pada Tv yang menampilkan Video Klip Girlband Korea.

"Sepertinya aku harus minta bayaran setiap kali kau menggunakan namaku." Anna Mengerlingkan sebelah matanya dengan tersenyum licik. Wajah cantik orientalnya sangat manis dimata Laura

"Hey kau, selain putri dari Robert Wang Pemilik dua station televisi di Indonesia kamu merangkap preman juga yah?" Laura berdecak sebal, alisnya terangkat keatas, bisa-bisanya teman kaya rayanya ini memalak dirinya yang tidak punya apa-apa.

"Tapi kamu tidak bisa menghindari mereka selamanya bukan? Terutama Ayahmu, dia butuh kau Laura." Ucap Anna sambil mengelus pundaknya naik turun.

Laura menghela nafas berat, "Aku tahu, sudah ku coba memberitahukan Ayah kalau Fiona tidak menyukai ku. Dia hanya menginginkan Ayah. Tapi ayah menganggap aku belum terbiasa dengan kehadiran Fiona dan kedua anaknya."

"Sampai dimana Ayah sangat mempercayai ucapan Fiona daripada aku, putrinya sendiri. Dan itu membuatku sangat sebal setengah mati." Lanjut Laura dengan menggebu-gebu. Dimatanya terlihat kemarahan dan kekecewaan.

"Tapi dia Ayahmu! harusnya dia lebih mempercayaimu daripada wanita yang baru dikenalnya dua tahun lalu." Anna mulai terpancing. Emosi Laura menular padanya.

Laura hanya bisa diam. Memang benar apa yang dikatakan Anna. Harusnya sebagai Ayah kandung Laura, Alex harus lebih mempercayainya daripada Wanita yang dikenalnya baru-baru ini.

Tapi entah bagaimana, wanita ular itu bisa sangat manis didepan ayahnya. Perannya sebagai ibu tiri baik dan perhatian tanpa celah diperlihatkan dengan sangat apik. Padahal hatinya sangat licik.

Wanita itu bisa mengendalikan Ayahnya dan berbalik melawannya.

avataravatar