2 ch-el02_Perjalanan

5 hari berlalu, sejak Wei yu membawa pergi tuan mudanya meninggalkan kota laozu perjalanan mereka cukup panjang.

"Dunia cultivator adalah dunia yang kejam, di mana yang lemah akan di tindas oleh yang kuat, tetapi selama kau berlatih dengan giat maka setidaknya kau akan bisa bertahan hidup dengan baik dan melawan mereka yang ingin menyakitimu."

Dalam perjalanan Wei yu memberikan gambaran suasana dunia cultivator pada Wei lu.

"Hari sudah mulai malam, tuan muda sebaiknya kita beristirahat di tempat itu..." Wei yu menunjuk sebuah gubuk peristirahatan sederhana.

Memang jalur yang di tempuh Wei yu dan Wei lu merupakan jalur untuk warga desa sehingga tidak jarang ada sebuah gubuk peristirahatan. Beberapa malam terakhir keduanya sudah menginap di alam terbuka, Wei yu merasa tidak ada salah nya kali ini mereka beristirahat di tempat ini.

Malam tiba, Wei yu merasakan sakit di dadanya. Wei yu duduk bersila untuk melakukan perlatihan pernafasan, Wei yu sadar kondisinya begitu serius. Akibat luka dalam yang di dapat nya saat latih tanding antar klan pada masa mudanya.

"Bibi yu, kenapa?" tanya Wei lu

"Eh, tuan muda maaf membuatmu terbangun bibi tidak apa-apa hanya sedikit kecapean ..." Wei yu tersenyum lembut sambil mengelus kepala Wei lu.

Wei lu merasa bibi seperguruan nya ini berbohong, tetapi Wei lu tidak ingin memaksa bibi seperguruan nya untuk bercerita lebih jauh.

Tanpa mereka sadari hari sudah mulai pagi, Wei yu dan Wei lu melanjutkan perjalanan mereka.

"Lu'er, lihat di sana ada sungai." Tunjuk Wei yu ke arah sungai yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

Memang Wei yu tidak memanggil Wei lu dengan sebutan tuan muda lagi, karena Wei lu sendiri yang memintanya. Wei lu merasa sudah tidak pantas lagi di panggil tuan muda, Wei yu ingin membantah tapi dia merasa itu percuma. Hasilnya Wei yu hanya pasrah mengikuti keinginan Wei lu.

Setelah sampai di sungai, Wei yu dan Wei lu membersihkan wajah dan badan mereka. Hanya saja selepas membersihkan diri, perasaan Wei lu menjadi tidak nyaman. Meskipun hari sudah pagi tetapi bisa di katakan kemungkinan untuk terjadi sesuatu masih besar.

"Mungkin hanya perasaanku saja..." Batin Wei lu dengan mata yang tertutup menikmati udara sejuk pagi hari.

Tanpa wei lu sadari dia di kepung makhluk gaib tingkat sedang, segerombolan serigala berbulu emas.

Beberapa waktu yang lalu Wei yu meninggalkan Wei lu sendiri untuk mengambil perbekalan mereka yang tertinggal di gubuk peristirahatan.

Setelah mendapatkan tas perbekalannya masih ada, Wei yu bergegas kembali dia tidak ingin meninggalkan Wei lu terlalu lama.

Saat dia sudah hampir sampai, Wei yu mendengar banyak suara lolongan serigala, menggunakan teknik meringankan tubuhnya dengan kecepatan tinggi dia mencari sumber suara itu. Dia melihat dengan jelas segerombolan serigala itu menuju tempat Wei lu berada.

"Lu'er, awas!" teriak Wei yu.

Wei lu yang di kagetkan dengan teriakan Wei yu belum sempat bereaksi, Wei lu terlempar jauh sampai tubuhnya menabrak pohon.

Wei lu yang terbaring di tanah berusaha mengubah posisinya menjadi duduk, badannya terasa sakit. Wei lu mengamati sekitarnya dia melihat dengan jelas bibi seperguruannya melawan segerombolan serigala seorang diri.

"Auuuuuuuu..."

"Ggrrrrr..."

Para serigala merasa senang mereka berfikir akan makan daging enak hari ini.

Wei yu menyambut serangan makhluk gaib itu tanpa rasa takut, yang ada di fikiran Wei yu hanyalah memastikan keselamatan Wei lu.

Wei yu memainkan pedangnya yang sudah di aliri qi, untuk menepis semua serangan sekaligus menggunakan teknik langkah kaki yang lincah. Pertarungan bisa di katakan lebih unggul Wei yu tetapi karena serigala menyerangnya bersamaan. Cukup membuatnya kewalahan.

Tatapan Wei lu menjadi sedih, permainan pedang Wei yu. Teknik pedang yang sering di gunakan ibunya, Wei xin. Teknik ini di namakan ilmu pedang musim semi.

Teknik pedang ini mengutamakan kelincahan, dan memiliki banyak bentuk untuk pertahanan dan menyerang.

Sekali lagi Wei lu bersumpah dalam hatinya untuk membalaskan kematian orang-orang yang sangat di sayangi nya.

"Ggrrrrr..."

Tanpa wei lu sadari salah satu serigala sudah berada di hadapannya, memandang Wei lu dengan tatapan lapar.

"Apakah hanya sampai di sini hidupku? Aku baru saja mengucapkan sumpahku yang kesekian kalinya, aku bahkan belum membalaskan dendam klanku. Takdir hidup ini benar-benar konyol."

Wei lu rasanya ingin tertawa, karena merasa bodoh. Wei lu memejamkan matanya sudah pasrah dengan pencabut nyawa yang berada di hadapannya.

Di tempat lain, seorang pria dewasa bersama anak laki-laki terbang menggunakan pedangnya. Mereka menempuh perjalanan berniat kembali ke sekte mereka.

"Paman! Lihat di sana." Tunjuk anak laki-laki itu ke bawah.

"Serigala berbulu emas!"

"Shi'er, tunggu di sini sebentar paman ingin membantu wanita yang ada di bawah sana."

Pria dewasa itu terbang turun ke bawah dengan kecepatan tinggi, dengan qi yang di alirkan di tangannya. Dia mengepalkan tangannya, setelah sampai. Dia menghantam kan tangannya ke tanah membuat gelombang kejut yang dahsyat! Semua serigala tewas dalam sekejap mata.

Tubuh Wei yu bergetar melihat kekuatan yang begitu besar. Dia menghampiri pria itu dengan perasaan takut walaupun begitu dia tetap memberanikan dirinya.

"Senior, terimakasih sudah membantu." Wei yu menundukkan kepalanya untuk memberi penghormatan.

"Apakah aku sudah tiada? Tapi kenapa badanku tidak merasakan sakit? Atau mungkin sekarang aku sudah menjadi roh?" Wei lu berbisik pelan, dengan mata yang masih tertutup.

"Aiyo, kawan kenapa kau masih menutup matamu?"

Wei lu yang merasa aneh membuka matanya perlahan, Wei lu terkejut matanya menjadi sebesar telur ayam. pertama kali membuka mata tepat di depan wajahnya terdapat seorang anak laki-laki seusianya tersenyum lebar.

"Hmph, ahahahahaha paman! lihat wajahnya lucu sekali." Teriak anak itu sambil menunjuk kedepan wajah Wei lu.

Sambil memegang perutnya anak laki-laki itu tertawa terpingkal-pingkal sampai berguling-guling di tanah.

Wei yu dan pria dewasa itu menghentikan pembicaraan mereka dan sama-sama menoleh mencari sumber suara. Wei yu terbelalak melihat anak laki-laki berguling-guling di tanah.

Seakan sadar dengan keberadaan Wei lu di sana, Wei yu berlari menghampirinya.

"Lu'er, apakah ada yang sakit?" tanya Wei yu lirih.

"Bibi yu, jangan khawatir, aku tidak apa-apa." Jawab Wei lu sambil menatap wajah bibi yu.

"Ying kongshi! Berhenti tertawa atau mau paman jewer telingamu"

Dengan seringaiannya dia berjalan menghampiri keponakannya itu.

Ying kongshi yang merasa dalam bahaya, langsung terdiam. Cepat-cepat berdiri dia berlari ke belakang Wei lu.

"Bwleeeee." Ying kongshi menjulurkan lidahnya ke arah pamannya.

Pria dewasa itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah nakal keponakannya.

"Senior, kalau boleh tau nama senior siapa?" tanya Wei yu.

"Oh iya, tadi kita belum berkenalan. Namaku Ying sui dan itu yang di belakang anak itu keponakanku ying kongshi" jawab pria itu.

"Senior Ying sui, terimakasih sekali lagi karena sudah membantu kami. Namaku Wei yu dan ini keponakanku Wei lu." Jawab Wei yu Sambil tersenyum.

"Haii, namaku Ying kongshi." Bisik Ying kongshi di samping telinga Wei lu.

"Sudah tau." Jawab Wei lu dengan ekspresi datarnya.

Ying Kongshi memanyunkan bibirnya merasa jawaban Wei lu terlalu singkat.

"Wei yu, tujuan kalian kemana?" tanya Ying sui.

"Senior, ka-kami tidak punya tujuan...?"

"Tidak punya tujuan?" Ying sui mengerutkan dahinya penasaran.

"Iya senior,kami tidak punya tujuan soal alasannya saya tidak bisa mengatakannya karena itu suatu yang bersifat pribadi,"

Ying sui yang mendengar jawaban dari Wei yu tidak ingin melanjutkan pertanyaannya lagi, dia merasa tidak baik mengorek informasi pribadi seorang yang baru di kenal nya. Tetapi di saat yang sama ying sui terkejut dengan warna rambut dari Wei yu dan Wei lu. Dia tidak pernah melihat seseorang memiliki warna rambut putih.

Ini pertama kalinya dia melihat, dia tidak mau membuat Wei yu tidak nyaman dia hanya diam memandang dan mencoba mengajak Wei yu dan Wei lu ikut bersamanya ke kota di dekat sekte mereka.

"Wei yu, bagaimana jika kalian tinggal di kota yang ada di dekat sekte kami?" tanya Ying sui.

"Apakah kami tidak merepotkan senior?" tanya Wei yu canggung.

"Tidak sama sekali Wei yu," jawab ying sui sambil tersenyum.

Dengan hati yang mantap Wei yu dan Wei lu pun ikut bersama mereka, menggunakan pedang mereka terbang menuju kota.

Wei lu terbang bersama Ying kongshi karena memang Wei lu tidak membawa pedang sama sekali. Pedang yang dia punya tertinggal di kediaman klan wei. Wei lu tidak ingin merepotkan Wei yu dan Ying sui jadi dia terpaksa memilih ikut Ying kongshi.

"Lu, kenapa kau memegang kerah bajuku, aku susah bernafas tau."

Wei lu pun melepas pegangannya di kerah baju Ying kongshi dan berpindah memegang lengan bajunya.

"Es batu lu! kenapa kau malah memegang di situ nanti kalo kita jatuh gimana?"

Wei lu hanya menoleh menatap Ying kongshi sebentar kemudian mengalihkan pandangannya kedepan lagi.

Merasa tidak di hiraukan Ying kongshi berdecak kesal. Kemudian terlintas di fikirannya sesuatu ide cemerlang!

"Apa yang kau lakukan?" Wei lu berusaha melepaskan tangan yang merangkul pundaknya.

"Hoho,es batu lu ini pelajaran untuk mu karena mengabaikanku" jawab Ying kongshi dengan rasa bangga tersenyum ke arah Wei lu.

Wei lu menatap Ying kongshi datar, setelah itu dia tidak berusaha melepaskannya lagi. Dan tetap terus lurus memandang ke depan.

"Nah, beginikan lebih baik." Ying kongshi mengeratkan rangkulannya di pundak Wei lu.

"Eh es batu lu, kenapa rambutmu warna putih? Ubanan ya?" tanya Ying kongshi dengan tawa kerasnya. Merasa puas mengerjai Wei lu.

"Omong kosong." Jawab wei lu datar.

Wei lu tetap tidak bergeming dan tetap lurus menatap ke depan. Di dalam diam nya Wei lu juga berfikir kenapa warna rambut mereka beda, rambut Ying kongshi dan pamannya berwarna hitam. Sejauh apa mereka sudah menempuh perjalanan? Wei lu juga sebenarnya geram dengan tingkah konyol Ying kongshi yang selalu mengganggunya sepanjang perjalanan.

Setengah hari mereka sudah terbang, terlihat samar-samar di mata Wei lu hutan mati yang besar membentuk lingkaran.

"Kita hampir sampai!" tunjuk yin sui ke arah hutan mati.

Setelah sampai di depan hutan mati mereka memilih mendarat, dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.

"Lepas." Perintah Wei lu datar.

"Aiyaaaa, maaf lupa." jawab Ying kongshi sambil menepuk-nepuk pundak Wei lu sebelum melepaskan rangkulannya.

Mereka semua pun mengikuti arahan Ying sui untuk memasuki hutan mati tersebut.

****************

TerimakasihšŸ’œ

Terus dukung penulis, dengan memberikan kritik dan saran yang membangunšŸŒ¹

Sanggup kah Wei lu mejalani kehidupannya?

Apakah Wei lu dan Ying kongshi akan menjadi sahabat?

Tunggu kelanjutannya!

avataravatar
Next chapter