Suasana ramai dan menegangkan tadi seketika menjadi hening. Tak ada siapa pun di sini selain aku dan Zero karena semua orang sudah membubarkan diri dan pergi. Aku yakin kini mereka pasti sedang membicarakan kami karena kejadian ini telah membongkar identitas kami sebagai penyihir. Jadi, sekarang bagaimana? Kami sudah tak dianggap menjadi bagian dari penduduk desa ini lagi.
Di tengah-tengah lamunanku ini, aku tersentak ketika tiba-tiba merasakan pelukan seseorang dari belakang, tentu saja pemilik kedua tangan yang sedang melingkari perutku ini adalah Zero. Dia menyandarkan dagunya di bahuku.
"Maafkan aku, Giania. Kau pasti ketakutan sekali karena kejadian ini."
Aku tertegun, tak mengatakan sepatah kata pun, walau tak kupungkiri yang dikatakannya memang benar. Aku sangat ketakutan terutama saat aku tak berdaya karena Aaron yang nyaris menodaiku.
"Aku terlambat datang, kan? Aku gagal melindungimu, maafkan aku."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com