webnovel

Esostrefis Gynaíka

Saat seorang wanita yang memiliki trauma masa lalu bertemu pria yang di matanya baik, tulus, dan tertarik kepadanya. Apakah ia akan membuka hatinya untuk pria itu dan menerimanya sebagai kekasihnya atau ia akan tetap tenggelam dalam traumanya?

Vienna_Gu · Urban
Not enough ratings
59 Chs

Ngobrol Santai

Keesokan Paginya sehabis kencan pertama, Lena yang sudah sebal dengan Evan, semalam langsung tidur tanpa menggubris sms Evan. Padahal Evan merasa sangat penasaran terhadap Lena, sehingga dia berniat Mengajak Lena bertemu lagi esok sore, bahkan ingin tahu alamat kantor Lena, menjemputnya serta makan malam di suatu tempat.

Hari ini Lena bertemu Rika di Lobby, lalu dia mengajak Rika makan siang waktu jam istirahat tiba. Rika tidak menyangka kalau Lena akan mengajak lunch di luar, padahal biasanya dia bawa bekal ke kantor.

Di CV. Pasific Digital Printing, Lena sedang menuju tempat absen staf dan karyawan di  lobby, namun seketika ponselnya bergetar. Dia cepat-cepat mengambil ponselnya dari dalam tas, lalu membuka pesan singkat yang ternyata dari Evan.

Ya ampun, pagi-pagi gini udah sms-an. Ini orang maunya apa? Batin Lena.

Dia tergesa-gesa membaca sms tersebut karena sudah pukul 07.50 wib.

Hai, Len.  Sorry, aku mau tanya alamat kantormu di mana? ^.^

Lena tidak membalas smsnya, dengan cuek dia ambil kartu absen miliknya, lalu dimasukkan ke dalam mesin absen.

Saat akan ke ruangan akunting, dari belakang ada yang menepuk bahunya. Dia menoleh dan ternyata itu adalah Rika, sahabat Lena yang bekerja sebagai Staf Marketing di CV. Pasific Digital Printing.

Dia pun berbalik dan menyapa sahabatnya.

Hai, Ka. Tumben dateng jam segini?"

"Iya, Len. Motorku tadi mogok waktu di Jalan Taruna."

"Lho, kenapa gak sms kalau motormu mogok? Tadi aku juga lewat sana, tapi gak lihat kamu," jelas Lena.

"Maaf, aku tadi gak kepikiran nge-sms kamu," balas Rika.

"Kamu udah absen?" tanya Lena.

"Udah. Aku duluan ya,  bye," jawab Rika.

"Eh, nanti siang makan di luar, mau?," ajak Lena.

"Kamu gak bawa bekal?" tanya Rika.

"Gak, Ka."

"Ya udah, nanti siang kita makan di tempat biasa. Aku yang traktir." Rika tersenyum lebar.

"Oke,  thanks before." Lena memeluk temannya dari samping.

Setelah percakapan singkat itu, mereka bergegas menuju ke ruangan masing-masing.

Kedua orang tersebut tidak ingin berlama-lama mengobrol di  lobby  kantor karena takut dimarahi oleh Pak Iwan, sang Manajer HRD ( Human Resources  Department  atau Manajer Personalia ).

*****

Tepat jam 12 siang Rika sudah menunggu di  lobby  kantor, dia menunggu Lena menyelesaikan pekerjaannya dulu.

Lima menit kemudian Lena muncul di  lobby.

"Ka, ayo pergi sekarang. Kita ke tempat makan yang biasa saja ya."

"Ayo, Len."

Mereka berdua segera pergi ke rumah makan di dekat kantor mereka, rumah makan itu menjual masakan khas Sunda.

Sesampainya di sana mereka mengambil kursi di bagian tengah, lalu memanggil pramusaji dan memesan makanan.

"Len, kamu mau pesen apa?"

"Aku pesen kayak biasanya saja.

Kamu apa?" Lena bertanya.

"Samain aja sama kamu," jawab Rika.

"Iya. Mba, kita pesan teh hangat dan Nasi Timbel 2," ujar Lena pada pramusaji tersebut.

Kemudian pramusaji pun menulis pesanan mereka di selembar kertas.

"Ditunggu sebentar pesanannya, Kak."

"Iya, Mba. Makasih,"

Sambil menunggu makanan datang, Rika mengajaknya ngobrol.

"Len, tumben kamu ngajakin aku makan siang bareng. Ada apa?"

"Aku mau cerita sama kamu," jawab Lena.

"Mau cerita apa? Pasti soal cowok ya?" tanya Rika.

"Iya, soal cowok. Aku kemarin kenalan sama cowok, namanya Evan Adrian," balas Lena.

"Gimana orangnya? Cakep gak, rumahnya di mana?" Rika bertanya lagi.

"Ehem ... orangnya biasa aja, gak terlalu cakep. Rumahnya di Jalan Rengganis," jelas Lena.

"Umurnya berapa, Len?"

"Hah? Aku gak tahu belum nanya," sahut Lena.

"Terus kalian ngapain aja waktu kenalan?" tanya Rika.

"Aku cuma ngobrol biasa, dia orangnya kaku, dingin dan grogian," ungkap Lena.

"Oh gitu ... tapi kelihatannya dia baik gak atau gimana gitu? Maksudku dia cowok baik-baik atau bad man?" tanya Rika lagi.

"Belum tau baik enggaknya, aku belum bisa menilai dia itu gimana orangnya," jawab Lena datar.

"Kamu kenal dari mana? Kapan-kapan kenalin dong, aku pengen tau kayak gimana Evan itu." Rika penasaran.

"Kenal dari temen lamaku, Ka. Kalau kamu mau kenalan boleh aja, aku gak keberatan."

"Oke, Len. Minggu depan kita kencan bareng ya, kebetulan aku juga lagi deket sama cowok."

"Baiklah, aku setuju sama idemu," sahut Lena.

Lena sudah berbohong, dia tidak mengatakan pada Rika kalau dia mengenal  Evan dari sebuah grup perjodohan. Dia tidak mau kalau Rika mencapnya sebagai perempuan murahan.

Grup itu memang khusus untuk para peserta  single  yang berusia dari 25 sampai 40 tahun.

Ketika mereka sedang mengobrol, makanan yang dipesan pun datang, pramusaji tadi mengantarkan pesanan mereka ke meja. Kemudian kedua orang itu makan siang sambil bercakap-cakap.

"Ka, kemaren malem waktu aku mau tidur dia ngirim sms sama aku. Dia bilang kapan-kapan pengen ketemu lagi sama aku."

"Terus dijawab apa?" tanya Rika.

"Aku cuma jawab iya. Aku males ketemu  dia lagi," jawab Lena sedikit kesal.

"Tapi gak ada salahnya kalo kamu mengenal dia lebih dekat lagi, anggap aja dia temen baru kamu," pungkas Rika.

"Aku gak tau mesti gimana, bingung," sahut Lena.

"Bingung gimana maksudnya?" tanya Rika lagi.

"Ya bingung aja, apa harus ketemu lagi atau gak sama Evan. Tau gak sih, penampilannnya juga agak unik atau malah aneh deh," ungkap Lena panjang lebar.

"Aneh? Emang kemaren waktu ketemu penampilannya kayak apa?" Rika benar-benar ingin tahu.

"Dia pake jaket tebel banget, syal, celana jeans sama sepatu kats. Yang aneh tuh jaket dan syalnya, masa musim kemarau gini pakaiannya kayak gitu?" Lena menggeleng-gelengkan kepala.

"Oya? Unik juga ya? Mungkin dia pake jaket dan syal itu karena lagi flu atau masuk angin, he, he, he." Rika bercanda.

"Gak juga ah, kemaren keliatannya biasa aja. Dia gak keliatan lagi sakit, kok," balas Lena.

"Mungkin emang penampilannya unik tapi kamu jangan menilai Evan dari luarnya aja, siapa tau sebenernya dia cowok yang baik dan pengertian," tukas Rika.

"Kita liat nanti, apa dia bener-bener baik dan pengertian atau enggak. Cuma aku agak risih sama penampilannya," pungkas Lena jujur.

"Aku harap kamu cocok dengannya. Jangan terlalu memilihlah, kalo dia emang baik dan suka sama kamu terima aja sikapnya yang kaku juga penampilannya." Rika menasihati Lena.

"Iya, Bu. Makasih buat nasihatnya."

Kemudian Rika melirik ke jam tangannya, rupanya sudah pukul 12.45 wib.

"Len, ayo balik. Udah jam satu kurang seperempat nih."

"Ayo,  by the way  makasih banyak udah mau nemenin makan siang dan ngobrol denganku." Lena tersenyum lebar.

"Sama-sama, Len.

Sehabis makan siang di luar, mereka berdua kembali lagi ke kantor.

Lena berpikir kalau selama ini dia belum pernah bertemu atau memiliki teman laki-laki yang sikap dan penampilannya seperti Evan, tapi apa semua itu penting untuk Lena?

******