5 Sepi

Kepedulian adalah bentuk pemerhatian paling sederhana.

__________

"NO AKHLAK ANYING NILAI MTK HIJI KOMA LIMA" Oura menggerutu.

"Belegug sia" Jawab Acha sambil tertawa puas.

Jam pelajaran berakhir hingga pukul 15.30 Sore hari. Acha dan Oura sedang berjalan menuju pos satpam untuk mengambil sepatunya yang di rampas pagi itu.

"Pak, permisi mau ambil sepatu. Saya yang kesiangan tadi pak" Ucap Oura.

"Yang ini bukan neng sepatunya?" Tanya pak satpam sembari menunjukkan sepasang sepatu.

"Iya betul pak, saya ambil ya, makasih pak" Jawab Oura sembari mengambil sepatunya.

Oura pun mengganti sandal jepit hitamnya dengan sepatu sekolahnya itu.

"Huft finish" Kata Oura.

"Bentar-bentar, tunggu Meldi sama Naya dulu" Ucap Acha sambil menengok ke kanan dan ke kiri.

Dari kejauhan terlihat Meldi dan Naya sedang berjalan menghampiri Oura dan Acha.

"Nah tuh si Acha sama Oura" Ucap naya sambil menarik tangan Meldi.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki tinggi berdiri di hadapan Oura.

"Wait" Ucap Meldi sambil menghentikan langkah Naya dengan tangannya.

"ITU SIAPA?!" Ucap Meldi dan Naya ber-barengan dan saling bertatap.

"Sorry, sandal gue di lo?" Tanya Radja yang tiba-tiba berdiri di depan Oura.

"Ah iya kak, ini aku balikin, sebentar" Oura merogoh tas nya.

"Eh gausah-gausah, ntaran aja, ga gue pake juga" Jawab Radja.

Tumben ga jutek. Oura membatin.

"Oke deh kak, makasih ya, Pasti aku balikin." Jawab Oura.

"Gue-lo aja, duluan ya" Ucap Radja sembari berjalan menuju parkiran.

Oura diam membatu. Sementara Acha menyaksikan tontonan romance gratis, bersama Meldi dan Naya.

"CIEE CIEEE" Teriak Meldi dan Naya kompak sambil menghampiri Oura.

"Siapa tuuh" Ledek Naya yang menyenggol lengan Oura.

"Tukang sandal" Jawab Oura asal dengan mata kosong dan lesu.

Bae-bae kerasukan Raa~

"HAH?! HAHAHAHAHA" Jawab mereka sembari menertawakan Oura yang terdiam.

Seperti biasa, mereka menunggu di tepi jalanan. Acha di jemput oleh Ayahnya, Naya di jemput oleh pacarnya, Meldi menggunakan Gojek, Sementara Oura.. Yak, paham sendiri lah. Gojek adalah jalan ninjaku.

"Yuk ah pulang, ayah aku udah nungguin nih pasti" Ucap Acha sambil memperhatikan jalanan di depan.

"Ciee Ouraa" Ucap Meldi menggoda.

"Ssttt udah ah gamau bahas" Jawab Oura malu-malu.

"Eh duluan ya" Acha berjalan menghampiri ayah nya.

"Gue juga bye muah muah" Ucap Naya terburu-buru sambil menghampiri pacarnya.

Tersisa Meldi dan Oura di tepi jalan, dengan bau matahari ciri khas anak sekolah puber.

"Ra, ra" Ucap Meldi.

Oura hanya mengangkat sebelah alisnya dan tetap fokus pada handphone nya. Padahal mah cuma scroll doang sahabat~

"Ra, Ra" Ucap Meldi sambil terus mendekati Oura.

"Jauh-jauh Mel anying gue bukan homo" Jawab Oura dengan serius.

"HAHAHAHAHA"

"nah tuh gojek aku, duluan ah mau ngehalu di rumah sama oppa-oppa" Ucap Meldi sembari naik ke atas motor.

"Bye Mel hati-hati!" Jawab Oura sembari melambaikan tangannya.

Tak lama Gojek yang di pesan Oura pun datang.

.

.

.

== 17.25 ==

"HUAHH AKHIRNYA SAMPAI DI KAMARKU YANG NYAMAN INI" Ucap Oura sembari duduk dan melepaskan sepatunya. Tong di balangkeun deui woy!!

Oura mengeluarkan sepasang sandal jepit berwarna hitam dari tas nya.

Lo itu aneh, tapi perhatian. Lo itu es batu, manusia kulkas.

Oura merebahkan dirinya ke kasur dengan sandal jepit di pelukannya.

== 22.30 ==

Tok.. tokk..

"Neng"

Tok.. tokk.. tokkk..

"OURAA"

Suara teriakan membangunkan Oura yang tengah tertidur, ternyata suara mama Oura dari luar pintu rumahnya.

"Hoaamm udah pagi apa yak" Ucap Oura sembari membuka handphone dan mengucek matanya.

"Jir ketiduran gue"

"SEBENTAR MAAA" Teriak Oura sambil bergegas membuka pintu rumahnya.

"Aduh eneng mama lupa ga bawa kunci cadangan" Ucap mama Oura yang sibuk dengan berkas di tangannya.

"Maaf ma, aku ketiduran, aku juga gatau kalo mama ga bawa kunci cadangan" Jawab Oura.

"Yaudah mama ke kamar dulu" Ucap mama Oura sambil mencium keningnya.

Aku tau mama orang baik, dan mama itu nyata. Tapi aku sama sekali ga merasakan kehadirannya. Batin Oura

****

Mama ku adalah Wanda, setiap orang pasti berkata "aku ingin punya mama seperti mama Oura". Karena Wanda adalah orang tua yang sempurna. Aku yang tumbuh tanpa papa tidak merasa pincang akibat ketiadaan. Mereka yang utuh bisa iri dengan aku yang sebenarnya rapuh. Wanda merangkap sebagai ibu dan ayah dalam satu waktu. Aku tidak pernah merasakan kehilangan, Aku tumbuh seperti anak lainnya. Penuh perhatian, rasa sayang, pengertian, dan semua yang belum tentu keluarga utuh bisa rasa dan berikan. Namun semua berbanding terbalik beberapa tahun belakangan, Wanda sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku kesepian. Separuh dariku lenyap, aku merasa kehilangan untuk ke dua kali. Setiap saat aku sepi, aku sendiri, aku kosong, aku menggenggam luka sendirian. Wanda, beri aku waktumu, jangan biarkan hal itu terulang lagi. Aku takut, Wanda.

avataravatar
Next chapter